Selama di mobil, Tuan Park mulai menjelaskan detail tentang perusahaan kami. Ternyata perusahaan Appa banyak mempunyai cabang, salah satunya di daerah Gangnam, daerah elit Korea. Dan aku harus mengurus 12 cabang toko yang sudah di bangun Appa. Oh My God.
Tiba – tiba ponselku bergetar. Terlihat Kakaoku ada pesan lagi. Aku buka dan terlihatlah sebuah gambar yang menurutku itu sangat – sangat aku kenal. Yak! Itu kalungku. Otomatis aku memegang leher dan benar saja tidak ada. Eottoke itu kan kalung pemberian Minhyuk. Arrrgghhhh…. Kesalku dalam hati.
“Kenapa Nona? Ada masalah?” Tanya Tuan Park kepadaku karena melihat kegelisahanku.
“Ani… aku baik – baik saja.” Jawabku seadanya. Langsung aku mengalihkan pandangan ke ponselku dan mulai mengetik.
“Darimana kamu bisa mendapatkan kalungku? Kembalikan. “ langsung saja aku send dengan sedikit emosi.
“Ke taman di daerah Gangnam jam 11 siang. Akan aku balikkan disana.” Balas Seungri kepadaku.
“Tuan Park. Kita mau keperusahaan Appa yang di gangnam bukan? “ tanyaku kepada Tuan Park sembari melihat kearahnya.
“Nde benar, kenapa Nona?” Tuan Park kembali bertanya kepadaku.
“Kalau begitu jam 11 aku pergi sebentar ya. Ada urusan yang harus aku selesaikan.” Jawabku kepada Tuan Park.
“Oke. Jam 11 di taman.” Akupun membalas kakao dari Seungri.
Perjalanan dari rumah ke perusahaan Appa tidaklah jauh. Maklum rumahku juga berada di daerah Gangnam. Sesampai di depan kantor, aku cukup dibuat terpana dengan perusahaan yang Appa bangun. Wow… Cuma kata – kata itu yang keluar dari mulutku.
Aku dan Tuan Park berjalan memasuki perusahaan. Terlihat beberapa karyawan menundukkan kepalanya kepada Tuan Park. Otomatis aku juga membalas dengan menundukkan kepala.
Sesampai diruangan yang biasa Appa gunakan, sudah berkumpul semua pemimpin cabang perusahaan Appa. Aku mulai diperkenalkan satu persatu kepada mereka. Senyum terpaksa keluar dari bibirku. Terpaksa! Aku kan paling malas tersenyum.
Perkenalanpun berlangsung lumayan lama. Maklum selain perkenalan mereka juga menceritakan kondisi masing - masing cabang perusahaan. Aku mendengarkan dengan seksama meskipun rada – rada tidak mengerti. Tapi, mesti menjaga penampilan supaya meyakinkan dong.
“Oke, aku akan mencoba mempelajari semuanya. Mohon bantuan Tuan dan Nyonya sekalian. Terima kasih.” Akupun menundukkan kepala kepada semua cabang perusahaan dan dibalas dengan anggukan juga oleh mereka.
Setelah ruanganku kosong, aku melihat jam. Omo sudah hampir jam 11. Akupun bergegas ke luar dari ruanganku. Yang sebenarnya ruangan Appa sih. Tapi, sekarang sudah pantas dong disebut ruanganku. Hehehe
Sebelumnya aku ke toilet terlebih dahulu. Di dalam toilet, aku mendengar ada yang masuk. Dan…
“Soo, kamu yakin dengan Nona Bae? Dia kan masih muda banget. Apa dia bisa membangkitkan perusahaan ini lagi?” terdengar seorang Yeoja berbicara di luar.
“yah mau gak mau. Habis dia kan anak tunggal Tuan Bae. Otomatis dong dia juga yang akan menggantikan posisi Tuan Bae cepat atau lambat. Kita lihat saja dia bisa apa gak.” Balas Yeoja satu lagi.
“Enak ya jadi dia, balik ke Korea langsung jadi Bos, kita kapan??” celoteh yeoja yang pertama kali bicara.
“Ah, itu mah memang sudah nasib dia kali. Udah ah, nanti ada yang mendengar lagi. Kajja.”
Setelah itu toiletpun sepi. Aku yang berada di dalam salah satu kamar toilet tidak jadi membuka pintu mendengar percakapan mereka. Deg. Langsung menusuk di hati perkataan mereka. Aku sadar sih, aku masih sangat muda untuk memimpin perusahaan ini sendiri. Tapi akan aku buktikan kepada mereka kalau aku bisa.
Aku berlari sedikit menuju ke taman. Lumayan tadi bawa sepatu ganti. Jadi leluasa berlari tanpa memakai sepatu high heels ku. Sesampai di taman yang di janjikan, namja itu belum juga kelihatan. Tiba – tiba
“Hei Suzy.” Ada tangan di pundakku. Otomatis ku pelintir tangannya. Jangan salah ya aku pernah berlajar karate lo.
“eeeee…. Sakit tahu. Ini aku Seungri.” Dia berteriak kesakitan. Akupun melepaskan tangannya.
“Haish ngapain kamu pakai kacamata hitam dan topi kayak gitu? Kayak penguntit tau.” Omelku gak jelas.
“Sengaja, supaya gak ada yang mengenaliku.” Katanya sambil membenarkan letak topi dan kacamata hitamnya.
“Emang kamu artis? Udah mana kalungnya.” Jawabku langsung mengangkat tangan meminta kalungku kembali.
“haishh. Tunggu dulu. Kamu harus menemaniku hari ini. Kita jalan – jalan dulu. Tar baru aku balikkin kalungnya. Hahaha. Kajja.”
Seungri langsung menarik tangaku untuk berkeliling taman. Meskipun aku tolak berkali – kali, dia tetap tidak mau mendengar. Dasar cowok menyebalkan. Gak tau apa aku itu orang sibuk sekarang. Eits dia emang gak tau kali aku siapa. Hehehe.
“Suzy, kita makan dulu yak. Disana ada kedai ramyun yang enak. Kajja.” Lagi – lagi tanganku ditarik tanpa dia mengubris protes dariku.
Sesampai dalam restoran aku tau banyak pasang mata melihat kearahku dan Seungri. Tapi, aku tidak tau alasan mereka melihat kearah kami. Terdengar bisik – bisik gak jelas. Ah masa bodoh, yang penting aku lapar.
Aku makan lumayan lahap. Maklum udah 5 tahun aku gak pernah makan ramyun lagi sejak di Indonesia. Dari sudut mata, aku tau Seungri lagi memperhatikan aku. Tapi, mau gimana lagi, aku lapar sich.
“Kamu laper banget yak? Seperti gak makan 3 hari.” Tanyanya sambil senyum – senyum gak jelas.
“Sudah 5 tahun aku gak makan ramyun. Emang gak boleh?” jawabku sambil menatapnya.
“Ha? 5 tahun? Selama itu. Kenapa?” mulai dah kepo nya namja yang satu ini.
“Bukan urusan kamu, nah sekarang sudah selesai makan bukan. Mana kalungku?” akupun kembali menengadahkan tangan meminta kalungku kembali.
“Belom saatnya aku kembalikan, temanin aku belanja. Kajja.” Lagi – lagi tanganku ditarik tanpa aku sempat untuk protes. Kenapa aku gak bisa nolak ajakkan dia sich? Batinku dalam hati.
Dia terus menarik tanganku dan baru berhenti di depan “X-Start”. Fashion terlaris di Korea Selatan. Omo… itu kan cabang perusahaanku. Eottoke… semoga kepala cabangnya gak ada. Kalau ada kan bahaya. Baru juga sejam yang lalu kami meeting di perusahaan. Bisa dianggap gak becus aku jadi pemimpin. Aduh…
Please don't be silent readers. Love n comment supaya aku tau kalian suka gak. hehehe.
Thank You.
Winter