Buat readers dreamers tercinta... karna sekarang Miss J udah kerja Alhamdulillah. jadi Miss J bisa update seminggu sekali. tapi kalo yg love sama comment banyak bakal ditambahin. Thank you
Baca chapter ini recommend sambil dengerin EXO-Heart Attack
Aku tidak akan membiarkanmu hidup dengan tenang……..
Seseorang menatap kearah Ri yang sedang berbicara dengan seorang teman perempuan di depan ruang kelas. Seseorang yang bersembunyi dibalik tembok lorong ruang-ruang kelas di lantai 1 itu menatap Ri dengan tatapan tajam dan seringaian di bibirnya setelah mengucapkan kalimat dalam hatinya yang bagaikan mantra menurutnya.
Ia mengelus cincin dengan bola Kristal kecil yang tersemat di jari telunjuk kirinya, bibirnya bergerak komat-kamit seperti mengatakan sesuatu tanpa suara. Kemudian tangan kanannya mengambil sesuatu dari bola Kristal itu, lalu melemparkannya keudara.
Jederrr……
Terjadi ledakan diudara yang membuat seseorang itu tersenyum licik. Kemudian ia berbalik pergi.
Permainan kita mulai, permainan yang sesungguhnya. Salahkan dirimu yang menghancurkan jalanku untuk bisa menhancurkanmu dengan cara yang mudah.
*********
Ri tersentak mendengar Guntur di cuaca cerah saat ini, pandangannya menoleh ke langit dan mencari-cari penyebab Guntur menyeramkan barusan.
“Ra Chel? Kau kenapa?”Tanya seorang gadis di hadapannya yang menenteng sebuah tas gitar. Dia adalah panitia Acara Seni yang datang menemuinya untuk memberitahu Ra Chel bahwa ia harus datang ke pertemuan panitia dan pengisi acara nanti sore.
Ri yang tersadar karena panggilan gadis itu menoleh.
“Tidak apa-apa, aku hanya heran mengapa ada guntur di siang bolong seperti ini”Jawab Ri lalu tersenyum.
“Guntur? Dari tadi tidak ada Guntur”Balas gadis itu yang kini terlihat bingung. Senyum diwajah Ri memudar, kemudian ia menoleh lagi menatap langit.
Kenapa bisa? Apa aku salah dengar? Tapi itu benar-benar terdengar dan menyeramkan.
“Apa kau yakin tidak mendengar suara Guntur?”Tanya Ri memastikan.
Gadis dihadapannya itu sejenak berpikir berusaha mengingat kembali, kemudian mengangguk.
“Aku yakin sekali, tidak ada suara apa-apa, hanya ada suara mahasiswa disekitar kita”Jawabnya sambil menatap ke sekeliling.
Ri menyadari sesuatu, ia tersentak dan melebarkan matanya.
Hanya ada satu, jika hanya ada satu alasan kenapa hanya ada aku yang mendengar….
Ri kemudian berbalik dan pergi meninggalkan gadis itu yang terlihat makin bingung.
“Ya! Ra Chel-a! Kau mau kemana? Kau tidak berniat untuk kabur dari pertemuan bukan?”Teriak gadis itu.
Ri tidak memperdulikannya ia terus berjalan cepat sambil menatap langit, tak memperdulikan tatapan sekitarnya yang mulai memperhatikannya. Ia harus tahu siapa yang menyebabkan Guntur tadi, karena hanya ada dua alasan mengapa hanya ia yang bisa mendengar Guntur itu, hanya ada dua penyebabnya. Seseorang dari Negeri asalnya, dari Dunianya. Dan ada satu lagi yang menjadi alasan terakhir. Semoga alasan terakhir itu salah….
*******
Ra Chel duduk di pinggir tempat tidurnya setelah melakukan jamuan makan malam bersama keluarga Edgar. Ya, dia akan menginap di Istana ini dan besok pagi baru akan kembali ke kediamannya. Ra Chel masih malas mengingat jauhnya perjalanan ke kediamannya, apalagi hanya menggunakan Kereta Kuda. Andaikan ada Pesawat atau Kereta Super Cepat, pakai pesawat saja hanya memerlukan setengah jam mungkin.
Pintu kamarnya diketuk, Ra Chel mempersilahkan sang pengetuk untuk masuk dengan ucapannya. Dayang Ros lah yang datang, dengan membawa sebaskom air hangat untuk memijat kaki Ra Chel.
Ros lalu bersimpuh di lantai di hadapan Ra Chel yang kini melepas sepatu kacanya yang membuat dirinya tampak seperti Princess-Princess di dunia dongeng. Mengingat itu, Ra Chel tersenyum, berbeda dengan Ros yang malah memperhatikan kaki Ra Chel yang putih bersih itu.
“Ayo Ros cepat, aku ingin cepat-cepat tidur”Ucap Ra Chel lalu ia meraih segelas air putih di nakas tempat tidurnya dan meminumnya.
“Sebenarnya Nona siapa? Nona itu Nona Ri atau bukan?”Tanya Ros dengan tatapan tak terbaca.
Pranggg….
********
Ri terus mencari siapa yang menyebabkan Guntur meskipun matahari telah terbenam. Ia semakin memfokuskan dirinya untuk memudahkannya mencari tujuannya. Ia menaiki undakan anak tangga menuju rooftop gedung kampus yang tak memiliki akses lift dan hanya anak tangga dari lantai paling atas. Ri juga tidak tahu kenapa dirinya terus berusaha mencari, rasanya seperti ada magnet yang berusaha menariknya kesana-kemari.
Hingga undakan tangga terakhir, Ri terperangah. Sepertinya alasan dan penyebab terakhir yang ia takuti itu sungguh benar. Hal yang dari kecil ia takuti. Siapa sebenarnya orang itu?
“Apa yang kau lakukan disini?”Ri tersentak mendengar suara seorang pria.
********
Ra Chel menjatuhkan gelas kaca berwarna perak itu karena terkejut. Matanya bergerak liar panik, ia sibuk berpikir bagaimana Ros bisa tahu. Apa yang harus ku lakukan?
Lalu Ra Chel berusaha menenangkan dirinya,
“Apa maksudmu Ros? Aku ini Ri. Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?”Tanya Ra Chel berusaha terdengar setenang mungkin.
“Mohon maaf Nona, mungkin Nona bisa menipu orang lain bahkan Raja. Tetapi tidak dengan saya yang hampir setiap saat dengan Nona Ri”Jawab Ros, lalu ia membersihkan pecahan gelas dengan serbet yang selalu tersampir di saku roknya.
Ra Chel menggigit bibirnya.
“Apa maksudmu?”Tanyanya, ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Haruskah aku jujur?
“Sifat Nona berbeda dengan Nona Ri yang biasanya. Nona Ri yang biasanya selalu ingin berkuda dan berlatih pedang atau bahkan berburu. Bahkan memakai sepatu kaca selama 3 jam saja bisa membuat kaki Nona Ri luka. Tetapi sekarang berbeda, Nona Ri saat ini terlihat jauh lebih feminim”Jelas Dayang Ros dengan tatapan masih fokus ke pecahan gelas.
Ra Chel semakin bingung bagaimana harus bersikap dan berkata, ia sibuk meremas tangannya sendiri dan berpikir.
********
Perlahan Ri menoleh, ia mewaspadai dirinya untuk siap menerima serangan yang bisa ia terima. Tetapi ia semakin terkejut melihat siapa yang ternyata memanggilnya.
“Yonghwa? Ap…apa yang kau lakukan disini?”Tanya Ri. Apakah dia?
“Aku mendengar kau berusaha kabur dari pertemuan, dan nyatanya kau memang tidak datang. Jadi aku mencarimu dan mengikutimu sampai disini. Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan?”Tanya Yonghwa balik.
Syukurlah, sepertinya bukan dia. Ri menghembuskan napas lega.
Jederr………
Ri berubah waspada. Pandangannya sibuk mengelilingi rooftop ini dan langit malam yang ditemani bulan sabit.
“Yonghwa, mendekatlah padaku”Ucapnya.
“Mwo? Apa maksudmu?”Yonghwa yang kini dibelakangi Ri mengangkat sebelah alisnya. Merasa salah dengar.
“Cepat, demi keselamatanmu”Balas Ri dengan bisikan.
Jedeerrr..
“APA YANG INGIN KAU LAKUKAN BOCAH KECIL?”Suara menggelegar terdengar.
Ri terkejut mendengar suara itu.
“Siapa kau? Tunjukkan wajahmu!”Teriak Ri.
Yonghwa yang ada di belakangnya mengerutkan dahinya.
“KUKIRA KAU AKAN DATANG SENDIRI, TERNYATA KAU MEMBAWA SESEORANG. LUMAYAN BISA MENJADI TARGET BARUKU”.
Jangan coba-coba kau menyentuhnya, dia bukan tandinganmu.
“OOOOH, KALAU BEGITU KAU TANDINGANKU? TUNJUKKAN KALAU KAU MEMANG TUNDANGANKU. TUNJUKKAN KEKUATANMU”
“Ra Chel? Ada apa denganmu?”Tanya Yonghwa yang kini ada di hadapan Ra Chel dan melihat Ra Chel berkeringat dan tampak emosi.
“Aku tidak boleh”Gumam Ri.
“Apa yang tidak boleh?”Tanya Yonghwa bingung.
Ri berusaha mengingat, seseorang pernah berkata padanya, jika ada seseorang yang menginginkanmu menunjukkan kekuatan. Jangan tunjukkan, ia jahat dan ingin menghancurkan kita. Kau harus pergi dengan cepat.
“Ya, aku harus cepat”Ucapnya.
“Yonghwa pegang tanganku”Lanjut Ri.
Yonghwa semakin menatap Ri dengan bingung, ia merasa ada yang aneh pada Ri. Ri merasa Yonghwa terlalu banyak membuang waktu, lalu ia meraih kedua tangan Yonghwa.
“Pejamkan matamu”Perintah Ri.
“AAAH JADI KAU MAU KABUR?”Suara Menggelegar Itu Terdengar Lagi.
Yonghwa yang tiba-tiba mendengar suara menyeramkan itu, terkejut.
“Fokus dan jangan dengarkan apa yang kau dengar”Ucap Ri pada Yonghwa.
Lalu ia merasa ada kekuatan yang menyelubunginya dan kemudian terhempas ke suatu sudut dan menariknya dengan cepat, seperti tersedot ke lubang yang lama-lama mengecil.
Bughhh…
“Akkhhh”
**********
“Aku….. aku….. aaaakkkkhhhhhh”Ra Chel spontan berteriak merasakan bahu kanannya tiba-tiba terasa sangat panas dan terbakar. Semakin lama semakin terbakar.
Ros yang melihat Ra Chel tampak sangat kesakitan bangkit.
“Nona, apa yang terjadi? Apa kau tidak apa-apa?”Tanya Ros dengan wajah sangat khawatir.
“Bahuku Ros…. Sangat panas…..”Rintih Ra Chel, keringat mulai membasahi keningnya. Bibirnya memutih.
Ros memegangi tangan Ra Chel, ia bertambah ketakutan melihat Ra Chel yang terlihat sangat pucat.
“Panas Rossss….. Tolong….”Rintihnya lagi.
“Saya akan panggilkan Yang Mulia Pangeran Edgar Nona, sebentar”Ucap Ros sambil merebahkan Ra Chel yang terus merintih di tempat tidur.
Tak lama, Ros kembali dibelakang Edgar yang berlari dengan raut wajah cemasnya. Ia mendapati Ra Chel sudah sangat pucat dengan keringat bercucuran di wajahnya.
“Apa yang terjadi padamu Ri?”Tanya Edgar cemas, ia menggendong Ra Chel dan membawanya kepangkuannya.
“Bahuku…panas”Lirih Ra Chel, ia sudah tidak kuat lagi menggerakkan badannya.
Edgar lalu berusaha menurunkan kaitan gaun Ra Chel dengan cepat. Ros membantu Edgar membuka kaitan gaun itu dan membuat keduanya melebarkan mata. Bahu kanan Ra Chel terbakar membentuk simbol bintang-bintang kecil, dan bahu kirinya yang terdapat tanda cokelat berbentuk mahkota pun juga ikut seperti terbakar dan berwarna merah menyala.
Nona juga memiliki tanda yang sama, dia benar-benar Nona Ri. Maafkan hamba Nona, Ros menangis melihat Ra Chel yang menahan kesakitan dan rasa bersalahnya karena menuduh Ra Chel yang bukan-bukan.
Sementara Edgar terlihat emosi sehabis melihat apa yang ada di balik bahu Ra Chel.
“Ros panggilkan tabib sekarang juga!”Teriaknya.
“Hamba permisi Yang Mulia”Jawab Ros lalu ia undur diri, berlari mencari tabib.
“Tahan Ri, kau harus bisa menahannya”Ucap Edgar lembut.
Tetapi Ra Chel mulai menutup matanya, tubuhnya semakin lemah.
“Ri! Puteri Ri!”Panggil Edgar yang menjadi semakin cemas.
********
Ri dan Yonghwa jatuh terhempas ke aspal parkiran. Yonghwa membuka mata dengan cepat, ia merasa bingung kenapa bisa ada disini. Lalu ia teringat Ri dan menoleh, mendapati Ri yang tengah memegangi pundaknya dengan wajah kesakitan.
“Apa yang terjadi? Kau siapa sebenarnya?”Tanya Yonghwa penasaran, ia memegang kedua bahu Ri. Ia yakin Ri bukan manusia biasa, bagaiamana bisa mereka berdua berpindah tempat.
“To.long ba.wa a.ku per.gi se.ka.rang”Ucap Ri terbata, wajahnya sudah sangat pucat saat ini.
Yonghwa berubah khawatir dan menyangga leher Ri yang mulai lemas.
“Siapa sebenarnya kau? Dan siapa suara menyeramkan yang tadi?”Tanyanya.
“Dia itu…..”
Penyihir Hitam
Ri kehilangan kesadarannya