Terlihat Marsha yang sedang duduk di bangku taman sungai Han, ia memandang pemandangan kota Seoul yang sangat indah malam itu. Sesekali ia menarik nafas dalam – dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu yang cukup serius.
“Aku pikir hanya terjadi di kampung halamana saja, tapi realitanya semua ini terjadi di tanah rantauku, ah sungguh diluar dugaanku “, kata Marsha sambil menggengam erat kedua tangannya.
“Do oppa, apa yang sedang kamu lakukan saat ini ? entah mengapa aku merasa , hubungan kita semakin menjauh saja ya, apa hanya perasaanku ? hm, jangan berpikir negative Marsha! Kamu harus menyadari jika dia sedang sibuk saat ini “, omel Marsha pada dirinya sendiri sambil memukuli kepalanya.
Tidak perlu menunggu lama, tiba – tiba ponsel milik Marshapun berbunyi, Marshapun meraih ponselnya dan tersenyum melihat nama yang muncul di ponselnya.
“Chagiya “, kata seorang lelaki yang sudah cukup lama selalu bersamanya, Do.
“Nde arraseo chagiya, bagaimana kabarmu ? kamu jangan terlalu kelelahan, ingat jaga kesehatanmu “, kata Marsha sambil tersenyum manis sembari menendang – nendang kakinya.
“Aku baik – baik saja, nde arraseo. Aku merindukanmu, sudah lama tidak bertemu, mari kita bertemu “, kata Do sangat lembut.
“Oh nde pali pali pali, hehehe, aku di sungai Han “, balas Marsha
“Aku sudah menebaknya , oke tunggu aku ya, Love you “, kata Do
“Love..you”, balas Marsha
“Aku akan baik – baik saja ketika sudah ada Do disini , pasti “, kata Marsha sambil tersenyum.
***
“Kamu terlihat begitu bahagia, apa yang sudah terjadi ?”, tanya Merin pada Dominikus
“Oh, itu,,haha “, jawab Dominikus dengan salah tingkah
“Kamu bertemu dengan Marshakan?”, tanya Merin, terlihat ia tersenyum .
“Bagaimana kamu bisa tahu ?”, tanya Dominikus dengan heran, apa dia bisa membaca pikiranya
“Jangan terkejut seperti itu, mukamu sungguh jelek. Aku bertemu dengannya di kamar mandi saat dirumah sakit tadi, kami juga bertukar nomor handphone”, balas Merin
“Luar biasa, kuharap semua akan kembali baik- baik saja “, kata Dominikus
“Kita lihat saja nanti, tunggu, kamu letakkan dimana dokumen – dokumen dari rumah sakit tadi ?”, tanya Merin ketika ia menyadari jika ada sesuatu yang tertinggal.
“Hehehe, aku meninggalkannya di cafe rumah sakit, aku akan mengambilnya”, kata Dominikus lalu berlari untuk mengambil dokumen itu. Sepertinya dokumen itu sangat penting. Dominikus berlari sampai – sampai ia tidak sengaja menabrak seseorang.
“Oh, Minhae, minhae “, kata Dominikus sambil membungkuk, namun seorang gadis yang ia tabrak malah berlalu begitu saja.
“Ah tidak sopan “, omel Dominikus
***
Terlihat Marsha masih duduk dibangku taman, ia menunggu kehadiran Do yang tidak kunjung datang. Iapun memilih menelpon kakak kesayangannya, Kim Wobin.
“Oppa Oppa Oppa Oppa “, teriak Marsha dalam panggilannya ke Wobin
“Ya! Kenapa kamu berteriak ? ada apa ? dari suaramu kamu terlihat seperti ada yang sedang menganggu dipikiranmu, katakan apa yang terjadi “, tanya Wobin
“Aku merindukanmu Oppa “, kata Marsha singkat
“Oppa juga, iya kan, ini meyakinkan oppa jika kamu sedang terjadi sesuatu “, balas Wobin
“Sebenarnya belum terjadi apa – apa , tapi aku merasakan jika akan terjadi apa – apa , entahlah “, Kata Marsha
“Marsha, ingat kamu punya kakak disini, datanglah, Ah kamu sudah terlalu sibuk sampai melupakan Oppamu ini, Marsha.....”
“Oppa, stop sebentar, nanti aku hubungi lagi “, kata Marsha tiba – tiba lalu memutuskan panggilannya kepada Wobin
Ternyata Marsha melihat seorang gadis yang sedang menangis di taman, ia terlihat sangat kuat namun dari matanya dapat tersirat jika dia sangat sedih. Marshapun memberanikan diri mendekati gadis itu dan meninggalkan ponselnya di bangku taman, sungguh ceroboh.
“Permisi, hm gwencana ?”, tanya Marsha pada gadis itu sambil memberikan tissue pada gadis itu.
“Oh nde Gamshahamnida unni “, jawab gadis itu
“Menangislah , keluarkan semuanya, kamu akan lebih tenang setelahnya “, kata Marsha sambil tersenyum . Gadis itu juga terlihat tersenyum namun ada air mata dipipinya, sampai perlahan gadis itu mengeluarkan air matanya dengan deras.
“Percayalah, semuanya akan baik – baik saja, percaya itu “, kata Marsha sambil memandangi gadis itu dengan mata berkaca – kaca.
“Nde, terima kasih Unni, aku pikir aku sudah lebih baik saat ini, terima kasih unni, aku rasa aku harus segera pergi “, kata gadis itu sambil berdiri dan memberi hormat pada Marsha, lalu meninggalkannya.
Do ternyata sudah datang, ia bersepeda untuk menemui Marsha, ia melihat Marsha yang sedang menghibur seorang gadis yang sedang menangis.
“Itu gadisku “, kata Do sambil tersenyum
Tiba – tiba ponsel milik Marsha bergetar, Dopun menyadari jika ponsel milik Marsha berada diatas bangku.
“Bagaimana bisa dia meninggalkan ponselnya seperti ini? “, kata Do lalu mencoba meraih ponsel Marsha.
“Apa – apaan ini ?”, kata Do terkejut melihat pesan yang masuk di ponsel Marsha. Marshapun menyadari jika Do sudah duduk dibangku taman dan sedang memegang ponselnya, seketika mata Marshapun membuka lebar ketika melihat mimik muka Do.
“Jangan – jangan, anni !! “, batin Marsha lalu berlari mendekati Do
“Marsha! Apa ini !”, kata Do dengan tatapan sinis ke arah Marsha