Irene masuk ke dalam kelas bersama Hara...
"Kau ingat dengan perjanjian kita??"
"Eo-eoh...." Hara tidak berani melihat ke arah Irene
"Kedai milik orang tuamu akan hancur kalau kau berani melapor mengenai kejadian kemarin, arasseo???"
Hara mengangguk pelan mendengar pertanyaan Irene..
"Tetaplah bersikap biasa di depan Chorong. Aku akan selalu mengawasimu" Ucap Irene meninggalkan Hara sendiri
"Eottokhajji????" Hara langsung duduk lemas dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya
Suho mengantar Chorong ke sekolah. Beberapa siswa yang melihat langsung berbisik satu sama lain.
"Kabari aku kalau sudah pulang nanti"
"Eo-eoh..."
Chorong langsung turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung sekolah.
"Aieeeee, romantis sekali" beberapa teman sekelas Chorong langsung menghampirinya
"Mwoga???"
"Beruntung sekali dirimu bisa menikah dengan namja seperti Suho"
"Eoh. Pasti selama kau sakit, dia selalu merawatmu"
Chorong merasa risih dengan pembicaraan teman-temannya itu dan berjalan agak cepat meninggalkan mereka..
Chorong masuk ke dalam kelas dan melihat Hara yang sedang sibuk dengan handphonenya..
"Chorong'ah....." Hara langsung memeluk sahabatnya itu
"Yaa, kau merindukanku???"
"Eoh..... Neomu beogoshippo.. Bagaimana kepalamu??"
"Sudah membaik... Gwenchana. Ini hanya luka biasa, hehee"
Hara berusaha menyembunyikan rasa bersalahnya pada Chorong dengan tersenyum..
Saat jam istirahat, Chorong terlihat tidak memakan makan siangnya..
"Wae?? Apa kau sakit lagi??" Hara terlihat khawatir
"Aku hanya sedang memikirkan sesuatu??"
"Mwol???"
"Kau tau?? Suho memberi ini padaku..." Chorong mengeluarkan kotak kecil dari saku blazernya dan membuka kota itu
"Neomu ippuda... Jjangkkaman, apa dia tidak mengatakan apapun padamu saat memberikan ini??"
"Dia hanya menyuruhku memakainya saat bertemu dengannya lagi. Saat aku mengalami kejadian kemarin, dia sempat pergi ke Amerika beberapa minggu. Kemarin dia menanyakan lagi kalung ini padaku. Aku tidak menjawab apapun"
"Yaa, apa kau tidak tau makna dari bentuk kalung ini, eoh??"
"Ani..."
"Ini kalung yang sangat spesial. Dia ingin kau menerimanya sebagai pasangan hidupmu"
"Jinjja???"
Sejenak Chorong terdiam..
"Apa selama kau sudah menjadi istrinya, kau tidak pernah merasakan sesuatu yang berbeda?? Apa kau tidak pernah menyukainya sedikitpun??"
Pertanyaan Hara membuat Chorong memikirkan sesuatu..
"Kau tau, Hara'ah?? Aku sedang mengalami keputusan yang sangat sulit mengenai perasaanku"
Mendengar ucapan Chorong, Hara langsung memegang tangan Chorong..
"Kau harus memikirkan perasaanmu terlebih dulu. Pikirkan perasaan Suho kepadamu"
Chorong hanya bisa terdiam..
Tiba-tiba handphone Chorong berbunyi..
"yeobuseyeo??"
"Chorong'ah, bagaimana keadaanmu??"
"Hoya'ah... Sudah membaik, gomawo sudah merawatku"
"Eoh.. Kau bisa ke rumah sakit nanti sore?"
"Waeyo??"
"Ada beberapa obat yang lupa ku berikan padamu"
"Arasseo.. Aku akan kesana"
"Eoh, aku akhiri panggilannya, jangan lupa untuk makan siang"
"Eo-eoh.." Chorong menaruh handphonenya
"Nugu??" Hara terlihat penasaran
"Nae chingu.. Dia bekerja sebagai dokter termuda di Rumah Sakit K"
"Hhhmmmm..." Hara kembali menyantap makan siangnya
Saat jam pulang sekolah..
Chorong mengeluarkan handphonenya dan menghubungi seseorang..
"Aku akan ke rumah sakit, ada beberapa obat yang harus ku ambil"
"Kau sudah pulang?? Tunggu aku, aku akan mengantarmu" Suara Suho terdengar dari ujung telepon
"A-aniya... Nanti akan ku kabari saat pulang dari rumah sakit"
"Arasseo.... Kabari aku"
"Eoh...."
Chorong memasukkan kembali handphonenya
Dia menuju rumah sakit dengan menggunakan bus umum. Saat tiba di rumah sakit, Hoya langsung membawa Chorong ke dalam ruangannya..
"Mian, menyuruhmu ke sini. Aku seharusnya mengantarkan obat ini padamu"
"Aniya, gwenchana... Kau pasti sangat sibuk"
"Kau yakin sudah membaik??" Hoya memeriksa luka di kepala Chorong
"Eoh..."
"Kalau kau merasakan sakit, langsung hubungi aku, arasseo??"
"Eoh, gomawo Hoya'ah..."
"Mian tidak bisa mengantarmu" Hoya mengelus lembut kepala Chorong
"Eo-eoh, gwenchana... Ku-kurasa aku harus pulang. Gomawo, Hoya'ah" Chorong keluar dari ruangan
Suho terlihat sedang bersiap-siap untuk menjemput Chorong. Tiba-tiba bel rumah berbunyi... Suho membuka pintu...
"Irene'ah...."
"Neomu beogoshippo" Irene langsung memeluk Suho
"Yaa, waegerae??" Suho sedikit menjauh
"Wae??? Kau terlihat sedikit berbeda"
"Mwoga??"
"Semuanya yang ada di dirimu, termasuk perasaanmu padaku"
Suho hanya terdiam mendengar ucapan Irene
Chorong langsung naik bus umum menuju rumah. Dia tidak ingat untuk mengabari Suho..
Suho duduk di sofa dan mengecek handphonenya.
"Apa benar dengan ucapanku tadi, Suho'ah??"
"Mwoga??"
"Perasaanmu sudah berubah padaku"
Suho hanya sibuk memainkan handphonenya
Irene duduk di sebelah Suho dan memegang sebelah pipi Suho dan chu~~
Irene mencium bibir Suho..
Chorong masuk ke dalam rumah.....
Dia melihat Irene dan Suho.. Sejenak terdiam....
"Yaa mwowanenggoya??!!" Suho sedikit mendorong Irene untuk menjauh
Suho melihat Chorong yang berdiri terdiam di depan pintu..
"Chorong'ah........." Suho berdiri dari duduknya
Chorong kembali keluar rumah dan berjalan dengan agak cepat
"Chorong'ah..!!" Suho langsung mengejar Chorong dan meninggalkan Irene yang masih duduk di sofa
Chorong terus berjalan dan sedikit berlari sambil menghapus air mata yang mulai mengalir di kedua pipinya. Kaki Chorong tersandung batu kecil dan handphonenya jatuh...
Chorong mengambil handphonenya sambil terus memegangi dadanya....
"Wae??? Kenapa aku merasa seperti ini??" Ucap Chorong berkali-kali di dalam hati
"Bukankah kau Park Chorong??" Suara seseorang membuat Chorong langsung menghapus air matanya
--------------------------------------------------To Be Continued---------------------------------------