“Apa dia menyatakan perasaannya padaku?? Ani.. Kau harus memikirkan perasaan Irene, Chorong’ah…. Tapi, kenapa dia berbicara seperti itu? Bagaimana dia bisa tau aku sudah menandatangani penyerahan saham??? Aishhh jinja….” Chorong tampak berbicara dalam hati sambil terus memegangi kepalanya
“Wae?? Apa lukamu sakit lagi??” Ibu Chorong memperhatikan tingkah anaknya itu
“A-aniya, eomma.. Gwenchana, heheee”
“Apa kau tidak kembali ke rumahmu? Besok kau sudah bisa kembali ke sekolah”
“Rumahku?? A-ahhhh… Nde.. Mungkin nanti sore” Chorong sedikit merasa aneh dengan pertanyaan Ibunya itu
“Chorong’ah… Kau sudah memiliki suami sekarang. Eomma dan Appa mu sudah tidak bisa sepenuhnya menjagamu sekarang..”
“Eoh… Ara…” Chorong sedikit menundukkan kepalanya
“Kembalilah ke rumahmu. Suho mungkin sedang menunggumu di sana” Ibu Chorong tersenyum sambil mengelus lembut sebelah pipi Chorong
Tiba-tiba handphone Chorong berbunyi….
“Yeobuseyeo??”
“Kau masih di rumah orang tuamu?? Kapan kau akan kembali??”
Chorong hanya bisa terdiam mendengar suara di ujung telepon..
“Arasseo.. Sore ini aku akan ke sana untuk menjemputmu”
Orang itu langsung memutuskan panggilan
Chorong masih menundukkan kepalanya..
“Apa itu dari Suho??” Ibu Chorong bertanya
“Eoh…”
“Mungkin dia mengkhawatirkanmu. Kau juga harus cepat kembali ke sana untuk beristirahat. Bagaimana bisa kau langsung kesini setelah keluar dari rumah sakit?”
Chorong masih terdiam. Ibu Chorong langsung memeluk erat Chorong..
“Gwenchana.. Kau bisa mengunjungi kami lain waktu. Kau sudah mempunyai seseorang yang akan selalu menjagamu. Kau tau betapa beratnya Ibumu ini menyerahkanmu pada namja itu??”
Perlahan air mata Chorong menetes mendengar ucapan Ibunya itu..
“Aku dan Ayahmu sudah mempercayakan Suho untuk menjagamu. Kau pasti juga merasakan beban di umur mu yang masih sangat muda. Tapi aku yakin, kau bisa melewati ini semua dan menjadi pribadi yang lebih dewasa. Kami menyayangimu, Chorong’ah..”
“Eomma……..” Chorong memeluk Ibunya dengan sangat erat sambil menghapus air matanya yang mulai membasahi kedua pipinya
Tidak berapa lama, Ayah Chorong pulang ke rumah.. Dia melihat Chorong yang tertidur di sofa..
“Apa dia sudah lebih baik??” Ayah Chorong bertanya pada istrinya
“Eoh…”
“Apa dia tidak kembali ke rumah barunya??”
“Mungkin sebentar lagi Suho akan menjemputnya”
“Ttaenginae..”
Sore hari…..
Mobil Suho berhenti di depan rumah Chorong.. Dia turun dari mobilnya dan menekan bel rumah itu..
“Annyeonghaseyo, eommoni..”
“Nde, Suho’ah.. Masuklah…”
Suho masuk ke dalam rumah yang suasananya belum pernah di rasakannya. Dia melihat banyak foto keluarga. Suho berjalan ke arah meja yang terdapat beberapa lukisan kecil menggambarkan keluarga mereka..
“Itu adalah beberapa hadiah dari kerabat kami” Ibu Chorong sedikit menjelaskan
“Mereka memberikan hadiah itu setelah kami mengadopsi Chorong.”
Suho sedikit tersenyum mendengar ucapan Ibu Chorong
“Chorong tertidur di kamarnya sejak tadi, bagaimana kalau kau membangunkannya??” Ibu Chorong menunjuk ke arah kamar Chorong
Perlahan Suho berjalan menuju kamar Chorong, saat dia sampai di depan pintu, Chorong keluar dari kamar..
“Kkamjagiya……” Chorong terkejut melihat Suho di depannya
“Kau sudah bangun??”
“Eo-eoh…..”
Suho melihat tas yang cukup besar di tangan Chorong. Dengan cepat, Suho mengambil tas itu..
“Kajja….”
Chorong hanya terdiam dan berjalan menghampiri Ibunya
“Gwenchana…. Kau pergilah” Ibu Chorong tersenyum dan mengelus lembut kepala Chorong
“Kami pamit pergi,eommoni…” Suho membungkukkan badannya
“Nde..”
Selama di dalam mobil, Chorong hanya terdiam sambil melihat ke arah jendela….
“Apa kepalamu masih sakit??”
“A-ani…”
“Apa kau mau makan sesuatu??”
“Ani, tidak usah…”
Sesaat Suho tampak memperhatikan Chorong..
“Kau tidak mengenakannya hari ini??”
“Eoh??”
“Aniya, aku hanya bertanya” Suho kembali fokus menyetir
“Apa dia masih ingat dengan kalung pemberianku??” Ucap Suho dalam hati
----------------------------------------------To Be Continued------------------------------------------