Beberapa hari kemudian…..
“Apa Suho tidak bisa di hubungi, Minseok’ssi??”
“Eoh… Kurasa dia sedang sibuk di sana..”
Chorong terdiam sejenak
“Akan ku kabari kalau dia menghubungiku..”
“Arasseo….”
Chorong kembali berjalan mengitari taman rumah sakit seorang diri. Dia menyalakan handphonenya. Berkali-kali dia mendapat pesan permintaan maaf dari Hara..
“Mwoya?? Apa dia membuat kesalahan padaku??”
Chorong mengingat sebuah suara yang memanggilnya sesaat sebelum pot kecil jatuh tepat di atas kepalanya..
“Apa itu benar suara Hara?? Apa aku salah mendengar??” Chorong terus menerus berbicara sendiri
Chorong berjalan menuju ruangannya. Dia melihat Ayahnya mengobrol dengan beberapa orang berpakaian rapih.. Chorong sedikit membungkukkan badannya saat melewati mereka…
“Apa perusahaan Suho akan mulai bangkrut??” Ucapan salah satu orang tersebut membuat Chorong menghentikan langkahnya
“Ani. Aku yakin dia bisa menanganinya. Dia sedang berada di Amerika untuk mengatasi semuanya” Ucap Ayah Chorong
“Apa dia seorang diri?? Bagaimana bisa?? Apa kau belum menandatangani surat penyerahan saham , Park Byun’ssi??”
“Ani.. Putriku masih dalam kondisi pemulihan. Akan ku lakukan di lain waktu” Ucapan Ayah Chorong membuat Chorong berpikir sejenak
“Kurasa harus segera di lakukan supaya membantu perusahaan dia. Apa kau mau melihat dia bangkrut begitu saja??”
“Ani. Akan ku tanda tangani surat penyerahan saham sekarang” Suara Chorong membuat Ayah Chorong dan beberapa orang itu melihat ke arahnya
“Appa, aku sudah sembuh. Aku akan membantunya”
Tidak berapa lama, Minseok datang ke rumah sakit….
“Apa kau yakin dengan keputusanmu, Chorong’ssi??” Minseok menyerahkan beberapa berkas pada Chorong
Chorong menghela nafas sejenak..
“Eoh…..”
Chorong mulai menandatangani berkas-berkas tersebut..
“Suho akan kembali ke Seoul beberapa hari lagi” Chorong sejenak terdiam mendengar ucapan Minseok
“Aku yang akan memberitahunya tentang penandatanganan penyerahan saham ini, Minseok’ssi”
“Arasseo…. Kalau begitu, akan segera aku proses berkas-berkas ini”
Minseok terlihat berbicara pada Ayah Chorong…
Chorong hanya terdiam dan kembali ke ruang rawatnya..
“Aku harap, dengan ini, aku bisa membantunya..” Ucap Chorong dalam hati
Chorong kembali menatap layar handphonenya……
Di malam hari….
Chorong membuka matanya perlahan, dia mengecek handphonenya….
“Apa dia belum bisa di hubungi??” Ucap Chorong dalam hati
Chorong bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju lift. Dia turun ke arah lobby…..
“Eoh? Chorong’ssi.. Apa kau perlu sesuatu??” Seorang suster melihat Chorong menghampirinya
“Ani.. Aku hanya bosan.. Apa kau tidak bisa melepas perban di kepalaku ini?? Rasanya berat sekali”
“Mian, aku harus meminta persetujuan Dokter terlebih dahulu”
Chorong hanya bisa menghela nafasnya….
“Apa kalian harus bekerja di malam hari seperti ini??” Chorong mengobrol pada beberapa suster
“Nde.. Apa kau tidak bisa tidur, Chorong’ssi??”
“Eoh.. Rasanya bosan sekali…”
Hoya terlihat berjalan melewati Chorong..
"Eoh?? Kau mau pulang??"
"Eoh.. Yaa, kau belum tidur??" Hoya terkejut melihat Chorong
"Sudah... Aku terbangun.... Bisakah kau lepas perban di kepalaku ini??"
"Ani.. Lukamu masih sedikit terbuka"
"Apa sangat parah??"
"Kau kembalilah ke kamar. Kau butuh banyak istirahat" Hoya memegang pundak Chorong dan membawanya ke arah lift
"Arasseo...." Chorong menuruti perkataan Hoya
Hoya mengantar ke arah ruang rawat Chorong.
"Beristirahatlah. Besok akan ku lihat perkembangan lukamu" Hoya membuka pintu ruang rawat Chorong
"Eoh...." Chorong menundukkan kepalanya
"Wae?? Kau terlihat tidak bersemangat"
"Meolla.. Kau pulanglah, mian merepotkanmu"
"Aniya. Kau cepat tidur dan beristirahat"
"Arasseo.."
Chorong menutup pintu ruang rawatnya dan kembali mengecek handphonenya..
"Apa kau sangat sibuk sampai tidak pernah menelponku,eoh???" Chorong nampak berbicara sendiri
Keesokan pagi....
Chorong berdiri di belakang jendela sambil menatap ke arah air hujan yang menyentuh jendela ruang rawatnya.. Chorong hanya bisa menghela panjang nafasnya..
"Mwohae??" Ibu Chorong masuk ke dalam ruangan
Chorong masih menatap ke luar jendela
"Kenapa kau tidak memakan sarapanmu??" Ibu Chorong melihat ke arah meja yang masih terdapat makanan yang disediakan untuk Chorong
"Aku tidak lapar"
"Wae?? Apa kepalamu sakit lagi??"
"Ani....." Chorong berjalan ke arah tempat tidurnya
"Wae? Kau terlihat lemas sekali" Ibu Chorong mengelus lembut pundak Chorong
"Meolla...." Ucap Chorong sambil melihat ke arah handphonenya
Di Amerika...
"Ayolah... Aku hanya memintamu satu hari ini saja" Irene memaksa Suho untuk menuruti permintaannya
"Arasseo..." Suho tampak kesal
Irene mengajak Suho ke area karnaval di tengah kota.
"Apa kau ingat?? Saat pertama kali aku ke Amerika, aku selalu mengirim surat untukmu dengan gambar karnaval seperti ini" Irene bercerita sambil melihat beberapa barisan parade
"Eoh.. Aku ingat" Suho sedikit tersenyum
Suho mengeluarkan kameranya dan mulai memotret beberapa parade yang lewat. Mereka berdua mulai bercerita mengenai masa kecil mereka..
"Ini, ku belikan untukmu" Irene memberikan permen kapas kepada Suho
"Apa aku masih terlihat seperti anak kecil bagimu??"
"Aku tau kau sangat suka dengan ini..." Irene tersenyum
Suho mulai tersenyum melihat tingkah Irene.. Mereka berdua menghabiskan waktu di karnaval tersebut.
Satu minggu telah berlalu.....
Chorong semakin kehilangan nafsu makannya.
"Wae?? Kenapa kau menjadi seperti ini, Chorong'ah??" Hoya memegang dahi Chorong yang sedang tertidur
Dia terus mengecek infus yang terpasang pada tangan Chorong.
"Beo-beogoshippo......" Ucap Chorong yang sedang mengigau
Hoya terus-menerus mengelus lembut kepala Chorong yang sudah lepas dari perban..
"Apa sekarang kau mulai merindukannya, Chorong'ah??" Ucap Hoya pelan
----------------------------------------------To Be Continued-------------------------------------------