Jam sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh, tetapi Junho belum juga datang kekantor. Soeun gelisah melihat kearah pintu ruangan mereka. Sesekali ia menelpon ke receptionist untuk memastikan apakah Junho sudah datang atau belum. Ada dua alasan mengapa Soeun menantikan kedatangan Junho, yang pertama ingin tahu keadaannya setelah mabuk tadi malam dan yang kedua rapat akan dimulai pukul sepuluh.
Dering telepon di atas meja kerjanya memecah lamunan Soeun, diangkatnya telepon tersebut.
"Yoboseyo?"
"Soeun-ssi, Lee Junho sudah datang dan dia menuju ruangannya. Sepertinya kau harus hati-hati kali ini, wajahnya aneh."
"Maksudmu?" tanya Soeun heran.
Belum sempat receptionist tersebut menjawab, pintu ruangan yang ada di hadapan Soeun terbuka dan Junho masuk dengan wajah yang bisa dibilang agak jutek.
"Soeun, siapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk rapat hari ini dan kau ikut aku keruangan rapat."
"Aku ikut?" tanya Soeun heran.
"Ya. Wae?"
"Ne Sajangnim."
-Junho POV-
Pagi ini aku panik sewaktu melihat jam yang tetempel di dindingku menunjukkan pukul 9.20 pagi. Aku panik karena jam 10 ada rapat dengan beberapa vendor yang akan bekerja sama denganku untuk membangun sebuah hotel di Jeju-do. Kalau sampe aku kehilangan proyek ini, aku benar-benar akan habis oleh ayahku.
Aku berlari masuk kekamar mandi dan cepat-cepat memakai kemeja serta setelan jasku. Aku sampai rumah pukul enam pagi dan rencananya aku ingin tidur sebentar dan bangun pukul 8 pagi. Tapi pengaruh alkohol dan kelelahan membuat aku terpejam lebih lama.
Aku gugup ketika masuk keruanganku dan melihat Soeun sedang menatap kedatanganku, aku gugup karena aku masih berpikir dialah yang membantuku tadi malam.
"Soeun, siapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk rapat hari ini dan kau ikut aku keruangan rapat," kataku lalu mengutuki diriku didalam hati. Buat apa aku mengajaknya ikut rapat, padahal selama ini aku tidak pernah menyuruh sekretarisku untuk ikut rapat denganku.
"Aku ikut?" tanyanya heran.
"Ya. Wae?"
Bodoh kau Lee Junho. Jelas saja dia heran kau mengajaknya. Pasti dia sudah tahu kalau aku tidak pernah mengajak sekretarisku ikut rapat.
"Ne Sajangnim," katanya dan bisa kulihat raut heran yang tergambar jelas di wajahnya.
Aku keluar ruangan setelah mengambil jam tanganku yang tertinggal di meja kerjaku kemarin. Soeun mengikutiku menuju lift untuk keruang rapat yang berada di lantai 3.
Sesampainya di ruang rapat, aku bisa melihat wajah gugup beberapa staff. Wajar saja mereka gugup, aku telat hampir 15 menit.
"Annyeonghaseyo joneun Lee Junho-imnida. Aku adalah arsitek yang akan bekerja sama dalam proyek ini dan maafkan atas keterlambatanku pada pertemuan pertama ini," kataku lalu menunduk kepada klien-klienku.
"Baiklah, mari kita lupakan masalah ini. Bisakah kita mulai sekarang?"
-Soeun POV-
Aku duduk terdiam di sebelah Junho, terkadang kupandangi satu persatu wajah-wajah orang disekitarku. Mereka tampak serius menyimak setiap kata-perkata yang dikeluarkan oleh Junho.
"Kim Soeun-ssi, dimana blueprint yang kemarin sudah kusiapkan?" tanya Lee Junho tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
"Ne? Bukankah sudah saya ber.." aku terdiam melihat blueprint yang sudah kusiapkan tadi tidak ada disekitar aku ataupun Junho.
Dengan gugup aku memberanikan melihat wajah Junho yang kutebak sudah memasang raut wajah penuh kemarahan.
"Dimana?" tanyanya lagi sambil melihatku lebih dalam.
"Eotteohke?" tanyaku panik.
"Cari sekarang juga," katanya sambil berbisik.
Aku keluar ruang meeting dan berlari secepat mungkin untuk kembali ke ruanganku. Sesampainya di mejaku, aku langsung mengobrak-abrik tempatku dan juga ruangan Junho. Tetapi blueprint tersebut tidak juga ditemukan. Aku mengacak-acak rambutku karena frustasi, aku membayangkan wajah marah Junho kalau blueprint tersebut tidak berhasil aku dapatkan.
"Eoddi?" gumamku sambil menyusuri jalan dari ruanganku sampai keruang meeting. Mataku sudah menghangat, sepertinya air mataku benar-benar akan keluar dan aku akan habis ditangan Junho. "Soeun pabbo!"
"Jogiyo," kata sebuah suara dibelakangku.
"Ne?"
"Kau sedang mencari apa? Kulihat dari tadi kau mondar-mandir seperti kehilangan sesuatu."
"Aku kehilangan blueprint yang sangat diperlukan oleh bossku, kalau aku tidak bisa menemukan blueprint itu sudah dipastikan aku akan habis ditangannya. Eotteohke?"
"Benda inikah yang kau cari?" tanya pria itu sambil memegang gulungan besar.
"Ahh.. Majayo. Kau menemukan dimana? Neomu gomabseumnida," kataku kemudian mengangkat tanganku untuk mengambil blueprint tersebut, tetapi orang tersebut mengangkat blueprint itu lebih tinggi seperti tidak mau memberikan kepadaku.
"Tidak semudah itu kau bisa mengambil ini, berikan aku nomormu."
"Untuk apa? Kau tahu, sedetik itu sangat berharga untuk saat ini. Aku harus cepat-cepat kalau tidak aku bisa habis oleh bossku."
"Memang bossmu galak sekali?"
"Dia itu galak seperti monster," jawabku asal. Mana ada monster setampan dia.
"Sudahlah, berikan saja nomormu atau aku tidak akan memberikan gulungan ini," katanya sambil menggoyangkan gulungan blueprint tersebut kearahku dan menyunggingkan senyum menggoda.
"Baiklah, mana handphonemu," kataku tidak sabar, yang penting aku dapatkan benda itu terlebih dahulu, urusan orang ini belakangan saja.
"Apa ini benar nomormu?" tanyanya tak yakin lalu menekan tanda panggil di handphonenya. Terdengar deringan handphone yang ada ditanganku lalu kutunjukkan handphone itu kearahnya.
"Puas? Sekarang aku minta gulungan itu."
"Baiklah," katanya lalu memberikan gulungan itu kepadaku.
"Gomawoyo," kataku lalu pergi setelah mengambil gulungan itu.
"Yak. Siapa namamu?"
"Soeun. Kim Soeun," kataku cuek lalu berlari menuju ruang meeting.
-Kyuhyun POV-
"Yak. Siapa namamu?" tanyaku sebelum gadis itu pergi.
"Soeun. Kim Soeun," katanya lalu berlari meninggalkanku.
Gadis yang menarik, terlihat biasa saja tetapi seperti ada yang istimewa didalam dirinya. Hari ini rencananya aku ingin mengajak Junho makan siang bersama Jaekyung Imo. Tapi kata Imo, Junho ada meeting pagi ini untuk proyek besar di Jeju. Dan sewaktu aku jalan-jalan, aku lihat Junho dan gadis itu berjalan kearah ruang meeting. Terlihat tergesa-gesa dan tanpa mereka sadari, gadis itu menjatuhkan gulungan yang memang gadis itu memegang banyak sekali barang-barang. Yah, tanpa pikir panjang aku memungut gulungan tersebut yang kupikir mungkin akan menguntungkanku nanti.
Aku berjalan menuju ruangan Junho, meskipun aku tahu ruangan itu pasti kosong tetapi aku sudah biasa ada disana. Aku berjalan melewati para staff Junho dan mereka tidak lupa untuk berdiri dan membungkuk kearahku. Disamping aku adalah sepupunya Junho (meski semua orang tidak tahu kalau Junho adalah anak dari pemilik perusahaan ini dan mereka masih menganggap aku adalah sahabat Junho), perusahaanku juga salah satu pemegang saham di sini.
Baru sepuluh menit aku duduk sambil membaca artikel-artikel tentang bisnis, aku mendengar suara Junho yang sedang marah.
"Kau tahu apa jadinya kalau kau tidak bisa menemukan blueprint tersebut? Apa kau tahu berapa besar kerugian kita kalau semua itu terjadi?"
Suara Junho keras sekali diluar sana karena suaranya jelas sekali terdengar di dalam ruangannya ini. Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan kulihat Junho agak terkejut dengan kehadiranku dan juga gadis dibelakangnya yang dari tadi menunduk tak kalah terkejut melihat aku disana.
"Hai, apa ada sesuatu besar yang terjadi?" tanyaku santai.
"Hyung?" tanyanya kaget.
"Hai Kim Soeun-ssi," sapaku sambil mengangkat tangan kananku.
"Mwo-ya."
-Junho POV-
Aku benar-benar marah ketika tahu Soeun melupakan blueprint yang sudah kusiapkan. Terlebih aku sudah berbuat kesalahan dengan datang terlambat, kalau aku berbuat kesalahan lagi dengen menghilangkan blueprint tersebut, bisa dipastikan aku kehilangan mukaku didepan klien-klienku.
Untungnya gadis ceroboh ini bisa mendapatkan blueprintku kembali. Aku tidak ingin tahu bagaimana dia bisa mendapatkan benda itu, yang terpenting proyekku terselamatkan.
"Kau tahu apa jadinya kalau kau tidak bisa menemukan blueprint tersebut? Apa kau tahu berapa besar kerugian kita kalau semua itu terjadi?" tanyaku dengan nada keras sambil menuju pintu ruanganku.
Setelah kubuka pintu ruanganku, aku terkejut karena ruanganku sudah berpenghuni. Yap siapa lagi yang suka masuk tanpa ijin keruanganku kalau bukan Cho Kyuhyun, sepupuku yang paling iseng.
"Hai, apa ada sesuatu besar yang terjadi?" tanyanya santai.
"Hyung?"
"Hai Kim Soeun-ssi," sapanya sambil mengangkat tangan kanannya dan tersenyum centil.
"Mwo-ya," kataku bingung melihat Kyuhyun hyung menyapa Soeun.
"Wae? Kau tidak mau menyambut kedatanganku?" katanya lalu bangun dari tempat duduknya.
"Soeun, kau boleh keluar."
"Ne."
"Hyung, apa yang membuatmu datang kemari?" tanyaku heran, karena terkadang Kyuhyun hyung datang padaku bukan tanpa alasan.
"Aku mau minta bantuanmu."
-Author POV-
Soeun menghempaskan dirinya di kursi sambil menghela napas yang panjang.
“Kau tadi menghilangkan apa?” tanya Ryona Seonbae.
“Aku hampir menghilangkan blueprint-nya. Untung saja tadi ketemu.”
“Untunglah, karena kau akan habis kalau benda itu benar-benar hilang. Aku berharap kau akan menjadi sekretarisnya yang terakhir.”
“Oke, sekarang aku semakin penasaran dengan misteri sekretaris-sekretaris Lee Junho. Ada apa sebenarnya? Lagipula, aku kan hanya magang beberapa bulan disini.”
“Kau penasaran? Jadi, alasan sebenarnya adalah mer…”
Belum sempat Ryona Seonbae menjawab, telepon di meja Soeun berdering.
“Yeboseyo?”
“Pesankan dua porsi jajangmyeon sekarang.”
“Ne,” jawabnya lalu menutup telepon.
“Jadi, kau masih mau mendengarkan ceritaku?”
“Seonbae josonghaeyo. Kau bisa menceritakannya nanti setelah aku melaksanakan perintah boss. Eotte?”
“Ahh.. Aku sudah tidak ingin lagi menceritakannya kepadamu, sudah tidak seru lagi.”
“Seonbae,” kata Soeun agak sedikit merajuk.
“Araseo.”
Sementara di dalam ruangan Junho.
“Kau serius ingin melakukan hal ini? Kau kan tahu siapa dia.”
“Ayolah, sekali ini saja aku minta bantuanmu.”
“Kita lihat nanti, aku tidak janji bisa membantumu.”
“Yah, asalkan kau masih ingat kalau aku juga berpengaruh didalam perusahaan ini. Aku pulang.”
“Hyung, bukankah kau memesan jajangmyeon?”
“Aku sudah tak bernafsu.”
Junho hanya menghela napas saat melihat tingkah sepupunya seperti ini. Permintaannya tadi benar-benar sangat kekanak-kanakan dan tak beralasan jelas. Entah, setan apa lagi yang sedang mempengaruhinya. Meski ia tahu, setan mana yang mau merasuki evil seperti dia.
Huaaaahhhh... Lama gak update untung gak kudet....
Jangan lupa klik love and comment yaahhh...
Salam cium dari Junho...