home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Just An Ordinary Girl

Just An Ordinary Girl

Share:
Author : arista_kyu
Published : 02 Feb 2015, Updated : 17 Jul 2016
Cast : Junho, Soeun, Kyuhyun, Nichkhun, Tiffany, Nana, Taecyeon
Tags :
Status : Ongoing
4 Subscribes |24450 Views |13 Loves
Just An Ordinary Girl
CHAPTER 3 : Another Personalities

"Dia bossku."

"Nugu?" tanyanya lagi untuk memastikan.

"Bossku Nana, Bossku. Ottohke?"

"Ppalli bantu dia," kata Nana sambil mendorongku.

"Tapi kau lihat pria itu, badannya besar sekali," kata Soeun sambil berbisik kearah Nana.

"Kalau kau tidak cepat menolongnya, dia bisa tewas."

Soeun menarik napas panjang lalu melirik kearah Nana yang diikuti anggukan kepala mantap dari Nana. Mungkin kalau bisa diartikan seperti ini, 'kau pasti bisa menolong boss tampanmu. Soeun fighting.'

"STOP.." teriak Soeun yang membuat restoran itu hening seketika.

Semua pasang mata menatap Soeun heran dan bertanya-tanya siapa gadis aneh yang tiba-tiba menghentikan pertarungan seru yang sedang berlangsung.

"Wae?" tanya pria berjaket kulit tersebut sambil melepaskan genggaman eratnya pada baju Junho tetapi pandangan matanya melekat menusuk mata Soeun.

"Ahjussi, tidak bisakah kau tidak membuat keributan di sini? Disini restoran tempat untuk makan bukan arena tinju."

"Ahjussi? Kau memanggilku Ahjussi?"

"Ne. Waeyo? Apa ada yang salah?"

"Kau pikir umurku berapa? Umurku saja belum sampai 30 tahun dan kau berani-beraninya memanggilku Ahjussi?" katanya lalu menghampiri Soeun.

Soeun yang bukannya takut tapi malah tertawa geli. "Hahaha josohaeyo ahjussi. Soalnya tampangmu tidak menunjukkan umur 20an. Jinjja."

"Yak. Kau ini siapa? Berani-beraninya kau berbicara seperti itu padaku," kata lelaki tersebut tapi tidak dijawab oleh Soeun.

"Yak," teriak seseorang yang dibarengi dengan jatuhnya lelaki berjaket kulit tersebut.

Soeun menutup mulut dengan tangannya karena kaget. Junho sudah berdiri dibelakang pria berjaket tersebut.

 

-Soeun POV-

Aku terkejut karena bossku meninju pria berjaket kulit tersebut. Meskipun jalannya masih terhuyung tetapi tinjunya telak membuat pria berjaket kulit tersebut jatuh dikakinya. Padahal untuk perbandingan badan saja mereka sudah sangat jauh.

“Mengapa kau disini?” tanyanya.

“A-aku sedang bertemu temanku,” jawabku sambil menundukkan kepala.

“Jadi kau mengenalnya?” tanya pria jaket kulit tersebut.

“Sudahlah Oppa, ayo kita pergi. Kau tidak seharusnya berbuat seperti ini,” kata seorang wanita sambil menarik jaket pria tersebut. “Junho kwenchana? Mianhae.”

“Pacarmu ini tidak berubah ya Yujin, tetap saja cemburuan tidak jelas.”

“Kau tidak apa ku tinggal? Soalnya kau minum tiga botol soju.”

“Kwenchana, aku bisa pulang sendiri.”

Aku hanya bisa terdiam melihat mereka. Aku semakin tidak paham dengan situasi sekarang ini. Semua orang sudah kembali ke tempatnya masing-masing, hanya tinggal aku dan Nana yang masih berdiri dibelakang Lee Junho. Kulihat Nana terdiam sambil membuka mulutnya, entah apa yang membuatnya takjub. Tapi kulihat arah pandangannya menuju Junho yang sedang duduk sambil menenggak sojunya.

“Nana wae?” tanyaku bingung.

“Bossmu ternyata tampan.”

Ingin rasanya aku mengacak-acak rambut Nana setelah mendengar jawabannya. Kupandangi punggung bossku, ia masih saja menenggak gelas demi gelas sojunya. Bukankah kata perempuan tadi, ia sudah minum tiga botol soju? Kenapa masih minum terus?

“Hey anak magang, mengapa kau masih berdiri dibelakangku?” tanyanya tiba-tiba.

“Aniyo Sajangnim. Josonghamnida,” kataku sambil membungkukkan badan kemudian menarik Nana untuk kembali ketempat kami.

“Kau yakin bossmu tidak apa-apa minum sebanyak itu? Kulihat dia sudah mabuk.”

“Entahlah, aku tak tahu.”

 

-Author POV-

Sudah hampir dua jam berlalu, Soeun masih mengawasi Junho yang masih terus menerus menenggak sojunya. Nana diam sambil memandangi botol soju yang sudah tinggal setengah. Soeun melarangnya untuk minum banyak malam ini dan Nana patuh karena diancam tidak akan mengantarnya pulang kalau dia mabuk.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Junho mulai terkulai lemas karena pengaruh alkohol. Bagaimana tidak mabuk kalau meminum lima botol soju.

“Soeun ayo pulang, aku bosan kalau hanya bisa memandang botol soju saja,” ajak Nana sambil merapihkan barang-barangnya.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan dengannya? Bagaimanapun juga, dia adalah bossku.”

“Yasudah, kau antar saja dia pulang.”

“Ini hari pertamaku bertemu dengannya, mana mungkin aku langsung tahu dimana rumahnya.”

“Lalu, mau kau bawa kemana dia? Rumahmu?”

“Kau mau aku dibunuh oleh orangtuaku kalau aku membawa pria asing kerumah? Lagipula kedua orangtuaku sedang pergi ke Namyangju.”

“Bukannya bagus kalau tidak ada orangtuamu dirumah? Kau tidak akan ketahuan membawa pria kerumahmu.”

“Kau benar-benar ingin menjerumuskanku ke dalam dosa eoh?”

“Hahahaha.. molla. Ppali putuskan apa yang akan kau lakukan?” tanya Nana sudah tidak sabar.

Soeun terus menatap Junho yang sudah mulai tertidur diatas mejanya. Orangtuanya memang akan pulang lusa, jadi meskipun ia membawanya malam ini tidak akan apa-apa.

“Baiklah, bawa dia kerumahku saja.”

Soeun beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Junho. Samar-samar terdengar rancauan yang keluar dari mulut Junho, tidak jelas tetapi terdengar lirih. Raut mukanya pun seakan memancarkan kepedihan yang tidak bisa terobati.

Soeun terpaku memandang lirih.

 

-Soeun POV-

“Kenapa pria ini berat sekali?” runtukku sambil memapah Junho dipundak kananku.

“Badanku rasanya mau patah Soeun,” kata Nana sambil bersusah payah menahan berat tubuh Junho.

“Ini kan idemu untuk membawanya kerumahku.”

"Tapi kan bukan ideku untuk menolongmu. Ahh Soeun neomu himdero," kata Nana sambil menggelengkan kepalanya.

"Sebentar lagi sampai Nana, tahan sebentar lagi," kataku sambil membuka pintu pagar rumahku.

Untunglah jalan rumahku sudah sepi, jadi sewaktu turun dari taxi tadi tidak ada yang melihat aku membawa pria kerumahku yang kosong.

Kurebahkan tubuh Junho di sofa putih yang ada di ruang tamuku. Nana berlari kedapur untuk mengambil minum, memang kuakui cukup lelah memapah Junho meskipun hanya dari depan rumahku karena perbandingan tubuh kami yang cukup jauh.

"Soeun mul," kata Nana memberikan segelas air kepadaku.

"Gomawo," kataku kemudian menengguk habis air tersebut. "Kau tidur disini saja Nana, temani aku."

"Shiro. Aku pulang besok kau kuhubungi," kata Nana buru-buru mengambil tasnya dan pergi.

"Nana-ya," teriakku.

"Sikkeureo," kata Junho sambil menggeliat dan menutup kuping.

"Mwo-ya."

 

-Junho POV-

Aku membuka mataku dan mendapati diriku ada diruang tamu, jelas bukan ruang tamu rumahku. Kepalaku terasa berat, aku tidak ingat berapa botol soju yang sudah kuminum. Dan aku tidak ingat mengapa aku bisa ada sini, entah rumah siapa. Kulihat jam yang menempel di dinding, sudah pukul 5 pagi.

Aku beranjak sambil memegang kepalaku, kukumpulkan tenagaku untuk bangkit berdiri. Kucari kertas dan pulpen untuk menulis pesan kepada tuan rumah ini karena kuputuskan untuk pulang saat ini juga.

Aku keluar dari rumah tersebut, rumah yang tidak besar tetapi nyaman karena dihalamannya banyak terdapat pohon-pohon serta bunga berbagai jenis. Langit masih gelap dan aku mulai berjalan keluar dari rumah tersebut dan untung saja jalanan masih sepi.

Aku berjalan, mengingat kejadian tadi malam. Yang kuingat hanya aku sedang minum bersama Yujin, aku menemaninya karena ia ingin bercerita mengenai kekasihnya yang merupakan temanku dahulu. Kenapa aku menyebutnya dahulu, karena sejak kejadian masa lalu, dia tidak pernah mau menemuiku lagi. Dan aku ingat kalau pria itu datang dan memukulku. Dan..

“Anak magang itu,” kataku tiba-tiba berhenti berjalan. “Bukankah tadi malam ada perempuan itu? Jangan-jangan itu rumahnya.”

Aku berbalik melihat rumah yang sudah agak jauh dari tempatku berdiri.

“Aduh, tadi aku merancau apa lagi. Jangan sampai aku berbicara yang tidak-tidak,” katakku sambil menutup mukaku dengan kedua tanganku.

 

-Soeun POV-

Aku mendengar suara-suara di ruang tamu, tempat Junho berada. Kulirik jam didinding yang menunjukkan pukul 5 pagi dan aku masih belum memejamkan mata. Bagaimana bisa tidur kalau diluar ada seorang pria mabuk yang baru satu hari kukenal.

15 menit kemudian kudengar suara pintu yang tertutup dan kuyakini pria itu telah pergi meninggalkan rumahku. Aku berjalan perlahan keluar kamar, ketika kubuka pintu kamar ternyata ruang tamu sudah kosong.

“Benar-benar pergi. Tidak sopan sekali dia, pergi tanpa permisi.”

Kulihat secarik kertas di meja dan dua lembar 50.000Won. Kubaca tulisan yang ada dikertas tersebut.

Terima kasih karena sudah merawatku beberapa jam ini.

Untuk permintaan maafku yang sudah merepotkanmu, serta rasa terima kasihku.

Aku hanya bisa memberikan ini, untuk mengganti ongkos taxi serta minuman yang telah aku minum tadi malam di kedai.

Salam,

Orang yang kautolong

Aku tersenyum simpul, melihat kata-katanya yang sepertinya tulus dari hatinya. Dan kalau kuingat rancauannya tadi malam, hatiku ikut merasakan sakit. Ada cerita lain dibalik sifatnya yang keras selama ini, meskipun aku baru bertemu dengannya hari ini tetapi aku seperti sudah lama mengenalnya.

 

 

 

Author gak yakin sebenarnya sama chapter ini, kayaknya agak gimanaaaa gituuuu...

Tapi jangan lupa untuk klik love di kanan atas kalo memang suka dan jangan lupa comment ya...

Neomu gomawoyoooo....

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK