Di atas motor, Baro teringat sesuatu. Kemudian ia mengeluarkan ponsel dari saku baju seragamnya.
"Halo..." Suara Jae Hyun dari balik sana.
"Hei Jae Hyun, di mana lo sekarang? Oh iya, gue cuma mau ngasih tahu bahwa sekolah sudah pulang dari sekitar 45 menit yang lalu." Ucap Baro dengan suara yang cukup keras mengingat posisinya yang sedang melaju bersama Joong-Ki.
"Benarkah? Hahahaha" tawa Jae-Hyun.
"Loh kok lo ketawa sih mata empat?".
"Oh iya, maaf Baro." Suara Jae Hyun merendah.
"Loh kok sekarang malah minta maaf" Baro menjadi bingung.
"Emh........"
"Eh kenapa? Apa terjadi sesuatu sama Bora?" Baro mulai khawtir.
"Sebenarnya......"
"Apa?!!!!"
"Gue dan Bora......."
"KENAPA SAMA BORA?!!!"
"Gue gak sanggup bilangnya, maaf Baro"
"Eh lo, gak usah ngaco! Buruan bilang!"
Motor yang di naiki oleh Baro dan Joong-Ki berhenti di lampu merah.
"EH.... KOK LO MALAH DIEM DOANG SIH!!! BURUAN BILANG MATA EMPAT!!!" Baro berteriak-teriak di depan ponselnya sendiri yang berhasil membuat semua orang di lampu merah menatap dirinya.
Merasa risih karena menarik perhatian, Joong-Ki menyikut-nyikut Baro. "Hei Baro... jangan teriak-teriak. Kita sedang di lampu merah nih" ucap Joong-Ki secara perlahan.
Mendengar ucapan Joong-Ki, Baro menjadi tersadar dan langsung melihat sekitarnya. "Maaf... Maaf.... Maaf" berungkali Baro meminta maaf kepada semua orang di sekitar mereka.
Lampu merah berganti lampu orange kemudian menjadi lampu hijau.
Baro menarik nafas panjang, "Halo Jae Hyun, lo masih di sana gak?" tanya Baro setelah menenagkan dirinya sendiri.
"Iya, gue masih di sini kok Baro"
"Apakah terjadi sesuatu dengan Bora?"
"Bersyukurlah lo Bar, gue sama Bora sudah kembali ke rumah masing-masing dari jam 10 tadi"
"Jadi lo cuma ngerjain gue doang!!!!" bentak Baro.
"Hahahaha, lo nya aja yang panikkan. Hahaha" terdengar tawa Jae Hyun yang sangat puas di balik sana.
"Ah lo, awas aja ntar kalo gue ketemu sama lo!" dan Baro langsung menutup ponselnya.
Joong-Ki dan Baro sudah sampai di Pasaraya, Manggarai.
Baro hanya mengikuti langkah Joong-Ki, tanpa ia mengetahui apa yang Joong-Ki rencanakan sampai akhirnya mereka memasuki sebuah toko boneka.
"Hei Baro, menurut kamu boneka apa ya yang cocok untuk diberikan kepada seorang gadis yang kamu sayangi?"
"Ehm.... sebentar, gue mau mikir dulu" Baro mengernyitkan dahinya dengan tangan kanan memegani dagunya.
Memori Baro
"Annyonghaseyo." Sapa Joo Won lembut kepada adik kembarnya.
"Annyonghaseyo, Hyung" ucap Baro.
"Annyonghaseyo, Oppa" ucap Bora.
"Oh iya, aku membawakan bingkisan untuk kalian" ucap Joo Won sambil memberikan sebuah paper bag untuk Baro dan sebuah paper bag lagi untuk Bora.
"Wah...." mata Baro berbinar, tampak begitu senang karena mendapatkan topi dari dalam paper bag yang diberikan oleh Joo Won. "Gomawoyo Hyung" dan Baro langsung mencoba nya.
"Yah.... " desah Bora.
"Kenapa Bora?" tanya Joo Won.
"Oppa, aku kan gak suka boneka" keluh Bora sambil mengeluarkan sebuah boneka beruang dari paper bag-nya.
"Yah... maafkan aku ya Bora, aku lupa jika kamu tidak suka dengan boneka." Joo Won tampak sedih.
"Hei Bora, tega lo ngeliat muka Hyung kita sedih begitu" bisik Baro.
Bora menjadi merasa bersalah, "Oppa, mianhae" ucap Bora memegangi kaos Joo Won, "Dan aku berfikir, memang seharusnya seorang gadis cantik seperti aku menyukai boneka" ucap Bora.
"Tak apa, cantik" Joo Won tersenyum sambil mengusap-usap kepala Bora.
"Huekkkkk, cantik dari mana sih lo Bora" celetuk Baro.
"Ye.... susah deh kalo ngomong sama orang jelek kaya lo" sindir balik Bora.
"Sudah-sudah.... Mau secantik atau setampan apa pun dan bahkan sejelek apa pun kalian, kalian tetap adik kakak yang sangat kakak sayangi" dan Joo Won merangkul kedua pundak adik kembarnya.
Memori Baro berakhir.
"Maaf Joong-Ki, gue gak punya pengalaman hal yang lo tanyain ke gue".
"Oh karena belum ada gadis yang kamu sayangi?"
"Bukan itu, tapi karena gadis yang aku sayangi tidak menyukai boneka"
"Loh memangnya siapa yang kau sayangi?"
"Adikku" jawab Baro singkat membuat Joong-Ki terkejut.
"Apa? Kamu kena sister complex ya?"
"Ih.... sayang itu kan bukan berarti hanya untuk orang luar, keluarga pun harus tetap di sayangi. Gue itu sayang, bukan jatuh cinta sama adik gue" Baro mempertegas.
"Oh... hehehhe, maaf" ucap Joong-Ki.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan toko kepada mereka berdua.
"Mbak, bisa bantu saya mencarikan boneka yang cocok untuk seorang gadis seumuran saya?" tanya Joong-Ki.
"Gadis tersebut siapanya kamu?" tanya pelayan toko lagi.
"Seseorang yang ingin saya nyatakan perasaan saya kepadanya" jawab Joong-Ki.
"Oke, mari saya tunjukkan beberapa boneka yang bisa kamu pilih" dan Pelayan Toko pun membantu Joong-Ki memilah dan memilih boneka, sedangkan Baro hanya mengikuti mereka saja.