Abducted
Setelah menyalakan mesin mobilnya, Taehyung segera menginjak gas dan melesat pergi meninggalkan gedung sekolah. Ditengoknya Jihye berada di jok belakang tak sadarkan diri dengan tangan dan kaki terikat. Hembusan nafas dapat terdengar dari mulutnya. Meski spedometer menunjukkan angka 90 km/jam, ia tak ragu untuk menaikkan kopling dan melajukan mobilnya secepat yang ia bisa.
Menekan sebuah tombol pada unit komunikasinya, sebuah suara dari handset di telinganya terdengar.
“Subjek sudah bersama saya,boss.” lapornya. Setelahnya, ia mematikan unit komunikasinya dan memandang ke cermin rearview. Dipandanginya wajah flawless milik Jihye yang sedang tertidur di jok belakang.
“Aku tahu kau terjaga Jihye-a.”
-----------------------
2 jam sebelumnya....
“Berhentilah mengikutiku.” Luhan berhenti berjalan tanpa menoleh ke arah belakang, dimana Taehyung sedang mengikutinya. “Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?”
Taehyung mendesis. Ia tahu Luhan sedang berbicara padanya karena memang itulah niatnya. Ia ingin menyampaikan sesuatu pada Luhan. “Well...banyak.”
Tanpa membalikkan badan, Luhan membalas kalimat milik Taehyung “Begitu juga denganku.”
“Ini tentang Jihye.”
“Ini tentangmu.”
Mereka mengatakannya secara bersamaan. Taehyung terkekek pelan, menampakkan betapa sipit matanya ketika tertawa.
Taehyung maju beberapa langkah, mendekati Luhan.
“Kau menyukai Jihye. Sadarlah akan hal itu.” Taehyung menatap lurus ke mata Luhan begitu lama dan tampak di matanya pupil Luhan membesar ketika ia menyebutkan nama ‘Jihye’.
lalu ia beranjak pergi dari sana. Langkahnya terhenti ketika Luhan mengucapkan sesuatu yang membuat Taehyung membentuk smirk. “Seseorang baru saja datang dan ia sudah membicarakan masalah ini..Bukankah mencurigakan?”
“Kau akan tahu nanti.” jawab Taehyung pada Luhan yang ditinggalkannya.
Setelahnya, Taehyung memasuki toilet dan mengaktifkan unit komunikasinya. “Boss, sudah tidak diragukan lagi. Ia menyukai Jihye.Semua yang terjadi hari ini, membuktikan bahwa ia menyukai Jihye.”
Taehyung mengepalkan tangannya. Ingin rasanya ia marah tapi ia bingung harus marah kepada siapa. Pekerjaan ini adalah pekerjaan terberat seumur hidupnya. Dan Taehyung tahu, ia harus melakukannya. Segera melakukannya. Sebelum sebuah perasaan lain membuatnya ragu untuk melakukannya.
“Baiklah. Segera lakukan plan A.” sebuah perintah terdengar dari seberang unit komunikasi.
Meski begitu, Taehyung menenangkan batinnya dan menyempatkan diri untuk mengucapkan “Semoga semuanya akan baik-baik saja.” dalam batinnya sebelum unit komunikasi terputus.
“Kita harus segera mendapatkan Luhan kembali.. Semua pekerjaan menjadi mudah karenanya.” seorang namja bertubuh kekar berujar ke sebuah layar lcd proyektor.
(setting tempat)
“Kereudji..Kita kewalahan tanpa dirinya.” sahut seorang lainnya dengan tubuh yang tak kalah kekar dengan namja sebelumnya yang sedang terduduk di sebuah meja Billiard. Tatto tergambar di hampir seluruh permukaan tubuhnya.
“Kau mengeluh?” tanya sebuah bayangan yang tampak dari lcd proyektor. Bayangan seseorang mengenakan mantel hitam dan topeng. Tak cukup hanya itu, ia juga mengenakan sarung tangan dan menyamarkan suaranya. Mungkin tampak pengecut karena ia tak menunjukkan identitas apapun yang dapat mereka ketahui. Semuanya begitu tertutup. Meski begitu, banyak yang takut padanya. Apalagi hanya dengan dua kata yang baru saja ia ucapkan pada anak buahnya, sudah cukup membuat semua yang ada di dalam ruangan gelagapan.
“A-aa a-ani boss. Ge-ge-geunyang, mmm-ungkin pekerjaan kita akan lebih mudah d-dan kita dapat melakukan lebih banyak pekerjaan lagi j--jiika Luhan ada di sini,boss..”
Seseorang yang mereka panggil boss kemudian tertawa renyah.
“Begitulah jika aku harus memiliki anak buah dengan besar ototnya saja seperti kau.”
semuanya tampak hening. dan namja sebelumnya tampak merasa bersalah lalu mengucapkan sebuah permintaan maaf. “Maafkan saya boss.”
Lalu semuanya hening. Tak ada yang berani berkata sedikitpun.
Terasa bodoh memang. semua orang bertubuh kekar di sana tak satu pun ada yang berani menentang ucapan seseorang yang bersembunyi di balik mantelnya.
“Kalian tahu, kita sudah kehabisan terlalu banyak orang untuk membawa kembali Luhan. Kita butuh sebuah rencana.”
Tak lama setelah itu, tiga butir orang memasuki ruangan besar dan menginterupsi sebuah ‘meeting’ yang mereka lakukan. Dua orang di antaranya sedang membawa seseorang yang tampak terkulai lemah dengan berbagai bekas luka di banyak bagian tubuhnya. Meski begitu, mata orang tsb masih menyala. Ekspresi wajahnya masih menyalak, bak anjing malam yang kelaparan.
“Boss, seseorang yang berhasil menumbangkan banyak rekan kita sudah saya temukan boss.”
Bayangan bermantel di layar lalu ber-hmm sebentar lalu terkekeh sebentar.
“Tampak masih muda..Siapa namamu?”
Namja itu enggan menjawab, malah memberi tatapan mematikannya ke arah bayangan bermantel di layar lcd.
Dua namja yang membawanya merasa kasihan jika namja yang mereka bawa masih harus melalui siksaan sehingga mereka menjawab untuknya. “Kim Taehyung boss.”
Jeda waktu yang cukup lama.
Sebelum layar benar-benar mati, bayangan bermantel mengatakan sesuatu yang membuat seisi ruangan “Kita akan menggunakan Taehyung sebagai aktor dalam rencana kita.”
----------------------
Luhan memasuki perpustakaan. Sepulang sekolah, ia masih harus menjaga perpustakaan hingga pukul 17.00 dan di sinilah dirinya. Menata buku yang berserakan di meja dan mendata buku baru yang masuk hari itu. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di benaknya. Luhan masih ingat betul bagaimana Taehyung melakukannya beberapa menit yang lalu. Melakukan sesuatu yang seperti disengaja...
Mungkinkah itu sebuah..kode? tanya Luhan dalam batinnya. Ketika Taehyung mencondongkan tubuhnya, ia merasa bahwa Taehyung bertindak mencurigakan. Sangat mencurigakan sehingga ia penasaran akan hal tersebut, mencari sebuah buku yang berjudulkan ‘Kode-kode Rahasia’ yang ia ambil dari rak ‘Ilmu Pengetahuan Umum’ di dalam perpustakaan.
Ia membuka lembaran-lembaran tsb dengan cepat. Ia yakin, bahwa Taehyung bukanlah namja biasa. Ia juga yakin, Taehyung adalah seseorang dari organisasi yang pernah ia tinggali. Dan ia merasa, pertemuannya beberapa menit yang lalu bermaksud sesuatu.
“Ia tampak sengaja mngedipkan matanya dan melebarkan matanya secara bergantian..” batinnya terus menanamkan pikiran tersebut.
Dan gerakan tangan Luhan terhenti ketika ia membuka sebuah halaman berjudul ‘Kode Morse’.
Sebuah kode yang terdiri dari dua kunci. Titik dan setrip.
Saat itu juga, lampu di kepala Luhan menyala. Begitu terang hingga ia menunjukkan smirknya.
Ia masih ingat betul, ketika Taehyung melihat lurus ke arahnya, pertama-tama ia mengedipkan matanya, tiga kali lalu mengedipkan matanya lagi kemudian melebarkan matanya.
Ia lalu mengambil sebuah kertas kosong lalu mencoret-coret hingga membentuk sesuatu yang mengejutkan Luhan. Ia sekarang mengerti mengapa Taehyung melakukannya dengan sebuah jeda..Itu agar Luhan dapat mengingat semuanya, semua gerak kelopak matanya.
“Mungkinkah..Sebuah kedipan adalah titik dan ketika matanya melebar adalah sebuah strip?”
Dengan pemikiran itu, ia mencoret-coret kertas tersebut.
• • •= S / • –= A / – • –= K / • • –=U
Mata Luhan melebar ketika ternyata semua itu membentuk sebuah frasa kata.
SAKU
---------------------------------
“Aku tahu kau terjaga Jihye-a.” ujar Taehyung setelah unit komunikasinya terputus.
Tentu saja ia harus memastikan unit komunikasinya terputus. Ia tidak ingin apa yang telah ia lakukan di dalam mobil terdengar oleh bossnya.
“Aku tahu, kau melakukan semua ini demi Luhan.” Taehyung mendecakkan lidahnya.
“Bolehkah aku bertepuk tangan atas keberanianmu?” tanya Taehyung sebelum akhirnya ia melepas setir mobilnya dan bertepuk tangan ringan.
Taehyung ikut menarik satu sudut bibirnya ketika melihat Jihye juga menarik salah satu sudut bibirnya. Menunjukkan bahwa Jihye memang benar-benar terjaga dan mendengar semua kalimatnya.
“Berterimakasihlah karena aku telah menjadi yeoja yang baik dan penurut.” jawab Jihye, masih dalam posisinya. Posisi dimana ia terbaring di jok belakangan dengan pipi kanan tersentuh di kulit kursi jok.
“Tetaplah menurut, Jihye-a. Tetaplah di tempatmu dan jangan terbangun. Ada dua mobil yang mengawasi di depan dan di belakang kita.” ujar Taehyung sambil tetap fokus memandang ke depan serta memandang mobil yang mengawasinya di belakangnya melalui spion mobilnya.
“Kau sungguh membuatku terkejut, Yoo Jihye. Tak kusangka cinta akan membawamu hingga sejauh ini.” Taehyung memaksakan sebuah tawa sementara Jihye tetap tenang sembari mengeluarkan desisan kecil.
“Aku hanya penasaran saja.”
“Thats love.” Taehyung menyangkal sembari membelokkan mobilnya dengan tajam. Bagaimana tidak tajam jika ia membelokkan mobilnya pada kecepatan 90 km/jam?
“Curiosity.” Jihye tidak ingin kalah. Ia tetap bersikeras ia melakukan semua sandiwara ‘pura-pura-pingsan-dan-tertangkap’ ini sebagai pemuas rasa ingin tahunya.
“Love.”
“Curiosity.”
“Love.”
Perdebatan mereka akhirnya terhenti ketika Jihye akhirnya mengatakan “Both.”
Taehyung terkekeh.
“Kamu pasti sudah gila.” Decakan lidah terdengar dari mulut Taehyung. “Kau tak tahu bahaya apa yang menghadang di depanmu Yoo Jihye.” Taehyung menatap lurus ke depan dan terus mengoceh. “Kamu pasti sudah gila.” Ia mengulangi kalimatnya.
Jihye tak memasang ekspresi takut atau apapun itu. Matanya penuh keyakinan.
“Tapi itulah yang membuatku menjadi Yoo Jihye.”
Lalu hening. Taehyung merasakan degup jantungnya menjadi tak karuan ketika mendengar kalimat itu dari Jihye dan ia merasakan laju mobilnya melambat.
Dan kembali hening.
“Aku lapar. Kau tak boleh membiarkan tawananmu kelaparan..” Jihye tampak merajuk sembari memanyunkan bibirnya. Masih di posisinya yang terikat seperti lemper.
Kemudian rasa laparnya mendadak hilang ketika Taehyung mengucapkan sesuatu yang membuat Jihye terkejut hingga ke ubun-ubun.
“Masih bisa hidup lebih baik daripada kelaparan, nona kecil.” Ditambah sebuah seringai. Membuat Jihye merasakan sedikit rasa ketakutan.
“Ya! Kau berusaha menakutiku?! Aish...” Jihye bereaksi dengan mngehentakkan kakinya ke pintu mobil yang hanya berdampak suara ‘dug’ kecil karena well, dia terikat.
Sama sekali bukan sebuah ancaman bagi Taehyung.
Tawa Taehyung pecah. Lalu wajahnya mendadak menjadi serius ketika ia bertanya sebuah pertanyaan pada Jihye.
“Mengapa kau begitu santai, Yoo Jihye? Apa kau yakin akan tetap hidup?”
Jihye sempat merasakan sebuah goosebumps ketika ia mendengar pertanyaan dari Taehyung tapi semua perasaan itu hilang ketika ia menjawab pertanyaan Taehyung dengan mantap. Dengan mata yang penuh keyakinan. Dengan suara yang sangat mantap.
“Karena aku yakin... Aku masih memiliki seseorang di sisiku.” Jihye terhenti. Keraguan sedikit terbesit di benaknya tapi ia masih merasakan kemantapannya lebih besar dalam keyakinannya tersebut. “Karena aku yakin... Aku masih memiliki Luhan dan juga kau.”
Taehyung tidak tahu kaca rearviewnya berembun atau apa tapi ia dapat melihat mata Jihye berkaca-kaca ketika ia mengucapkan
“Karena aku yakin Luhan masih peduli padaku dan berusaha mencariku.”
Taehyung juga tidak tahu pasti tapi ia merasa degup jantungnya selalu berubah menjadi tidak keruan ketika ia mendengar suara Jihye.
-----------------------------
“SAKU?” Setelah mengurut semua kata pada secarik kertas, Luhan akhirnya tahu apa maksud dari kode morse yang baru saja Taehyung katakan. Ia lalu melihat ke saku jas seragamnya dan melihat sebuah lipatan kertas di dalamnya.
Ia membukanya dengan cepat dan membaca isinya.
“Kamus D*RLAND Edisi ke-7 halaman 321. Aku sengaja memilih sebuah buku yang jarang dibuka : D ”
Luhan sempat mendecakkan lidahnya ketika melihat emotikon yang berada di akhir kalimat dan dengan gerak cepat, Luhan mencari buku itu di rak ‘Kesehatan’. Tak lama, ia mendapati sebuah buku tebal yang sudah terselimuti debu. Mungkin jika Luhan sempat dan mau mengukur ketebalan buku tersebut tebalnya sekitar 1 cm.
Pupil Luhan melebar tatkala ia telah membuka buku tsb pada halaman 321. Ia tak tahu harus berkata apa. Tapi di satu sisi, ia bergerak dengan cepat membaca isi dari secarik kertas tersebut.
Di titik itu, Luhan bingung. Apa ia harus percaya pada Taehyung? Apa ia harus percaya pada seseorang yang telah menjadi bagian dari mereka?
Ia lalu melihat ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 17.09. Ia bahkan lupa bahwa itu adalah waktu bagi perpustakaan untuk tutup karena bukan itu yang ada di kepalanya saat ini.
Jika Taehyung mengirim semua ini, pasti ada sesuatu yang akan terjadi.
Dan perasaan Luhan menjadi tidak enak ketika panggilannya pada Jihye tak juga diangkat. Ia segera memasukkan secarik kertas dari Taehyung itu ke saku jas seragamanya dan secepat mungkin Luhan berlari ke segala penjuru sekolah,mencari sosok yeoja yang memang telah mencuri hatinya dan Luhan tak bisa berkilah lagi. Ia memang menyukai Jihye hingga ia rela berpura-pura membencinya agar Jihye selamat dari segala bahaya yang mengancamnya. Tapi terlambat...Kini yang ia lakukan hanyalah mencari sosok Jihye di berbagai arah. Tak tahu dimana gadis tersebut berada.. Tak tahu harus kemana..
Hingga ia akhirnya berada pada tempat dimana ia memutuskan semua hubungan pura-puranya dengan Jihye. Tempat dimana ia dapat melihat air mata keluar dari mata Jihye. Air mata yang seharusnya tidak keluar dari matanya dan ia sangat menyesali mengapa ia dapat membuatnya menangis.
Tiba di sana, langkah kakinya terhenti tatkala matanya menangkap secarik kertas kecil. Luhan memungutnya.
Dan ia menggenggam erat kertas tersebut setelah ia melihat sebuah petunjuk yang Jihye berikan.
Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Kutunggu kau di belakang sekolah.
- XL
Sebuah huruf T pada kata kutunggu tersobek, membuatnya terpisah dari huruf lainnya dan itu membuat Luhan berani mengatakan bahwa arti dari semua itu adalah
Taehyung.
Lalu ia membuka secarik kertas yang berada di kamus D*RLAND, secarik kertas yang Taehyung mati-matian ingin ia untuk menemukannya. Secarik kertas berisi denah suatu tempat dan beberapa kalimat yang tertulis di bawahnya.
Sebuah umpatan dapat terdengar dari mulut Luhan. Berulang kali seraya ia menendangkan kakinya pada tanah dan rerumputan yang menjadi saksi bisu atas kemarahannya.
Ini semua terjadi lagi.
Ini semua terjadi lagi.
Seperti dua tahun yang lalu.
Pikiran tsb tertanam pada kepalanya dan ia berteriak penuh amarah tak terbendung.
--------------------------------
Meski Jihye berada di posisi dimana ia tidak dapat melihat keadaan sekitar, ia dapat melihat pohon-pohon yang mulai berguguran daunnya melalui jendela mobil milik Taehyung. Dan Jihye yakin, bahwa ia telah jauh dari kota.
Meski tampaknya wajah Jihye begitu tenang namun sesungguhnya Jihye memikirkan banyak hal. Banyak pertanyaan. Banyak rasa ingin tahu.
Tentang apa yang terjadi. Tentang mengapa ia berada di dalam mobil Taehyungdan tentang.....Luhan.
Sehingga ia mencoba untuk menggali lebih banyak informasi dari Taehyung. Ia mencoba untuk bertanya.
Namun terlambat karena Taehyung sudah mengutarakan sebuah pertanyaan sebelum dirinya dapat bertanya.
“Bagaimana kau bisa tahu aku akan..umm..” Taehyung terhenti untuk menemukan kata yang tepat atas tindakannya.”menculikmu?”
Jihye terkekeh. Sebelum ia akhirnya menjawab pertanyaan satu kalimat milik Taehyung dengan beribu kalimat yang ia ucapkan. “Mungkin karena aku Yoo Jihye. Aku memiliki instinct akan sesuatu dan instinct itulah yang menuntunku.”
Jihye tidak sedang mengutarakan sebuah lelucon. Karena memang itulah yang akan ia katakan.
5 jam yang lalu.....
Jihye melangkah pergi meninggalkan UKS, menuju ke kelasnya. Ia tak tahu kesialan apa yang telah menimpanya beberapa hari ini. Setelah Taehyung dan Luhan pergi, bayangan Jonghyun malah tampak di depannya . Di bibir pintu ruang kelasnya. Di bawah papan bertuliskan 2-D.
Jihye mengabaikannya dan segera memasuki kelasnya. Tak mengindahkan Jonghyun sama sekali.
Saat itu juga, Jonghyun mencekal lengan Jihye.
Tanpa menunggu sepatah kata yang Jihye ucapkan, Jonghyun membawa Jihye pergi dari sana. Entah kemana. Jihye berontak tapi percuma. Dan lagi, ia sudah terlalu malas sehingga ia mengikuti kemana Jonghyun membawanya pergi.
Sesampainya di sebuah ruang menjorok kecil di lorong --yang berisi berbagai macam alat kebersihan--, Jonghyun melepaskan Jihye dan mengucapkan sesuatu yang membuat dahi Jihye mengernyit cukup dalam karenanya.
“Jauhi Xi Luhan.”
Kali ini Jihye berontak lebih keras tapi ia tetap melanjutkan kalimatnya.
“Kali ini kau harus percaya padaku. Jauhi Xi Luhan.”
“Ya! Waee?!!” tak sengaja, Jihye menitikkan sedikit air matanya, membuat Jonghyun mundur beberapa langkah. “Wae jinjjha?! Mengapa semua orang bertingkah aneh padaku?!” Emosinya memuncak dan Jihye tidak peduli lagi akan air mata yang masih terus mengalir di pipinya.
“Kamu, Taehyung dan...”
Jihye terhenti sebelum ia mengucapkan sebuah kata yang ia sendiri susah untuk mengucapkannya. “...Luhan.”
Jihye menghempaskan kedua tangannya ke tanah. Dan Jonghyun hanya dapat menatap Jihye dengan iba. Hari-hari ini pasti menjadi hari terberat dalam hidup Jihye. Batinnya
Karena Jihye tak tahu apapun tentang semua yang telah terjadi. Karena Jihye tak tahu sedikitpun akan apa yang telah terjadi. Tak sedikitpun. Tak secuilpun petunjuk ia dapat dari apa yang telah terjadi padanya, hidupnya dan asmaranya.
“Xi Luhan terlalu bahaya untukmu Jihye-a.”
Jonghyun akhirnya menyampaikan apa yang akan ia sampaikan. “Keputusan Luhan untuk menjauh darimu sudah benar.” lanjutnya. Jonghyun telah mendengarnya hari ini. Berita tentang Luhan yang memutuskan hubungannya dengan Jihye.
“Ada alasan di balik semua itu Jihye-a. Kumohon untuk hargai keputusan Luhan.” Jonghyun terhenti. Ia sendiri juga merasa kasihan terhadap Jihye. sehingga ia memberi jeda pada Jihye untuk mendengarkan semua ucapannya.
“Ini semua demi kau Yoo Jihye. Ini semua agar kau tidak masuk ke dalam hidup Luhan yang terlalu bahaya..”
Hening.
Hingga akhirnya Jihye mencoba untuk berucap.
Mengajukan sebuah pertanyaan.
“Apa Luhan sebahaya itu?Dia manusia biasa Jonghyun-a. Dia namja biasa!”
Meski suara Jihye mulai melirih dan terdengar sedikit serak, tapi terlihat emosi Jihye kembali memuncak. Banyak pertanyaan ‘why’ bermunculan di kepalanya. Terlalu banyak.
“ Dia bukan manusia biasa jika dia seorang mantan gangster yangsedang diburon oleh kelompoknya.”
Sebuah kalimat akhir dari Jonghyun yang sukses membuat mata Jihye membelalak.
Tentu saja pelajaran selanjutnya terdengar sia-sia di telinga Jihye. Banyak sesuatu aneh yang terjadi hari ini.
Ia menggabungkan semua pecahan informasi dan merangkainya di kepalanya.
Matanya terasa panas. Begitu juga kepalanya. Ia memikirkan terlalu banyak hal.
Kenyataan bahwa Luhan tampak masih peduli dengannya dan kenyataan bahwa Luhan ingin ia menjauh darinya.
Mengapa? Mengapa? Mengapa?
Jihye akhirnya berusaha untuk menjawab berbagai pertanyaan itu sendiri dan datang dengan hipotesisnya sendiri.
Apa benar itu karena Luhan ingin aku tidak mmasuki hidupnya yang berbahaya?
Jika begitu..berarti kehidupan Luhan memang berbahaya?
Sebahaya apa?
Lalu, sebuah kata ‘mantan gangster’ berputar-putar di kepalanya. Dan ia ingat akan kalimat yang ia ucapkan pada Luhan beberapa hari yang lalu. Masa-masa dimana ia ingin kembali ke masa itu.
“Aku percaya akan banyak hal.”
Yeah, aku percaya akan banyak hal.
Dan ia berani menduga bahwa Luhan melakukan semua ini demi dirinya.
Air matanya menetes lagi. Meski kali ini seutas senyum tipis terkembang di bibirnya sambil berucap. “Dia peduli denganku.”
Pikiran itu terus terlintas hingga ia akhirnya memutuskan untuk menemui Luhan di belakang sekolah. Ada satu pertanyaan yang Jihye ingin dengar dari mulut Luhan.
Ia berlatih menanyakannya berulang kali. Meski angin sore yang berhembus di belakang sekolah tak elak membuatnya harus mengeratkan jas seragamnya. Ia terus menunggu di sana.
Ia bahkan berulang kali mengecek penampilannya dengan ponselnya. Yeah, Jihye lupa membawa cerminnya dan ia jadi teringat akan Taehyung yang memakai ponselnya sebagai cermin beberapa jam yang lalu di perpustakaan.
Ia menata rambut dan poninya sedemikian rupa. Hingga mungkin sehelai rambut cokelatnya sedikit saja mencuat, ia akan merapikannya. She’s a girl, afterall!
Namun dahinya mengernyit ketika melihat seseorang di belakangnya yang ia tahu itu adalah Taehyung. Sedang menuju ke arahnya dengan wajah yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Wajahnya yang mengerikan. Dan dengan sesuatu di tangannya. Dengan cepat ia memasukkan ponselnya ke dalam saku jas seragamnya.
Pecahan informasi kemudian terbesit lagi di kepala Jihye. Mungkinkah semua ini hanya perangkap? Apakah semua ini ada hubungannya dengan Luhan? Apakah dengan semua ini aku akan bisa mengerti lebih lanjut akan kehidupan Luhan?
Setelahnya ia mengambil kertas yang ia dapat setelah ia dari UKS lalu menyobek huruf T tsb, menjatuhkannya dan berusaha meyakinkan seseorang di belakangnya dengan bertingkah tak berdaya.
Semuanya menjadi gelap di kepala Jihye.
Tapi ia yakin bahwa keputusannya mungkin akan membawanya ke misteri akan kehidupan Luhan.
Karena...
Jihye ingin mengenal Luhan lebih jauh.
Dan ia merasa instinctnya --yang telah membawanya hingga ke sini-- tak akan pernah salah.
Seusai Jihye bercerita, Taehyung memandang ke arah Jihye seraya memberinya sebuah senyum.
“Kau tahu, Jihye-a. Kurasa kau memiliki sebuah bakat yang kau sendiri tak menyadarinya.”
-----------------------------
TBC
-----------------------------
jengjeng...
tensionnya kurang ya? heuheu anyway,semoga suka :)
lovelovenya jangan lupa. Komentar juga ndakpapa. Cause setiap author pasti pengen banget interaksi sama readersnya jadi spam aja yah kolom komentarnya spam aja!! hehe
Oiyaa...Novel BBMGG udah di gudang nih gaess. That means..beberapa hari lagi di toko buku >< #awawawaw
Tapi kalian bisa langsung pesen ke nmer 087885575247 ya. F R E E O N G K I R hehe Beli yaa.. Detailnya ada di http://bukubukularis.com/product/bad-boy-meets-good-girl/.