Jihye masih tetap meletakkan kepalanya di atas meja perpustakaan. Getaran ponselnya berulang kali ia abaikan dan tetap membiarkan pikirannya melayang sementara tangannya kini membentangkan sebuah buku. Sebuah novel yang membuatnya mengenal Luhan.
“Aish ini benar-benar novel dewasa. Betapa bodohnya aku saat itu..” Jihye merutuki dirinya sendiri dan tak sadar ia merecall semua ingatannya dengan Luhan.
Di sela itu semua, Jihye tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah Luhan yang sama sekali acuh terhadap keberadaannya. Tentu saja, Luhan sedang membaca buku saat ini dan tak sedikitpun melihat ke arah Jihye.
Helaan nafas terdengar dari mulutnya. “Bocah itu...Meskipun alien menginvasi bumi dan memasuki sekolah mungkin ia tetap akan membaca buku.” Jihye berulang kali mencibirkan mulutnya.
Jihye juga tidak tahu mengapa waktu istirahatnya bisa berakhir di perpustakaan seperti ini. Yang ia tahu, kakinya membawanya ke perpustakaan begitu saja dan ketika ia menyadarinya, di dalam perpustakaan ia berulang kali mencuri pandang ke arah Luhan. Berulang kali pula Jihye sadar bahwa ia merasa bodoh telah melakukannya. “Yeoja macam apa aku, menyukai orang yang membenciku. Aish..” Jihye selalu berbisik seperti itu pada dirinya sendiri. Tapi yah, apa dikata jika sudah terlanjur suka.
Ponsel yang tadinya bergetar kini tenang dan tidak bergetar lagi. Lagipula, tak ada bedanya. Jihye tidak akan mengangkat panggilan itu.
“Ya! Aku mencarimu dimana-mana...Mengapa telpon dariku tak kau angkat?” Jihye merasakan seseorang menyeret kursi di sebelahnya. Hanya dengan mendengar suaranya yang besar dan ngebass saja Jihye sudah tahu siapa yang sedang mengajaknya bicara saat itu.
“Tentu saja aku tak akan mengangkatnya. Kau sudah menghubungiku tiga kali hari ini. Ingat?” Jihye menaikkan jari telunjuknya dan kini ia mulai menghitung apa saja saat Taehyung menghubunginya. “Pertama, kau menanyakan ‘apa kau sudah bangun?’ lewat sms”
“Dan kau menjawab ‘sudah’” sahut Taehyung.
Jihye mengangguk lalu menyebutkan lagi. “Kedua, kau mengirimiku sms lagi yang berisi ‘kau berangkat ke sekolah naik apa? apa aku boleh mengantarmu?’”
“Dan kau menjawab ‘Naik bus. Tidak perlu, aku lebih suka naik bus.’”
“Dan yang terakhir, kau bertanya ‘apa kita perlu bermain basket hari ini?’”
“Dan kau menjawab ‘tidak’”
“Totalnya sudah tiga. Sekarang kau mengerti?” Jihye menurunkan tangannya dan kembali membaca novel yang ada di depannya.
“Jihye-a.Kurasa kita sudah berteman. Kau tidak ingat kemarin kau bercerita panjang lebar menge---“ Belum usai Taehyung berucap, Jihye sudah membungkam mulutnya menggunakan tangannya.
“Jangan katakan apapun. Aku sudah menang darimu kemarin dan kau harus menepati janjimu untuk tutup mulut,tidak mengatakan apapun yang telah kuceritakan padamu.” bisik Jihye pada Taehyung, masih tetap membungkam mulutnya.
“Lagipula aku masih tetap sebal padamu.” lanjut Jihye membuat Taehyung mendesis.
“eeey jadi kau mau bilang bahwa aku hanya jadi permen karetmu saja? Dibutuhkan ketika manis? Kemarin kau begitu dekat denganku, menceritakan—“
Lagi-lagi kalimat Taehyung terhenti karena aksi bungkaman yang Jihye lakukan “Kim Taehyung.Kau benar-benar cerewet melebihi seorang yeoja.” geram Jihye sambil tetap membungkam mulut Taehyung.
Namun tanpa mereka sadari, keakraban mereka membuat seseorang terus melihat ke arah mereka. Seseorang yang sedang terduduk manis membaca buku, rupanya telinga dan matanya selalu terarah ke arah Jihye dan Taehyung.
Taehyung yang sempat memergoki Luhan memandangi dirinya dan Jihye pun hanya bisa menarik salah satu sudut bibirnya.
“Lagipula..Mengapa kau mencariku?” tanya Jihye setelah melepaskan bungkamannya dari mulut Taehyung.
“Mengapa? Tentu saja kau tidak boleh sendirian di saat seperti ini. Aku takut kau akan loncat dari atap sekolah karena kejadian tempo hari.”
“Bwo?! Ya! Aku tak se-depresi itu untuk bunuh diri. Hidupku terlalu berharga untuk...” Jihye kemudian melirik ke arah Luhan yang masih membaca buku lalu menunduk ke tanah “Ah sudahlah.”
Dan tanpa mereka sadari pula, kedekatan mereka menghasilkan keirian para yeoja kepada Jihye yang bisa begitu dekat dengan Taehyung.
Awalnya mereka tidak menyadarinya, namun kelamaan suara bisik-bisik itu terdengar begitu keras di telinga Jihye dan Taehyung. Suara bisik-bisik yang terdengar dari kerumunan yeoja yang duduk di kursi seberang dengan Taehyung dan Jihye.
“Lihatlah. Bukankah Jihye berkencan dengan Luhan? Ada apa ini? Mengapa ia sekarang malah bermesraan dengan Taehyung?”
“YA yeoja itu jinjjha! Mengapa dia enak sekali bisa dekat dengan Taehyung.”
“Apa dia semurah itu? Seharusnya dia berada di samping Luhan..”
“Dia kan dari dulu memang suka begitu tapi kali ini sungguh menyebalkan..”
Bisik-bisik itu terus saja terdengar dan tentu saja Jihye mendengar semuanya namun raut wajahnya biasa saja. Ia tidak marah atau melabrak mereka atau mungkin melempar buku ke wajah mereka.
“Yeah, berkat kau mencariku hingga kemari , mereka menggosipkanku..” gumamnya pelan, tak berniat menyerang Taehyung atau apa. akan tetapi Taehyung merasa bersalah sehingga ia membisikkan kata “mian” pelan ke Jihye.
“Jihye-a, apa kau tak marah mereka menggosipkanmu seperti itu? Raut wajahmu tampak biasa saja.”
“Karena aku memang sudah terbiasa dengan itu. Mereka membicarakanku tak akan mengurangi kecantikanku dan aku tidak rugi apapun atas itu. “ Terdengar Jihye menghela nafasnya pelan lalu melanjutkan kalimatnya kembali. “Malah mereka yang telah merugi karena menggunakan waktunya hanya untuk membicarakan orang lain.” jawab Jihye santai sambil tetap mempusatkan perhatiannya ke arah buku yang ia baca.
Taehyung menghembuskan nafasnya “Mungkinkah kau menjadi tidak ber-emosi seperti namja berkacamata itu?”
“Ndae?” Jihye lalu mengerti siapa yang Taehyung maksud “Aaah kau tahu? Kadang meskipun manusia adalah makhluk sosial, ada saat dimana mereka ingin sendiri.”
Taehyung menaikkan kedua bahunya lalu menurunkannya kembali. Sementara Jihye, ia terus mencoba membaca novel yang ada di depannya. Jihye sendiri juga tidak tahu mengapa kini ia merasa lebih familiar dengan buku. Mungkin pengaruh ia telah menjadi petugas perpustakaan selama seminggu lebih sehingga ia sedikit lebih familiar dengan sebuah buku. Yah, meskipun itu sebuah novel fiksi. Sesuatu yang Jihye anggap buku yang paling bisa dibaca.
“Aku memang menyukai membaca. Eomma mengajarkanku bahwa dengan membaca, kita dapat melihat dunia lain. Membuat kita merasa menjadi manusia yang lebih berilmu. Eomma juga memberitahuku bahwa semua ciptaan manusia yang ada di dunia ini berasal dari sebuah ilmu yang tercetak indah pada lembaran buku.” Jihye secara tak langsung mengucapkannya, dialog yang ada pada novel yang ia baca. Dan juga kalimat yang lebih kurang mirip dengan apa yang Luhan katakan saat itu. Saat Jihye bertanya mengapa Luhan begitu menyukai membaca buku. Dan saat itu juga, ia merasa kepalanya pening.Dan ia tidak tahu kenapa. Taehyung yang melihat Jihye memegang kepalanya tsb kini mulai melepas perhatiannya dari majalah otomotif yang ia baca.
“Ya. Gwaenchana?”
Jihye tak menjawab, ia terus memijat keningnya dan menutup matanya rapat. Mencoba menahan rasa perih yang datang tiba-tiba di kepalanya.
Kepala Jihye terasa sangat pening hingga mungkin ia bisa saja menghajar sebuah suara mengejek yang tak henti-hentinya menyebutkan namanya di belakangnya. Meskipun ia tidak marah sama sekali. Meskipun bukan hal itu yang membuat kepalanya terasa pening.
“Jihye benar-benar mengagumkan. Tidakkah ia puas hanya dengan memiliki Luhan?”
“Iya, dia benar-benar murahan..”
Namun saat itu juga, seseorang mendekati kerumunan yeoja yang mengejeknya tersebut. Dan mata Jihye sempat melebar ketika mengenali suara yang sedang berbicara tersebut.
“Apa kalian bisa membaca tanda di sebelah sana?” Jihye menengok ketika mendengar suara Luhan mendengung di telinganya. Suara yang lembut dan gentle itu.
“Ndae?” seorang yeoja yang Luhan ajak bicara merespon lalu mengikuti arah tangan Luhan yang berakhir pada sebuah papan tergantung di tembok. Bertuliskan “Dilarang Membuat Keributan di Perpustakaan.”
Yeoja tersebut lalu memandang Luhan kembali dengan wajah kesal. “Dan kau pikir kami sedang membuat keributan?”
Luhan lalu mengangguk. Yeoja itu lalu berdiri dan mengajak kawan-kawannya untuk pergi dari sana. Tentu saja masih dengan wajah kesal tertempel lekat-lekat di wajah mereka.Bagaimana tidak? Mereka sedang membela Luhan dalam percakapan mereka dan menjelek-jelekkan Jihye tapi malah Luhan marah pada mereka.
Sebelum mereka pergi meninggalkan Luhan yang masih berdiri tegak di sana, Luhan berujar sesuatu yang membuat langkah mereka terhenti sejenak. “Lagipula..Informasi yang kalian terima salah.”
Salah satu dari yeoja biang gosip itu menengok. Dan Luhan melanjutkan kalimatnya yang tergantung. “Akulah yang memutuskan Jihye.”
Jihye terkesiap. Ia tak bisa berucap apa-apa. Semakin lama ia mencerna kalimat Luhan, semakin ia menyadari apa yang sedang Luhan lakukan. Apa arti dari ucapannya.
“Ia ingin melindungiku..Ia ingin dirinya lah yang disalahkan...”
-----------------
Jihye meletakkan kepalanya ke meja. Lagi.
Ucapan Luhan tadi sangat mengusiknya. Tak cukup hanya dengan itu, Taehyung malah mengganggunya dengan pernyataannya yang juga mengusik pikiran Jihye. “Ia tidak terima mereka sedang berbicara jelek tentangmu..”
“Lalu?” Tanya Jihye malas. Meskipun ia sudah tahu jawabannya. Tapi bukan Jihye namanya jika ia terus saja menyangkal hipotesis yang menyatakan bahwa ‘Luhan masih peduli terhadapnya.’
“Ya. Apa kau tak mengerti? Itu berarti ia masih mempunyai rasa terhadapmu...”
Jihye sempat terperangah ketika ia mendengar kata ‘rasa’ tapi itu tak berlangsung lama karena kemudian ia kembali menundukkan kepalanya. “Luhan berbeda dengan namja lainnya. Percayalah..”
Taehyung menghembuskan nafasnya. “Tapi aku juga seorang namja. Seorang namja bisa membaca namja lainnya dan kurasa ia masih menyukaimu..”
Jihye bersikeras. Ia kini menatap ke arah Jihye dan membalas kalimatnya mantap. “Luhan tak pernah menyukaiku. Kau harus mengerti itu.”
Taehyung bungkam. Lalu ia datang dengan pertanyaan lain yang tak bisa Jihye jawab.
“Bagaimana dengan...peduli?”
Kali ini Jihye yang bungkam.
“Mungkin saja ia masih peduli padamu. Hingga ia berani mengatakan bahwa ia lah yang telah memutuskan hubungan kalian demi dirimu.”
Meskipun kenyataannya memang Luhan yang mengatakannya tapi skenario mengatakan seharusnya Jihye lah yang memutuskan Luhan. Dan Luhan berusaha melindungi nama baik Jihye dengan mengatakan ia yang telah memutuskannya.
“Molla..” setelah diam cukup lama, Jihye akhirnya berucap.
Mereka lalu kembali ke aktivitas mereka. Jihye membaca novel yang ia baca dan Taehyung membaca majalah yang ia baca.
-----------------------
“Lihatlah. Ia terus menerus memperhatikanmu.” ujar Taehyung, membuat Jihye mengalihkan perhatiannya sejenak dari novel yang ia baca.
Jihye lalu memberi pandangan ‘apa-ini-masih-tentang-Luhan?’ pada Taehyung. Taehyung yang mengerti arti dari pandangan tersebut lalu berujar “Kali ini kau harus mendengarkanku.”
Tak ingin berlama-lama, Taehyung lalu mengangkat ponsel layar 5 inch nya ke depan Jihye. “Lihat bayangan di ponselku. Dan lihatlah, Luhan sedang menatap ke arahmu dari meja counter.”
Saat itu juga, mata Jihye melebar dan tampak berbinar-binar. Jauh di dalam hatinya, ia merasakan bahwa Luhan masih peduli padanya. Namun kemudian ia kembali mengabaikan perasaan yang menurutnya tak datang padanya itu dan mengusir segala kebahagiaan yang semoat datang padanya.
. “Eeey mengapa memasang wajah terlipat seperti itu lagi..”
“Percuma Taehyung-a. Luhan lebih rumit daripada sebuah rumus fisika. Lebih rumit daripada sebuah diseksi katak. Lebih rumit daripada sebuah labirin. Ia..berbeda dari namja lainnya. Kita tak tahu pasti apapun tentang dirinya.” Jihye menaikkan bahunya lalu menurunkannya lagi.
Taehyung lalu memberikan Jihye sebuah smirk. “Kalau begitu...Mari kita buktikan.”
Jihye menatap Taehyung bingung lalu tak lama, ia mengerti maksud dari ucapan Taehyung dengan tindakan tiba-tibanya.
“Wuooo lihatlah Jihye-a. Girlband baru..” Taehyung berujar sembari merangkul bahu Jihye dari belakang. Ia berpura-pura menunjukkan sesuatu pada ponselnya agar Jihye bisa lebih dekat dengannya dan melihat ekspresi wajah dari Luhan.
“Lihatlah..dia mengernyit. Pertanda bahwa ia tidak suka.” bisik Taehyung dengan jarak yang sangat dekat. Jihye merasa tidak nyaman lalu mencoba mendorong Taehyung “ya kau..terlalu dekat..aish.”
“Pabo-ya. Memang harus seperti ini. Tenang saja aku tidak akan berbuat macam-macam terhadapmu.” cibir Taehyung pada Jihye yang akhirnya mengerti.
“Lihatlah lagi, ia mengepalkan tangannya..dan melangkah pergi.” lanjut Taehyung masih berbisik di jarak yang dekat dari Jihye. Jihye lama kelamaan pun tidak nyaman dengan semua itu sehingga ia berdiri.
“Aish.” Jihye lalu berdiri dan melangkah menuju pintu perpustakaan.
Taehyung terkikik sebentar lalu mengikuti langkah Jihye. Ia lalu mencekal tangannya. “Aku yakin, kau mempercayainya.”
Jihye melepaskan cekalan tangan Taehyung. Entah, ia tidak tahu, moodnya hari ini sangatlah kacau. “Bwo?!”
Taehyung mendekat ke telinga Jihye dan membisikkan kalimatnya.
“Aku yakin kau percaya jika Luhan peduli padamu.”
Jihye mendesis mendengarnya dan menganggap ucapan Taehyung adalah sebuah lelucon, meskipun tak sepenuhnya. “Bukankah kau terlalu sok tau. Kau bahkan tak punya bukti.”
Jihye lalu melangkahkan kakinya dengan cepat, meninggalkan Taehyung yang sedang memasang smirk ketika ekor matanya menangkap Luhan sedang menatap ke arahnya dengan pandangan tak mengenakkan.
--------------------------
Jihye melangkah menjauhi perpustakaan dan dalamnkeadaan seperti ini, ia pasti akan membeli sekotak susu dan sebungkus roti. Kalimat Orang bilang, jika mereka stres maka mereka akan banyak makan. sepertinya berlaku untuk Jihye.
Ia mengunyah dengan cepat makanannya dan memikirkan apa yang Taehyung ucapkan padanya. Sebenarnya, ia dalam hati membenarkan ucapan Taehyung. Mengenai Luhan yang mungkin saja masih peduli dengannya...Tapi ia tidak ingin terlalu berharap. Karena ia tahu, jika ia terlalu berharap maka ia harus siap untuk kecewa. Dan Jihye tak pernah siap untuk hal itu. Ia lebih baik menyangkal dan menyanggah tanpa berharap apapun.
Dan sesungguhnya, Jihye mengakui kenyataan bahwa ia masih peduli dengan Luhan. Terbukti ketika ia memutuskan untuk menghabiskan masa istirahatnya di perpustakaan bukannya di kantin atau di kelas. Demi melihat Luhan. Demi melihat apakah Luhan masih peduli dengannya ketika ia memperhatikannya. Demi melihat apakah Luhan tampak senang dengan kedatangannya. Namun semua harapannya tersebut tak terjawab. Ia benar-benar tidak tahu akan bagaimana Luhan sesungguhnya. Aku ingin lebih tahu tentang Luhan. Semua tentang Luhan. Hati kecil Jihye selalu berteriak seperti itu tapi itu adalah hal yang mustahil .Mengetahui ia sekarang bukanlah siapa-siapa bagi Luhan.
Mengingat Luhan ingin sekali Jihye untuk menjauhinya...Dan itulah bagian terperih dari semuanya. Kenyataan bahwa Luhan ingin Jihye menjauh darinya.
“Lalu mengapa kau tampak peduli padaku/! PABO!” Jihye menghentakkan kakinya seraya tetap mengunyah makanannya.
Tak lama, ia mendengar suara itu lagi. Suara yeoja biang gosip yang sebelumnya berada di perpustakaan.
“Jihye pantas mendapatkan itu..”
“Ya. Baru kali ini seseorang memutuskan Jihye.”
Jihye hanya bisa diam. Pindah tempat dan mereka masih saja memperbincangkan dirinya. Tapi ia terbiasa akan hal itu sehingga ia tak peduli. Sama sekali.
“Tapi bukankah Luhan sedikit terlalu kejam? Mereka baru berjalan tiga hari..”
“Ndae...Mungkinkah..Luhan sebenarnya seseorang yang melebihi Jihye?”
Hingga akhirnya ia akhirnya merasa harus peduli . Meletakkan sisa roti dan susu kotak ke meja, ia berdiri.
“Ya...” Jihye mengucapkan kata itu pelan. Membuat yeoja biang gosip itu teralihkan perhatiannya ke Jihye.
“Enyahlah.” lanjut Jihye pada mereka yang juga mulai berdiri.
-----------------------------
“Bwo?!” Mendengar berita yang baru saja Luhan dengar, ia berlari secepat mungkin menuju kantin. Tak peduli kini ada seseorang yang sedang ingin meminjam buku darinya. Namjoo yang juga bertugas hari itu pun menggantikan Luhan sebelum mengeluarkan desahan panjang.
Luhan berlari terus menerus hingga ia melihat Taehyung juga berlari dengan arah yang sama dengannya. Mereka saling menatap. Dengan tatapan yang tak mengenakkan.
Sesampainya di kantin, mata mereka menscan isi ruangan untuk mencari sosok Jihye. Saat mereka menemukan Jihye, mereka lalu berlari mendekat ke arah Jihye yang kini sedang memegang rambut seorang yeoja. Atau lebih tepatnya, menjambaknya.
Dan sudah menjadi tugas Taehyung serta Luhan untuk melerai mereka berdua.
---------------------------------
“Kau bilang...kau tak keberatan jika mereka mengejekmu..” ucap Taehyung, lebih ke sebuah pernyataan. Jihye hanya bisa menunduk sembari membiarkan Luhan menempelkan sebuah plester luka ke jidat Jihye yang sedikit tergores oleh kuku panjang milik yeoja di kantin tadi.
“Daebak..Kukunya benar-benar panjang.” cibir Jihye sembari memegang lukanya.
“Jangan bergerak..” perintah Luhan pelan. Jihye lalu menurut dan kembali menunduk ke tanah.
Dan Jihye merasa aneh saat itu juga karena Luhan tak juga selesai-selesai dalam menempelkan plester lukanya ke jidat milik Jihye.
“apa yang membuatmu begitu ...l-la—maa?” intonasi Jihye melambat ketika mengetahui Luhan melihat ke wajahnya dalam. Mereka lalu saling memandang. Dalam diam. Seakan komunikasi mereka dapat terbentuk hanya dalam sebuah tatapan.
Setelah sebuah dehaman keras dari Taehyung, Luhan lalu sadar akan apa yang ia lakukan dan melepaskan tangannya dari jidat Jihye.
Ia lalu melangkah mundur dan berusaha keluar dari UKS tanpa berbicara apapun. Dan saat itulah Jihye merasa ia harus menanyakannya. Sebuah pertanyaan yang sangat ingin ia pastikan jawabannya pada Luhan.
“Apakah kau benar-benar membenciku?”
Hening.
Luhan berhenti berjalan sejenak lalu mengangguk “Ndae.”
-----------------------
Jihye melihat ke luar jendela. Langit tampak begitu mendung hari ini. Sangat berbeda dengan beberapa hari yang lalu dimana matahari menampakkan diri dan mengusir semua awan mendung itu.
“Maldo andwae. Mengapa cuaca ikut-ikutan menjadi semenyebalkan ini..Aish.”
Jihye merogoh sakunya, berusaha mengambil ponselnya dari sana. Dan gerak tangannya terhenti ketika ia meraba ada sebuah kertas pada saku jas seragamnya.
Ia membuka kertas yang terlipat itu dan matanya melebar ketika membaca isinya.
Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Kutunggu kau di belakang sekolah.
- XL
Jihye menerka-nerka inisial itu dan menganggap bahwa itu adalah pesan dari Luhan. Sebuah senyum tak sadar terkembang di bibirnya.
-----------------------------
Dua jam telah berlalu. Jihye mengeratkan jas seragamnya seraya terus menatap ke arah ponselnya dan melihat sebuah angka digital 17.06 tertulis di sana. Ia mulai mengantuk, lelah dan bayangan kasur melambai-lambai di kepalanya.Namun saat ini, Luhan adalah motivasi terbesarnya mengapa ia masih tetap berada di sana. Bercumbu dengan dinginnya angin sore.
Berulang kali Jihye berusaha untuk berbalik namun ia merasa ia harus bertemu dengan Luhan. Karena ada satu kalimat lagi yang ingin ia tanyakan. Jihye tau ia terlalu banyak bertanya tapi Jihye merasa ini semua harus tuntas. Ia telah sepenuhnya menyadari perasaannya pada Luhan. Dan ia ingin menanyakan satu pertanyaan lagi padanya. Sebelum ia akhirnya bisa melepaskan Luhan seutuhnya. Satu pertanyaan lagi...
Naas..
Lagi-lagi Jihye merasa hanya bertanya saja merupakan sebuah harapan yang tak bisa terkabulkan.
Karena saat ini ia merasa seseorang membekapnya dari belakang dan terakhir yang ia tahu, semuanya berwarna hitam.
----------------------------------
(bonus gambar keren Luhannie :3)
Bagi yang lupa, bisa baca chapter sebelumnya. Dan...satu-satunya orang yang tahu mengenai lokasi belakang sekolah selain Jihye dan Luhan adalah...jengjeng! hehe
Gampang ditebak yah? hehe
Anyway, chapter selanjutnya akan menjadi chapter klimaks.
Rating aku ubah jadi Parental Guide 17 yah....
Feedback juseyoo.. hehe
(LOVEnya masih 9? Author nangis loh T.T)
ADS
http://bukubukularis.com/product/bad-boy-meets-good-girl/ ^^)/