When Love Bring You Back
Part 11
Author : tiara ekha (@khaiicheen)
*****
It’s like before
Hyura POV
Keadaanku sudah lebih baik saat ini dibandingkan semalam. Seperti dugaanku, kepalaku terasa berat memang karena aku telat makan. Hari ini adalah hari terakhir day off ku, aku ingin menikmati hari libur terakhirku dengan seharian berada di rumah. Hyunsik oppa sudah pergi sejak tadi pagi, ia harus pergi untuk sebuah acara off air di Jepang siang ini sedangkan Seulong oppa, ia sedang berada di dapur. Ia bilang, hari ini akan melayaniku seperti putri, ia akan menyiapkan segala yang aku inginkan. Tapi aku juga masih sadar diri, aku tidak mau merepotkan oppa untuk sekedar melayaniku seharian ini. Ia menemaniku seharian ini saja sudah cukup.
"Oppa, sudahlah. Kau cukup menemaniku saja seharian ini." Pintaku.
"Nde tuan putri." Jawabnya sambil kembali dengan 2 gelas jus apel racikannya.
"Oppa, duduk disini. Aku mau pinjam bahumu."
"Mwo? Kau ingin menangis lagi?"
"Anniyo. Memangnya kalau aku meminjam bahumu aku mau menangis?"
"Mungkin saja, aku tidak tahu."
"Kalau aku ingin menangis lagi, lebih baik aku meminjam dadamu oppa. Aku akan merasa lebih tenang bila menangis disana. Kau pasti akan memelukku dan menenangkanku."
"Adikku ini sudah dewasa ternyata. Kau sudah bisa memanfaatkan oppamu ini."
"Anniyo oppa. Bukan seperti itu."
"Iya, terserahmu saja." Seulong oppa lalu mengusap kepalaku pelan.
Aku meminjam bahunya untuk bermanja-manja dengannya. Jarang sekali aku bisa melakukan itu dengan Seulong oppa. Karena kesibukan kami masing-masing, semuanya jadi jarang untuk kami lakukan.
"Oppa, kemarin aku bertemu dengan Minho."
"Kemarin? Bukankah kau pergi dengan Jongin kemarin?"
"Mwo? Bagaimana kau tahu oppa?"
"Aku tidak sengaja melihat Jongin di dekat cafe kemarin. Aku kira dia baru saja pulang setelah bertemu denganmu."
"Aku memang bertemu dengannya kemarin oppa. Aku memintanya menemaniku selama menunggu oppa menjemputku."
"Lalu dengan Minho? Bagaimana kau bertemu dengannya? Bukankah dia sedang berada di Jepang?"
"Kemarin, ketika aku sedang bersama dengan Jongin di cafe. Minho oppa melihat kami berdua sedang bersama. Lalu.."
"Lalu apa?"
"Ia terlihat seperti marah ketika melihat aku dan Jongin berdua. Sebenarnya, SHINee sudah kembali sejak 2 hari yang lalu. Karena aku mengambil day off, aku belum sempat menemui mereka. Aku juga tidak menghubunginya sama sekali seminggu ini.”
“Wae? Kau menghindarinya?”
“Anniyo, oppa. Hanya dalam proses mengembalikan semuanya seperti sebelumnya saja. Dan kemarin, Minho menghubungiku, katanya dia sudah berada di depan rumah dan ingin bertemu denganku, tapi aku masih berada di Dongdaemun saat itu. Aku memutuskan untuk tidak langsung pulang dan mengatakan padanya kalau aku sedang bertemu dengan temanku."
"Lalu bagaimana dia bisa mengetahui kau berada disana?"
"Anniyo, aku juga tidak tahu. Tapi ia langsung pergi ketika aku melihatnya. Aku juga sempat mengejarnya, tapi ia tidak menghiraukan panggilanku."
"Kenapa kau mengejarnya? Kau takut ia marah padamu?"
"Entahlah oppa. Kau tahu kan sifat paranoid ku bila seseorang tiba-tiba mengacuhkanku. Aku takut aku membuat kesalahan padanya. Terlebih ini Minho."
“Kau masih takut kehilangannya?” Aku terdiam.
"Kau tidak salah Raa-ya. Kau kan sudah mengatakan kalau kau sedang bertemu dengan temanmu. Memang Jongin bukan temanmu?"
"Memang, tapi entahlah, aku hanya takut saja oppa. Bukannya aku takut dia akan marah dan meninggalkanku, aku sudah tidak terlalu memikirkan itu lagi. Hubunganku dengannya kan hanya sekedar oppa dengan dongsaengna, sama seperti dengan dirimu, Hyunsik oppa dan Minseok oppa."
"Kalau begitu apa yang kau takutkan?"
"Aku takut kalau hubungan kami menjadi tidak baik setelah ini. hubungan persahabatan kami. Aku sudah berjanji untuk tetap berhubungan baik dengannya oppa walaupun apa yang sudah terjadi kemarin."
"Ya sudah, jangan terlalu kau fikirkan. Jelaskan saja besok ketika kalian bertemu di kantor. Walaupun memang sudah tidak ada hubungan yang spesial diantara kalian berdua, memberikan penjelasan padanya tidak ada salahnya, Raa-ya. Dia akan tetap menjadi sahabatmu. Minho tidak akan meninggalkanmu. Tenang saja."
“Semoga, oppa. Aku hanya khawatir.”
“Apa yang kau khawatirkan?”
“Dwesso.” Balasku. “Oh, iya. Oppa. Lain waktu temani aku bertemu Minseok hyung. Sudah lama tidak bertemu dengannya?”
“Kau belum pernah bertemu lagi dengan minseok?”
“Nde, belum. Aku pernah mengajak Minho untuk bertemu dengannya, tapi tidak pernah jadi. Kami sibuk.”
*****
Hyura kembali ke kamarnya untuk mengambil ponsel yang ia tinggal di kamar sejak pagi. Karena ingin menikmati hari libur terakhirnya, Hyura sengaja meninggalkan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya. Ketika ia membuka screen lock ponselnya ada beberapa panggilan masuk dari Taemin, Minji, Kai dan Onew. Ada juga beberapa pesan masuk, salah satunya dari Kai yang menanyakan keadaannya yang sudah lebih baik atau belum. Hyura kembali melihat pesan masuk di ponselnya lagi, Minji, Onew dan Taemin, ketiganya mengirimi Hyura pesan dengan nada serupa. Ketiganya menanyakan keberadaan Hyura. Pesan yang mereka kirim belum lama. Tanpa pikir panjang, Hyura segera menghubungi Minji.
"Yoboseo.." Ujar Minji di seberang.
"Eonni, waeyo? Ada apa? Ada beberapa panggilan masuk darimu." Balas Hyura.
"Jigeum eodiga?" Tanya Minji yang terdengar sedikit panik.
"Waeyo eonni? Aku sedang di rumah. Apa terjadi sesuatu? Suaramu terdengar panik."
"Bisa kau ke rumah sakit sekarang?"
"Rumah sakit? Untuk apa? Kau sedang berada di rumah sakit?"
"Anniyo, bukan aku. Tapi Minho." Mendadak tubuh Hyura terasa lemas, perasaan bersalah langsung menghantui perasaannya. Ia yakin, ini pasti ada hubungannya dengan pertemuannya, Minho dan Jongin kemarin.
"Mwo? Minho oppa? Wae?"
"Akan ku jelaskan nanti. Sekarang kau bisa ke sini? Kami sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi kami sampai di rumah sakit. Kau bisa meminta oppamu mengantarkanmu?"
"Nde eonni. Aku akan segera kesana."
Hyura segera bersiap dengan berganti pakaian dan menuju tempat Seulong berada di ruang keluarga. Hyura lalu meminta Seulong untuk mengantarkannya ke rumah sakit.
"Oppa, bisa kau antarkan aku ke rumah sakit sekarang?" Pinta Hyura pada Seulong yang masih bingung dengan adiknya yang tiba-tiba terdengar panik seperti itu.
"Wae? Siapa yang sakit? Kenapa kau terlihat panik seperti ini?" Balas Seulong.
"Minho, Minji eonni menghubungiku tadi. Ia memintaku untuk menuju rumah sakit sekarang. Aku belum tahu ada apa dengannya, tapi sepertinya agak mengkhawatirkan. Bisa kau antarkan aku, oppa?"
"Baiklah, tunggu sebentar. Aku ambil kunci mobilnya dulu."
Hyura sudah tiba di rumah sakit. Seulong hanya mengantarkannya sampai depan lobby. Minji sudah menunggu Hyura di lobby rumah sakit bersama Jonghyun dan Kyungshik. Ketiganya baru saja selesai mengurus urusan administrasi perawatan Minho. Saat ini, Minho sudah berada di ruang perawatan. Keempatnya langsung menuju ruang perawatan Minho.
"Oppa, apa yang sebenarnya terjadi? Ada apa dengan Minho oppa?" Tanya Hyura pada Kyungshik dan Jonghyun. Minji hanya mengelus bahu gadis yang sudah ia anggap seperti adiknya itu. Ia tahu, walau bagaimanapun, Hyura pasti panik mendengar Minho dilarikan ke rumah sakit.
"Dia sudah tidak apa-apa Hyura-ya. Minho hanya perlu istirahat beberapa hari disini." Ujar Kyungshik.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kalian membuatku panik." Balas Hyura.
"Maaf kalau begitu, tapi tidak hanya kau yang panik Hyura-ya. Kami juga ketika Minho tiba-tiba jatuh dan pingsan di ruang latihan tadi." Jelas Jonghyun.
"Sebenarnya ada apa oppa? Kenapa Minho bisa sampai pingsan?" Tanya Hyura lagi.
"Sejak kemarin malam ia belum makan sampai mereka latihan tadi di kantor. Seperti yang aku bicarakan denganmu di telfon semalam, ia kembali dengan keadaan yang penuh emosi. Suasana hatinya sedang tidak baik sepertinya." Ujar Minji.
Oppa, kau benar-benar. Terus saja bersikap seperti ini. Batin Hyura.
"Dan kau tahu kan, kalau Minho sebenarnya tidak boleh sampai telat makan. Dia memiliki penyakit maag yang tidak bisa disepelekan, tapi karena masalahnya yang belum ia ceritakan pada kami, dia tidak mau makan apapun dan hanya mengikuti emosinya saja. Dan jadilah seperti ini sekarang. Dia selalu seperti ini jika bermasalah dengan perasaannya. Sama ketika dengan Hyerim dulu. Kau ingat itu, Minji?" Minji hanya mengangguk.
"Hyerim? Nugu?" Tanya Hyura bingung.
"Mantan kekasih Minho dulu. Tapi itu sudah lama berlalu. Sejak itu Minho tidak pernah dekat dengan yeoja manapun. Baru denganmu lagi belakangan ini." Jelas Kyungshik.
Minji langsung menggenggam tangan Hyura. Ia takut Hyura akan teringat lagi dengan masalahnya.
"Nan gwenchana eonni" bisik Hyura pada Minji.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di lantai ruang perawatan Minho. Hyura sempat ragu untuk masuk ke ruang perawatan Minho.
"Eonni, chankam. Aku takut." Bisik Hyura pada Minji ketika Jonghyun dan Kyungshik sudah masuk ke ruangan.
"Wae?" Tanya Minji.
"Aku tidak pernah tega bila melihat Minho sakit. Dan sepertinya ini semua ada hubungannya denganku kemarin."
"Maksudmu?"
"Aku bingung harus menjelaskannya darimana."
"Ya sudah, nanti kau ceritakan padaku. Ada banyak hal juga yang ingin aku tanyakan padamu. Tapi, lebih baik kau masuk saja sekarang. Tidak perlu takut. Aku akan menemanimu.”
Hyura mengikuti langkah Minji yang sudah masuk ke dalam ruangan lebih dulu. Di dalam ruangan tersebut ada Onew, Jonghyun dan Kyungshik. Taemin dan Kai tidak ikut mengantar ke rumah sakit, keduanya hanya mengantar sampai basement parkir saja, karena Taemin ada jadwal untuk pengambilan gambar dengan Naeun dalam acara We Got Married.
“Jinki-ya, semua urusan administrasi sudah selesai. Aku pergi dulu, Taemin sendiri dengan jadwal solonya. Aku akan menemaninya dulu dan mungkin akan kembali lagi nati ketika sudah selesai.” Pamit Kyungshik.
“Oppa, kau mau kemana?” tanya Hyura.
“Aku harus menemani Taemin melekakukan jadwal solonya. Hari ini ia ada jadwal pengambilan gambar untuk We Got Married. Nanti aku akan kembali lagi.” Jawab Kyungshik. “Oh iya, bisa kau gantikan aku dulu menjaga Minho nanti bersama Jinki?”
“Tenanglah, hyung. Aku akan menjaga Minho nanti. Kau pergilah.” Ujar Onew.
“Baiklah kalau begitu. Minji, Jonghyun, Jinki dan Hyura aku pergi dulu.” Pamit Kyungshik.
Hyura mendekati Minho yang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Wajahnya masih tampak pucat. Butiran keringat juga masih terlihat di dahinya. Selang cairan infus menancap ditangan kirinya. Hyura memutuskan untuk duduk di kursi yang berada disebelah tempat tidur Minho. Reflek, Hyura mengusap butiran keringat di dahi Minho dengan sapu tangannya. Ia juga menarik selimut Minho untuk menutupi tubuh Minho. Jonghyun, Minji dan Onew yang melihatnya memutuskan untuk meninggalkan keduanya berdua saja. Mereka memilih untuk keluar dari ruangan dan pergi ke cafetaria rumah sakit untuk membeli beberapa makanan.
*****
Hyura POV
“Kami akan membeli makanan dulu di bawah. Kau mau ikut?” tanya Jinki oppa.
“Anniyo, oppa. Aku disini saja. Kalian pergilah.” Balasku.
“Baiklah, kami tinggal dulu. Telfon kami bila Minho sudah sadar atau terjadi sesuatu.” Ujar Jonghyun oppa.
Minji eonni, Jonghyun dan Jinki oppa meninggalkanku sendiri untuk menjaga Minho. Aku memang tidak berniat untuk makan, karena ketika di rumah tadi aku sudah sempat makan terlebih dulu. Saat ini aku hanya dapat memperhatikan wajah Minho oppa yang masih tampak pucat. Beberapa bulir keringat masih keluar dari pori-pori dahinya, padahal ruangan ini cukup sejuk. Aku mengeluarkan sapu tanganku dari dalam saku cardigan yang kugunakan.
“Oppa, mian. Karena kejadian kemarin kau seperti ini sekarang. Jeongmal mianheyo.” Ujarku sambil mengusap keringat yang membasahi dahi Minho oppa. “Tapi kenapa kau harus sampai seperti ini?”
Jujur, saat ini aku kembali bingung dengan bagaimana perasaanku sebenarnya. Aku selalu panik bila sesuatu terjadi dengannya. Selalu. Aku takut, tapi aku juga tidak mau bersikap seperti ini lagi. Kalian tahu, sebenarnya belakangan ini, terutama sejak kami kembali dari Busan. Hubunganku dengan Jongin menjadi cukup dekat.
Walaupun Jongin lebih muda dariku, ia bisa memberikanku perhatian yang lebih. Ia selalu menyemangatiku setiap hari lewat pesan yang dikirimkan olehnya. Bukan aku berniat jahat, tapi aku nyaman berada dekat dengannya. Maka, kemarin aku meminta ia menemaniku. Kami sudah tidak saling canggung lagi. Terlebih ketika aku bergabung dengan staff EXO. Ia yang membantuku beradaptasi dengan tim yang baru dan menjadi lebih akrab dengan member EXO. Kadang-kadang kami memang sering pergi bersama, tapi Yixing gege dan Kyungsoo oppa terkadang menemani kami juga.
Minho oppa, kenapa kau seperti ini? Kau membuatku bingung dengan sikapmu ini. Jika kau memang menganggapku hanya sebagai dongsaeng, kenapa kau harus marah dan pergi meninggalkanku ketika melihat aku bersama dengan Jongin kemarin? Wae oppa?. Batinku.
“Oppa cepatlah sadar. Aku ingin bicara denganmu.” Bisikku pelan sambil menggenggam tanngannya yang sudah mulai menghangat.
Tadi, Jinki oppa sempat memberitahuku mengenai keadaan Minho oppa saat ini. Minho oppa kehilangan cukup banyak cairan tubuhnya karena egonya untuk tidak mau makan dan minum apapun sejak semalam ia hanya minum segelas susu tadi pagi sebelum berangkat dan tetap melakukan latihan tadi. Ia harus segera mengembalikan cairan tubuhnya dengan makan dan minum setelah ia sadar, karena menurut dokter, cairan infus tidak akan terlalu banyak membantu, mengingat Minho oppa juga menderita sakit maag. Asam lambungnya pun cukup tinggi.
Aku mendengar denguhan nafas Minho. Sepertinya ia sudah sadar. Aku kembali ke kurisku setelah mengambil sebotol air mineral di lemari pendingin yang ada di sudut ruangan. Ia sempat mengerang sambil memegang bagian ulu hatinya. Pasti ia merasa sakit dibagian itu. Sama sepertiku ketika maagku juga kambuh. Nyeri di bagian ulu hati pasti tidak tertahankan. Penyakit yang sama, yang kami miliki.
“Kau sudah bangun oppa? Aku panggilkan dokter dulu. Chankaman.” Ujarku. Minho oppa menahan tanganku lalu menggelengkan kepalanya. Tangan kanannya masih memegang bagian yang terasa nyeri di tubuhnya. “Kalau begitu, kau minum ini dulu. Dokter mengatakan kau harus meminumnya ketika kau sudah bangun.”
Aku membantunya bangun lalu memberikan segelas susu tanpa rasa yang diberikan oleh dokter yang merawat Minho tadi. Jinki oppa sudah mengatakannya padaku sebelumnya untuk memberikan susu tersebut sebagai penawar asam lambung Minho yang cukup tinggi.
To : Jinki oppa
Minho oppa sudah sadar. Aku juga sudah memberikan susu yang oppa pesan tadi.
Apa kalian masih lama?
Tidak lama kemudian, ia menelfonku.
“Hyura-ya, mian. Bisa kau menemani Minho dulu sampai salah satu dari kami kembali nanti sore.” Ujarnya.
“Mwo? Kalian dimana?” tanyaku bingung.
“Kami sedang dalam perjalanan kembali ke kantor. Aku akan kembali ke dorm juga untuk mengambil beberapa pakaian untuk Minho. Kau bisa menemaninya kan?” tanyanya lagi.
“Hyura-ya, temani Minho dulu. Arra, kami akan kembali secepat yang kami bisa. Nikmati waktu kalian berdua. Arraso.” Seru Jonghyun oppa menyambar obrolanku dengan Jinki oppa.
“Oppa, kalian ini. Benar-benar.” Seruku. Minho melirikku. Ia bingung.
“Baiklah kalau begitu. Aku tunggu kalian. Cepat kembali.” Ujarku pada mereka lalu menutup sambungan telfon kami.
“Nugu?” tanya Minho.
“Anniyo, Onew dan Jonghyun oppa. Bagaimana keadaanmu oppa? Sudah lebih baik?” tanyaku.
Aku membantu membenarkan posisi duduknya. Aku meletakkan bantal dipunggungnya agar ia lebih nyaman. Aku sempat kaget ketika ia memelukku saat aku membantunya bangun. Pelukan yang sama, yang pernah ia berikan padaku dulu saat aku tengah demam tinggi sepulang sekolah. Hanya saja, saat ini posisinya yang berbeda. Ia yang sakit.
“Gomawo, Raa-ya..” bisiknya parau. “Tetap disini, temani aku.” Pintanya lagi.
“Wae oppa?”
“Anniyo. Bisa bairkan kita dalam posisi ini dulu dalam beberapa waktu?”
Aku hanya terdiam. Mengangguk pelan. Perasaanku kembali bekecamuk. Tuhan, kenapa harus seperti ini? ujarkku dalam hati.
*****
Minho POV
Aku merasakan nyeri yang cukup sakit di bagian ulu hatiku. Sepertinya ini efek dari penyakit maag ku. Ketika aku membuka mataku, aku melihat sosok yeoja yang sangat ingin aku temui belakangan ini. Hyura, dia ada disini. Aku ingin memanggilnya, tapi lidahku masih terasa pahit dan kelu untuk berbicara dengannya. Pahit, karena semalaman ini, aku tidak makan atau minum apapun dan kelu, karena perasaan kecewaku karena ketidak jujurannya kemarin. Dan itulah yang membuatku menjadi seperti ini sekarang. Terbaring lemas di tempat tidur rumah sakit dengan selang infus yang tertancap di punggung tanganku serta bau obat yang menyengat. Aku bersumpah, ini terakhir kalinya aku menjadi pasien rumah sakit seperti ini, aku tidak mau mengulangnya lagi. Cukup dulu dan saat ini.
Hyura hendak meninggalkanku dan menanggil dokter, tapi aku menahan tangannya. Saat ini aku tidak ingin dia meninggalkanku sebentar saja. Aku ingin dia menemaniku. Semalam aku sempat berfikir kembali, betapa bodohnya aku untuk tidak mengatakan yang sebenarnya pada Hyura mengenai perasaanku. Karena gengsi dan komitmenku, aku harus berbohong padanya mengenai perasaanku yang sebenarnya. Tapi, ketika aku melihat dia sedang berdua dengan Jongin kemarin, aku sungguh kecewa. Aku kecewa terhadapnya karena ia tidak mengatakan yang sejujurnya kalau ia sedang bersama Jongin. Aku tahu mereka dekat, tapi aku tidak tahu kalau mereka sedang berdua hingga Hyura menolak untuk bertemu denganku.
Memang, bila ditanya apa hakku marah terhadap apa yang Hyura lakukan , jawabannya entahlah. Aku juga bingung. Aku memang tidak punya hak marah dengannya hanya karena ia jalan berdua dengan Jongin, namun hatiku terasa sakit melihat kedekatan mereka kemarin. Aku belum siap untuk kehilangan perhatian dan sikapnya kepadaku. Aku belum siap kehilangan Hyura lagi untuk yang kedua kalinya. Aku takut.
Hyura memintaku untuk minum segelas susu yang sudah disiapkan oleh dokter yang merawatku. Dari aromanya saja aku tahu, pasti ini adalah susu tawar, tanpa rasa. Hyura bilang, susu ini bisa menetralkan asam lambungku yang tinggi yang membuat ulu hatiku menjadi nyeri. Awalnya aku menolak untuk meminumnya. Aku benci seperti ini. Tapi dengan sabar ia membujukku untuk mau meminumnya.
“Chankaman oppa. Aku harus menelfon dulu sebentar.” Pamitnya, tanpa menunggu persetujuan dariku ia lalu pergi ke dekat jendela dan memulai percakapannya di telfon. Tidak lama kemudian ia kembali lagi ketempatku.
“Nugu?” tanyaku ketika ia kembali.
“Anniyo, Jinki dan Jonghyun oppa. Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik.” Tanyanya.
“Nde, hanya nyeri di ulu hatiku masih belum hilang.” Jawabku.
Sejujurnya, sudah melihatnya ada disinipun sudah bisa memberikan rasa yang lebih baik untukku. Melihat senyumnya, melihat dirinya ada disini dan masih pedukli denganku. Aku sudah jauh merasa lebih baik. Ia menghampiriku lalu membantuku membenarkan poisisi duduku. Ia meletakan bantal dipunggungku agar akau bisa duduk dengan nyaman. Dan dengan refleks, aku menarik tubuhnya dan memeluknya. Hal yang sangat ingin aku lakukan padanya. Memeluknya dan tidak akan membiarkannya pergi meninggalkanku lagi.
“Gomawo, Raa-ya..” bisikku. “Tetap disini, temani aku.” Pintaku lagi.
“Wae oppa?”
“Anniyo. Bisa bairkan kita dalam posisi ini dulu dalam beberapa waktu?”
Sudah lama aku tidak memluknya. Aku semakin merutuki sikap bodohku kemarin. Kebiasan yang tak pernah hilang dari dirinya, ia selalu mepuk ataupun mengelus punggungku pelan. Aku nyaman dengan itu. Satu-satunya yeoja yang dapat menenangkanku selain eomma.
“Jangan tinggalkan aku lagi. Jaebal. Mian untuk kesalahan yang aku lakukan. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu.” Ujarku perlahan. Banyak perasaan bersalah yang terselip dibaliknya.
“Tenanglah, oppa. Aku tidak akan meninggalakanmu lagi. Aku akan tetap berada disampingmu. Kau tetap sahabatku, kau tetap oppaku dan kau tetap menjadi Choi Minho bagiku. Kau tidak perlu khawatir.” Balasnya.
“Yaksok?” tanyaku lalu mengendurkan pelukan kami. Ia hanya tersenyum lalu mengaitkan jari kelingkingnya padaku.
“Keunde oppa, kita tentunya tetap harus memiliki pasangan bukan? Nanti, ketika salah satu dari kita memilikinya, mungkin kita tidak akan bisa seperti dulu lagi. Ada batasan yang harus kita lakukan. Karena hubungan kita sebatas oppa dongsaeng saja. Jangan bersikap seperti ini lagi. Arra?”
Aku terdiam. Ya, aku terkejut dengan apa yang dikatakannya tadi. Pasangan? Apa mungkin ia akan menjadi pasangan kekasih dengan Jongin?
“Wae?” tanyaku penasaran.
“Karena aku akan selalu khawatir kalau sesuatu yang buruk terjadi denganmu. Sama khawatirnya bila hal seperti ini menimpa kedua oppaku. Aku menyanyangimu, menyayangi kalian. Aku tidak ingin kalian sakit. Aku ingin kalian sehat dan selalu ceria. Supaya kita tetap bisa tersenyum.” Balasnya.
Aku hanya membalasnya dengan senyum sekilas lalu mengusap kepalanya seperti yang biasa aku lakukan padanya. Aku masih melihat kalung perak berliontinkan 5 bintang kecil yang aku berikan padanya di Jeju beberapa bulan yang lalu masih ia kenakan. Ia masih menggunakannya.
“Oppa, bisa kau berhenti melakukan hal-hal seperti ini?” ujarnya.
“Maksudmu?” tanyaku.
“Kurangi kebiasanmu seperti ini padaku, mengusap kepalaku atau melihatku seperti tadi.” Pintanya jujur.
“Wae?”
“Oppa, bagaimana aku bisa aku memiliki pacar kalau kau terus memperlakukanku seperti ini? aku hanya adikmu oppa, adik dan juga sahabatmu. Kau ingat itu bukan?”
Perasaan menyesal kembali muncul dan merajai hatiku. Choi Minho, ini akibat dari gengsimu untuk tidak mau mengakui yang sebenarnya.
“Mian, tapi aku sudah biasa memperlakukanmu seperti itu, Raa-ya. Rasanya akan sulit untuk menghilangkannya. Kau bisa mengingatkan aku bila aku melakukannya lagi.” Balasku. “Tapi apakah harus benar-benar kuhentikan? Ini hanya menunjukan rasa sayangku pada adik seperti mu.”
“Semua memang butuh proses oppa. Kau bisa melakukannya lagi, tapi tidak seperti dulu. Aku butuh proses oppa.” Ujarnya lagi lalu tersenyum. “Oppa, aku ingin bertanya sesuatu. Tapi kumohon kau menjawabnya dengan jujur..”
“Wae?”
“Mengapa kau bisa ke Miracle Cafe semalam? Dan mengapa kau langsung pergi ketika aku melihatmu? Kau bahkan tidak menghiraukan panggilanku dan langsung pergi begitu kau masuk ke mobilmu?” tanyanya tanpa basa-basi.
“Aah, semalam? Kibum memintaku untuk membeli cheese cake di sana.” ia menganggukan kepalanya.
“Lalu? Kenapa kau pergi ketika aku melihatmu?” jujur aku bingung untuk menjawab pertanyaan ini. kalau boleh jujur, sebenarnya aku kecewa denganmu Hyura.
“Anniyo, aku buru-buru. Kibum mengirimiku pesan agar aku segera kembali. Jonghyun dan Minji sudah memasak untuk makan malam di dorm.”
“Geotjimal, oppa. Katakan yang sejujurnya padaku.” Ujarnya dengan nada memaksa dan memunculkan ekspressi cemberutnya.
“Aku sudah mengatakan yang sejujurnya, Raa-ya.”
“Kau tidak perlu berbohong padaku oppa. Katakan saja. Kalau kau buru-buru pulang karena diminta Key oppa untuk ikut makan malam bersama mereka, kau tidak akan seperti ini dan disini sekarang. Onew oppa sudah menceritakan semuanya padaku. Kau tidak mau makan ataupun minum sejak semalam. Kau hanya meminum segelas susu dan memaksa tubuhmu untuk latihan persiapan comeback kalian bulan depan. Pasti ada sesuatu yang lain.” Jelasnya.
“Anniyo. Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Untuk masalah aku tidak mau makan, entah kenapa ketika aku sampai di dorm, selera makanku menghilang. Aku rasa aku terlalu lelah karena kesibukanku belakangan ini.” balasku.
“Ingat penyakit yang kau miliki, oppa. Ingat itu. Jangan selalu mengikuti emosimu saja.” Ujarnya. ”Tapi apa ini karena kau melihatku bersama dengan Jongin semalam?”
DEG. Skak Mat. Aku tidak bisa menjawab apapun.
“Kalau iya, aku minta maaf oppa. Aku dan Jongin hanya berteman. Lagipula aku juga sudah mengatakan padamu bukan di pesan yang kukirimkan, kalau aku sedang pergi dengan temanku. Dan Jongin adalah temanku.” Jelasnya.
Aku hanya diam, mencoba menahan perasaanku untuk mengatakan yang sebenarnya pada Hyura. Sebenarnya, aku kecewa dengan apa yang ia katakan tadi. Ia memintaku untuk mengurangi melakukan hal-hal yang biasa aku lakukan kepadanya. Tapi mau bagaimana lagi? Mungkin ini konsekuensi yang harus aku terima karena keegoisanku. Hyura tidak marah padaku saja aku sudah bersyukur. Setidaknya ia akan tetap berada di sekitarku. Aku akan meikmatinya untuk saat ini.
*****
“Benar dugaanku. Kau pasti seperti ini karena melihatku dengan Jongin kemarin? Kenapa kau pergi? Kau cemburu melihat kami bersama?” tanya Hyura lagi.
“Anniyo, siapa yang cemburu?” tanya Minho tidak mau kalah lalu mengalihkan padangannya pada tv yang sedang menyala.
“Oppa, katakan saja. Sudah, katakan saja. Kau cemburu melihatku bersama Jongin?” tanya Hyura lagi. Minho masih diam. “Eiys, aku ini hanya adikmu bukan? Kenapa kau harus cemburu? Apa sebenarnya kau menyukaiku juga? Tapi kau gengsi untuk mengakuinya kemarin?”
“Ya, Im Hyura. Kenapa kau menjadi cerewet seperti ini? aku tidak cemburu denganmu. Hanya sajaa..”
“Hanya saja apa, oppa?”
“Kenapa kau tidak jujur denganku kalau kau sedang bertemu dengan Jongin?”
“Yaa, oppa. Memangnya aku anak kecil seperti dulu yang harus selalu melapor padamu? Aku sudah besar.”
“Arraso. Terserahmu.” Jawab Minho acuh tak acuh.
Hyura menemani Minho hingga malam hari. Jika sudah sakit, sikap manja Minho selalu muncul dengan dominan, tapi Hyura sudah terbiasa dengan itu. Hyura baru saja selesai menyelimuti Minho ketika Kyungshik kembali bersama keempat member SHINee yang lainnya, Minji dan juga Kai. Minho baru saja kembali tertidur setelah menghabiskan makan malamnya tadi.
“Ah, kalian sudah datang?” ujar Hyura.
“Kau bisa kembali nanti, Hyura-ya. Biarkan Kibum dan Jinki yang menjaga Minho malam ini. tadi kami sudah bertemu dengan dokter dan katanya besok Minho sudah dipoerbolehkan pulang.” Ujar Kyungshik saat masuk ke dalam kamar rawat Minho.
“Iya, beristirahatlah. Besok kau akan kembali masuk kerja bukan? Kau punya jadwal bersama EXO besok.” Ujar Minji.
“Ah, nde eonni.” Balas Hyura. “Jongin-ah, kau disini?” tanya Hyura ketika ia menyadari keberadaan Kai.
“Ya, seperti yang kau lhat, Raa-ya. Tadi aku ikut sekalian untuk mengecek mengenai cidera pinggangku.” Jawab Kai.
“Eotthe? Sudha lebih baik?” tanya Hyura.
“Eiys, kalian ini. Kalau kalian ingin akrab seperti ini, jangan disini. Kalau Minho bangun dan melihat kalian bagaimana? Dia bisa sakit lagi.” Ujar Jonghyun.
Keempat member SHINee sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi diantara Hyura dengan Minho dari Minji dan keemaptnya sudah dapat menyimpulkan apa yang menjadi penyebab Minho sampai sakit seperti ini.
“Yaa, oppa. Memangnya kenapa? Aku hanya menanyakan keadaannya saja.” Balas Hyura.
“Kami sudah mengetahuinya, Hyura-ya.” Seru Key.
“Eotthe?” tanya Hyura kaget. Ia lalu melirik Minji dan Minji memasang ekspresi tidak bersalah.
“Jangan salahkan Minji. Aku yang memintanya menceritakan pada kami. Kami juga perlu tahu yang sebenarnya, Hyura-ya.” Balas Onew.
“Hyura-ya, kau tidak perlu khawatir dengan cidera pinggang yang dialami Jongin. Itu sudah lebih baik, hanya kau perlu mengingatkannya atau mengomelinya kalau ia terlalu memaksakan diri sewaktu latihan. Kau akan menemani EXO dulu bukan sampai persiapan comeback kami selesai?” ujar Taemin.
“Ah, nde. Aku akan mengingatkannya.” Balas Hyura.
“Keunde, bagaimana keadaan Minho hyung?” tanya Kai.
“Dia sudah lebih baik. Dia juga sudah makan malam tadi sebelum tertidur seperti sekarang. Hanya saja ia masih merasa nyeri di bagian ulu hatinya.” Jelas Hyura.
“Terima kasih telah menjaga Minho dengan baik, Hyura-ya.” Ujar Kyungshik.
“Nde, oppa. Cheonmaneyo.” Balas Hyura.
“Kalau menjaganya dengan hati pasti akan baik, hyung. Kau tidak perlu khawatir.” Ledek Jonghyun.
“Nde, kau tahu kan hyung sejak Hyura bergabung dengan kita, hanya dia yang mampu melunakan sifat keras kepala Minho.” Lanjut Key.
“Ya, oppa. Kalian ini.” gerutu Hyura.
“Hyung, ingat yang ada disini tidak hanya kita.” Ujar Taemin. Taemin sudah mengetahui kedekatan dan persaaan Jongin pada Hyura. Kalian tahu bukan, Jongin dan Taemin akan saling berbagi dalam hal apapun, dan tentunya juga perasaan.
“Ah, mian, Jongin-ah. Kami hanya bercanda. Kau tidak perlu khawatir. Mereka hanya oppa dan dongsaeng saja, sama seperti dengan kami.” Seru Jonghyun.
“Ah, nde hyung. Gwenchana.” Ujar Jongin dengan wajah yang sedikit bersemu merah.
“Kalian ini, untung saja Minho bukan orang yang akan mudah bangun bila mendengar suara berisik.” Seru Onew.
“ya, hyung. Tenang saja, aku rasa dia baru akan bangun besok pagi hyung. Kalau kita sedang bercanda di dorm saja dan ia sudah tertidur lebih dulu, ia tidak akan bangun walaupun kita berteriak-teriak. Dia memiliki dunianya sendiri ketika tertidur.” Seru Key.
“Nde, Minho hyung memang sulit dibangunkan bila sudah tertidur.” Tambah Taemin.
“Memang sejak dulu seperti itu.” Ujar Hyura spontan.
Keempat member SHINee, Minji dan Kyungshik hanya tersenyum-senyum sendiri mendengar apa yang baru saja Hyura katakan. Sedangkan Kai, ia sempat bingung dengan maksud Hyura dalam kata ‘sejak’ dulu, karena Kai tidak tahu kalau Hyura dan Minho memang sudah dekat dan bersahabat sebelum Minho debut.
*****