NOTE : READ ON YOUR OWN RISK
Bulgari Hotel and Resort
Via Privata Fratelli Gabba, 7b, 20121 Milano, Italia
08.12 am
“Kau menangis lagi.” Ujar seorang pria yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Filmnya benar-benar menyedihkan.” Jawab gadis itu sembari menghapus air matanya.
“Dan kau benar-benar pembohong yang buruk, Cho Hea Ae.”
Gadis itu tersenyum sambil terus mengusap air matanya yang tak mau berhenti. “Aku tidak menangis.”
“Aku tidak menangisinya, Changmin-ah. Aku tidak menangisinya.” Lanjutnya. Tapi kemudian gadis itu menyerah, membiarkan air matanya mengalir deras di pipinya.
Changmin mendekat lalu duduk di samping gadis itu. “Dengar,” ujar pria itu. “Aku benci mengatakan hal ini, tapi kau masih memiliki waktu untuk memikirkan semuanya secara baik-baik. Kalau kau menyerah, kau akan membuat dirimu sendiri semakin menderita. Sementara Shin Rye Mi mungkin saja saat ini sedang tertawa puas melihatmu hancur. Apa kau akan membiarkan gadis jahat itu mendapatkan apa yang dia inginkan? Mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikmu selamanya?”
Gadis itu terdiam lalu menoleh memandang Changmin yang melanjutkan kata-katanya.
“Hea Ae-ya, aku mencintaimu bahkan sejak pertama kali kita bertemu di sekolah dulu. Tapi aku tidak pernah benar-benar bisa memilikimu. Bahkan saat pernikahanmu sudah berada di ujung tanduk pun aku tetap kalah. Karena kau terlalu mencintai Kyuhyun. Bukankah aku sangat menyedihkan?” ujarnya sembari menyeringai.
“Kau tahu, aku memang selalu menginginkan hal ini terjadi pada pernikahanmu, karena kupikir aku akan memiliki kesempatan untuk bisa bersamamu jika kau berpisah dengan Kyuhyun. Tapi, semakin lama berfikir, aku semakin menyadari, walau dengan cara apapun, selama Kyuhyun masih hidup, aku tidak akan pernah bisa mendapatkanmu seutuhnya. Dan melihatmu hancur seperti ini, hanya semakin membuatku hancur juga karena kau tidak bahagia.”
Pria itu berhenti sesaat kemudian menghela nafas.
“Jadi kumohon Hea Ae-ya, jangan membuatku hancur lebih dalam lagi. Kembalilah. Kembali menjadi seorang Cho Hea Ae yang bahagia. Kembalilah ke kehidupanmu yang dulu. Aku akan membantumu untuk mendapatkan kebahagiaanmu lagi. Aku akan membantumu untuk menghancurkan Kyuhyun hingga dia bertekuk lutut memohon padamu untuk kembali dengannya. Aku akan membantumu untuk membalaskan semua rasa sakit yang kau rasakan kepada Shin Rye Mi hingga gadis itu bahkan tidak akan pernah berfikir untuk menginginkan Kyuhyun lagi.”
***
Flashback…
Sebuah gereja megah di tengah kota Seoul pagi ini terlihat lebih ramai daripada biasanya. Pintu gereja yang terbuat dari kayu tua nan mahal itupun terbuka lebar-lebar. Karangan bunga berbagai ukuran dan warna memenuhi sisi kiri dan kanan sepanjang jalan masuk ke gereja itu.
Mobil-mobil mewah berjejer di halaman parkir gereja yang luas. Beberapa mobil mewah yang baru saja datang membawa pria dan wanita yang mengenakan gaun dan jas mahal langsung menyusul deretan mobil lainnya yang sudah terparkir rapi. Para pria dan wanita yang baru saja datang itupun segera memasuki gereja. Menampakkan wajah bahagianya, mereka tersenyum dan menyapa beberapa pria dan wanita lainnya yang berdiri tepat di depan pintu masuk gereja.
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil Black Maserati GranTurismo berhiaskan bunga dan pita di bagian depannya memasuki halaman gereja. Mobil itu berhenti tepat di depan pintu masuk gereja.
Seorang pria berpakaian rapi dengan kemeja putih dan tuxedo hitam serta celana kain panjang yang berwarna senada dengan tuxedo-nya keluar dari pintu kemudi mobil itu. Pria itu berjalan menghampiri kerumunan di depan pintu gereja dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Seorang wanita yang terlihat mirip dengannya memasangkan bunga di saku tuxedo pria itu. Dia terlihat menyapa beberapa dari mereka yang berada jauh darinya dan melanjutkan langkahnya memasuki pelataran gereja. Dan gerbang gereja pun tertutup rapat.
Pria itu menghentikan langkahnya tepat di deretan bangku barisan pertama dekat altar saat matanya menangkap sosok yang tak asing baginya.
“Hei! Kau datang?” Sapa pria itu kemudian mendekat dan memeluk sosok pria bertubuh jangkung itu.
“Kau bilang akan membunuhku jika aku tidak datang. Kupikir kau akan benar-benar melakukan hal itu padaku, karenanya untuk itulah aku disini.” Jawab pria jangkung itu kemudian tertawa. “Jadi, kapan aku bisa melihat wajah gadis yang akhirnya bisa mencairkan hatimu?” Lanjutnya menggoda.
“Segera. Dan kau, jangan mencoba untuk jatuh cinta pada gadisku.”
“Gadis itu akan mengucapkan sumpah sehidup semati denganmu beberapa menit lagi. Kau pikir aku setega itu denganmu? Aku masih belum ingin melihat berita sahabatku bunuh diri karena gadisnya direbut orang lain.” Ujarnya lalu menepuk bahu pria yang berpakaian tuxedo. “Aku akan menemuimu lagi nanti setelah sumpah pernikahan diucapkan.” Lanjutnya.
Pria berpakaian tuxedo itu mengangguk lalu berbalik melanjutkan langkahnya ke depan altar. Dia mengangkat pergelangan tangan untuk melihat jam yang bertengger di tangannya dan tersenyum saat mendengar suara pintu gereja terbuka. Para tamu pria dan wanita yang duduk di dalam gereja itu seketika berdiri dan menoleh ke arah pintu.
Seorang gadis bergaun putih panjang pas badan dengan wajah yang tertutup cadar transparan berdiri disana dengan menggandeng lengan seorang pria berwajah asli penduduk barat. Wajah cantiknya dihiasi riasan tipis dan natural. Rambut bergelombangnya dibiarkan terurai dengan sedikit rambut di bagian kanan dan kiri gadis itu yang dijalin menjadi satu tepat di belakang kepalanya. Seikat bunga lili putih yang segar digenggamnya dengan kedua tangan.
Dengan sepatu high heels yang berwarna perak, gadis itu mulai berjalan perlahan menuju ke depan altar. Sosok pria yang sebelumnya sudah berdiri disana memandang gadis itu dengan kagum. Menantinya dengan sabar untuk menggantikan tangan pria paruh baya di samping gadis itu.
Pria paruh baya itu mengulurkan tangan gadis di sampingnya yang langsung disambut oleh pria muda itu. Dengan hati-hati gadis itu kemudian melangkah ke depan altar, sejajar dengan si pria. Gadis itu tersenyum saat menolehkan wajah ke arah pria itu. Kemudian kembali memandang pendeta yang sejak tadi sudah berdiri disana, siap untuk memulai acara.
“Kami siap.” Ujar pria muda itu, kemudian saling berhadapan dengan gadis di sampingnya dan membuka cadar yang menutupi wajah gadis itu.
Pendeta itu tersenyum dan mengangguk. Lalu mulai mengucapkan sederetan kalimat yang akan membuat pria dan gadis di hadapannya itu menjadi satu dalam sebuah ikatan suci.
“Apakah kau, Cho Kyuhyun, menerima Lee Hea Ae sebagai istrimu, mulai saat ini hingga seterusnya, dalam keadaan baik maupun buruk, dalam kaya maupun miskin, dalam sehat maupun sakit, mendampinginya hingga maut memisahkan kalian?”
“Ya, saya bersedia. Saya, Cho Kyuhyun, menerima Lee Hea Ae sebagai istri saya. Dan saya berjanji untuk selalu menjaganya dalam keadaan baik maupun buruk, dalam kaya maupun miskin, dalam sehat maupun sakit. Saya akan mencintainya dan setia kepadanya seumur hidup saya hingga maut memisahkan kami.”
Si pendeta mengangguk kemudian melanjutkan kata-katanya. “Apakah kau, Lee Hea Ae, menerima Cho Kyuhyun sebagai suamimu, mulai saat ini hingga seterusnya, dalam keadaan baik maupun buruk, dalam kaya maupun miskin, dalam sehat maupun sakit, mendampinginya hingga maut memisahkan kalian?”
“Ya, saya bersedia. Saya, Lee Hea Ae, menerima Cho Kyuhyun sebagai suami saya. Dan saya berjanji untuk selalu menjaganya dalam keadaan baik maupun buruk, dalam kaya maupun miskin, dalam sehat maupun sakit. Saya akan mencintainya dan setia kepadanya seumur hidup saya hingga maut memisahkan kami.”
Pendeta itu tersenyum. “Dengan ini, sebagai pengantara Tuhan dan pengantara gereja, saya mengesahkan kalian sebagai suami istri. Apa yang sudah dipersatukan Tuhan, tidak dapat diceraikan manusia. Semoga kalian berdua selalu diberkati oleh Tuhan.”
“Silahkan mempelai pria untuk mencium mempelai wanita.” Lanjut pendeta itu.
“Hmm… Tunggu sebentar,” ujar Kyuhyun menyela sembari mengangkat salah satu tangannya. “Aku mau membacakan sebuah puisi untuk gadis istimewa yang baru saja menjadi istriku.”
Hea Ae mengangkat sebelah alisnya kebingungan. Gadis itu kemudian terkekeh saat melihat pria di hadapannya mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku celananya. “Kau sudah menyiapkan ini sebelumnya?” Tanyanya.
Kyuhyun hanya tersenyum lalu mulai membaca.
I want to make you feel
That I love you until
Till the day I die
I won’t make you cry
Don’t try to open my heart
You can only see is pain
Don’t try to find yourself in me
You’ll fine yourself in my heart and brain
If you will be confused
I will show you the way
I will never make you feel sad
Even if you’re doing good or bad
The possibilities that I see
The things that we can do
So many little things
Make me love you
The whisper of your voice
The warmth of your touch
The way that you kiss
The way your eyes shine
It’s not lie
It’s true
It’s really hard
To survive without you
I could go on for days
Telling of what I feel
But all you really must know is
My love for you is real
Kyuhyun memandang wajah Hea Ae. “I love you.” Ujarnya.
“I love you more.” Jawab gadis itu.
Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke wajah Hea Ae. Mencium gadis itu seolah tidak memedulikan suara ricuh para tamu yang mengiringi kebahagiaan mereka.
Hea Ae sedikit mendorong bahu Kyuhyun agar pria itu melepas ciumannya. Kyuhyun tertawa lalu meraih jemari gadis itu dan berjalan turun dari altar menuju ke luar gereja.
Gadis itu bersiap melempar seikat bunga lili putih yang sejak tadi dipegangnya ke arah kerumunan gadis-gadis di belakang mereka. Sesaat suasana menjadi ramai karena para gadis itu saling memperebutkan bunga tersebut.
“Sebelum kita pergi, aku ingin kau menemui seseorang.” Ujar Kyuhyun.
“Seseorang? Siapa?”
Kyuhyun mengendikkan dagunya ke arah pria jangkung yang sedang berjalan mendekati mereka. “Sahabatku saat di Inggris. Changmin-ah, kenalkan ini istriku.”
Gadis itu menoleh dan mengeluarkan ekspresi yang sama terkejutnya dengan pria jangkung itu.
Changmin hanya diam menatap dalam Hea Ae. Pria itu benar-benar tidak tahu jika nama Lee Hea Ae yang disebutkan oleh pendeta sejak tadi adalah gadis di hadapannya ini. Dia baru saja mendarat dengan penerbangan dari Inggris dan langsung menuju ke gereja tanpa tahu siapa gadis yang akan dinikahi oleh sahabatnya. Dan saat akhirnya dia tahu bahwa gadis itu adalah gadis yang enam tahun lalu mengantar keberangkatannya ke Inggris di airport, pria itu menyesali semua keputusannya di masa lalu. Semua keputusan yang menjauhkannya dari gadis ini.
“Changmin-ah!” Gadis itu berseru riang. “Jadi sahabat Kyuhyun saat di Inggris itu kau?”
“Kau mengenalnya?” Tanya Kyuhyun.
“Ya, tentu saja! Dia ada-”
“Dia adalah gadis yang selama ini kuceritakan padamu, Kyuhyun-ah.” Ujar pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dari Hea Ae.
“Tunggu dulu, maksudmu cinta pertamamu yang selama ini kau ceritakan padaku adalah istriku?”
“Istrimu?” Changmin menyeringai saat mengatakan kata itu. “Untuk sekarang? Ya.” Ujar Changmin menatap lurus ke mata Kyuhyun. “Tapi kau tenang saja, aku tidak akan mungkin merebutnya darimu, kecuali gadismu sendiri yang datang padaku.” Lanjutnya kemudian tertawa.
“Kupastikan itu tidak akan pernah terjadi.” Ujar Kyuhyun yang juga tertawa.
“Selamat atas pernikahan kalian.” Changmin menepuk bahu Kyuhyun. “Dan kumohon, jaga dia baik-baik.” Lanjutnya.
“Pasti.” Jawab Kyuhyun.
Pria jangkung itu tersenyum ke arah Hea Ae dan menyingkir, membiarkan Kyuhyun dan Hea Ae berjalan ke mobil mereka.
***
A plane
09.18 am
“Sir? Excuse me, Sir?”
Kyuhyun tersadar dari lamunannya. Menariknya kembali dari ingatan-ingatan saat pernikahannya berlangsung. Pria itu menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang pramugari sedang berdiri membawa troli berisikan makanan.
“Are you ok, Sir? You need something, maybe?” Tanya pramugari itu ramah.
“No, I’m fine. Thanks.”
Pramugari itu mengangguk. “Dinner?” Tawarnya.
“Just put it there.” Kyuhyun menunjuk meja di hadapannya.
Ya pria itu memang sengaja memilih kelas VIP untuk perjalanannya kembali dari Amsterdam ke Korea Selatan. Dia memilih kelas VIP supaya mendapat ketenangan. Pria itu sudah cukup pusing dengan segala hal yang terjadi pada hidupnya, dan dia tidak mau menambahnya lagi dengan penampilan lusuhnya yang akan mengundang pertanyaan banyak orang yang melihatnya, terutama jika bertemu dengan kolega bisnisnya.
Kyuhyun kembali memandang ke luar jendela yang gelap, seperti membaca suasana hatinya yang juga gelap saat ini. Dan pria itu menangis untuk yang kesekian kalinya. Merasakan lubang kehampaan di dadanya yang semakin membesar.
“Kembalilah, Hea Ae-ya. Dimanapun kau berada sekarang, kumohon, kembalilah.” Gumamnya sembari terus menangis.
***
One day later
Incheon International Airport
11.39 am
Kyuhyun berjalan dengan gontai keluar dari pintu kedatangan internasional. Pria itu sama sekali tidak memperdulikan keadaan sekitarnya.
“Tuan Kyuhyun?” Sapa supir pribadinya yang datang untuk menjemput. Pria itu membungkuk dan segera membukakan pintu untuk Kyuhyun.
“Kita pulang.” Ujar Kyuhyun setelah mobilnya mulai melaju.
Kyuhyun mengambil ponselnya dari saku celana. Mencoba menghubungi nomor Hea Ae, berharap gadis itu mengaktifkan ponsel dan menjawab panggilannya. Tapi nihil, nomor gadis itu tetap tidak aktif. Kyuhyun menyandarkan tubuhnya pada kursi lalu memijat keningnya yang terasa sakit.
***
Flashback…
“Selamat pagi, tuan Cho.” Sapa Hea Ae sembari mencium pipi kanan Kyuhyun kilat dan berjalan mengitari kursi balkon yang sedang di duduki Kyuhyun, menyingkirkan koran yang sedang dibaca pria itu dan dengan tubuh menghadap Kyuhyun, gadis itu duduk di atas pangkuannya.
“Selamat pagi, nyonya Cho.” Sapa Kyuhyun sembari merapihkan rambut gadis itu yang berantakan.
“Kau lupa sesuatu?” Tanya gadis itu sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Kyuhyun dan memainkan rambut belakang pria itu.
“Kurasa tidak.” Jawab Kyuhyun sembari mengernyitkan dahi.
“Kurasa iya, karena kemarin kau mengatakan kalau kita akan pergi hari ini.”
“Ah… Mengelilingi Yunani seharian penuh? Aku tidak lupa.” Ujar Kyuhyun mengulum senyum.
“Lalu tunggu apalagi?” Hea Ae mengerucutkan bibirnya.
Kyuhyun terkekeh. “Cho Hea Ae, kau datang kemari dan bersikap seperti ini untuk menagih janjiku atau untuk menggodaku?”
“Aku tidak menggodamu!” Protes gadis itu.
“Kau kemari dengan kemejaku yang terlalu besar di tubuhmu, tanpa mengenakan pakaian dalam. Duduk di pangkuanku dengan pose seperti ini. Dan terakhir, kau mengerucutkan bibirmu. Dalam kamusku itu disebut menggoda.”
Gadis itu memandang dirinya sendiri. “Aku tidak dapat menemukan pakaian dalamku.” Ujarnya kemudian tertawa.
“Aku lapar. Bisa kita sarapan sekarang?” Tanya pria itu tiba-tiba.
“Baiklah. Ayo kita sara-”
Kyuhyun menyambar bibir gadis itu, melumatnya tanpa ampun. Tangannya bergerak menyentuh seluruh tubuh bagian atas gadis itu. Merabanya hingga sampai ke punggung gadis itu dan menekannya untuk membunuh jarak di antara mereka.
Gadis itu sedikit meronta. Berusaha melepaskan tubuhnya dari Kyuhyun.
“Bisakah kita menunda kegiatan ini untuk nanti? Aku benar-benar ingin pergi, Kyu.”
“Kalau kau benar-benar ingin pergi, jawabannya tidak.” Ujar pria itu. “Tiga kali, lalu kita pergi.”
“Mwo? Satu.” Protes gadisnya.
“Dua.”
“Deal,” jawab gadis itu yang disambut dengan seringaian Kyuhyun. “Tanpa foreplay.” Lanjutnya.
“Apa?”
“Untuk menghemat waktu.” Jawab gadis itu asal.
“Err.. Baiklah, tapi jangan bunuh aku jika benar-benar terasa sakit.” Ujar Kyuhyun kemudian tertawa.
Pria itu kembali melumat bibir Hea Ae. Tangannya bergerak mengangkat kemeja yang dipakai gadis itu kemudian sedikit mengangkat pinggulnya sendiri untuk menurunkan celana santai yang tengah dipakainya.
Tanpa aba-aba pria itu mulai memasuki Hea Ae. Gadis itu mengerang tertahan lalu memegang erat pundak Kyuhyun untuk menahan sakit. Pria itu melepaskan bibirnya dari bibir Hea Ae saat dirasanya dia sudah memenuhi gadis itu.
“Bergeraklah,” Ujarnya kemudian. “Aku ingin melihat keindahanmu.” Lanjutnya.
Hea Ae mendekatkan wajahnya pada wajah Kyuhyun, mencium pria itu sebentar kemudian mulai bergerak, sembari tetap bertumpu pada pundak Kyuhyun. Matanya menatap nanar wajah Kyuhyun. Antara menahan sakit dan nikmat yang datang secara bersamaan. Kyuhyun memegangi pinggul gadis itu, membantunya bergerak, semakin lama semakin cepat.
Hea Ae menggeliat, merasakan gelombang kenikmatan yang datang bersamaan dengan milik Kyuhyun yang membanjirinya. Gadis itu berhenti sesaat, menjatuhkan kepalanya di atas pundak sebelah kiri Kyuhyun.
Kyuhyun mengecup pundak Hea Ae yang terbuka. Gadis itu mengangkat kepalanya lalu menyeringai dan menggerakkan tubuhnya cepat secara tiba-tiba.
“Ughhh…” Erang Kyuhyun. “Kau, memang benar-benar tercipta untukku. Semua milikmu memang hanya diciptakan untukku.” Rancau pria itu sembari memejamkan mata menikmati gerakan Hea Ae.
“Kriiiiinggg… Kriiiinggggg…” Ponsel Kyuhyun berdering.
“Shit.” Umpat Kyuhyun. Pria itu membuka matanya dan meraih ponsel yang tergeletak di meja samping kanannya. “Eomma.” Ujarnya lagi sembari menunjukkan layar ponselnya pada Hea Ae.
Hea Ae mengendikkan dagunya, memberi tanda pada Kyuhyun untuk menjawab telepon itu.
“Yeoboseyo? Eomma?”
“Yak! Apa Yunani semenarik itu hingga kalian lupa untuk meneleponku?”
Kyuhyun menjauhkan ponselnya saat suara nyaring Ibunya menyapa telinganya.
Hea Ae terkekeh. Gadis itu semakin mempercepat gerakannya. Menggoda suaminya.
“Aahhh… Sshh… Pelan-pelan, sayang.”
“Kyuhyun-ah apa yang sedang kau lakukan?” Tanya Ibu Kyuhyun diseberang telepon.
“Ohh! God damn. Hea Ae-ya, kau!” Pria itu makin mengerang merasakan gadisnya yang bergerak semakin tidak terkontrol di atasnya, ditambah dengan bibir gadis itu yang bermain di sekitar wajah, telinga dan lehernya. “Eomma bisakah kau menelepon lagi nanti? Aku sedang sibuk.” Lanjutnya.
“Sibuk? Dimana menantuku?”
“Arghhh…” Teriak Kyuhyun frustasi. “Menantumu sedang berada di pangkuanku sekarang, mencoba untuk menuntaskan apa yang sedang kami lakukan saat ini. Lebih tepatnya, menantumu sedang mencoba untuk membunuhku. Jadi demi Tuhan, Eomma, tutup saja teleponnya, ok? Aku akan menelepon mu nanti.”
“Yak! Yak! Cho Kyuhyun! Jangan bilang kau dan Hea Ae sedang bercin-”
Pria itu mematikan sambungan telepon lebih dulu dan melempar ponselnya kembali ke meja.
“Ahhhhhhhhh…” Teriak Kyuhyun dan Hea Ae bersamaan saat gelombang kenikmatan menghampiri mereka untuk yang kedua kalinya.
Gadis itu kembali bersandar di dada Kyuhyun. Mengatur nafasnya yang terengah-engah sembari memejamkan mata. Kyuhyun memindahkan tangannya ke punggung Hea Ae, memeluknya kemudian mencium kening gadis itu.
“Terima kasih, sayang.” Ujar pria itu.
***
Kyuhyun’s home
17.23 pm
“Kyu! Kyuhyun-ah!”
Seseorang berteriak sembari menarik paksa Kyuhyun dari dalam bath up yang penuh dengan air. Membuyarkan ingatannya tentang saat-saat bulan madunya dengan Hea Ae sehari setelah malam pertama mereka.
“Hhhhaaaaahh… Uhuk… Uhuk…” Kyuhyun tersadar dan membuka matanya. Pria itu tersedak, karena tanpa sadar menelan banyak air dalam bath up.
“Bodoh! Apa yang kau lakukan?” Teriak pria yang menariknya.
“Siwon hyung? Kau belum kembali ke Amerika?”
“Kenapa? Kau ingin aku kembali ke Amerika agar kau bisa dengan mudah bunuh diri? Apa dengan cara seperti itu Hea Ae akan kembali padamu?”
“Bukan begitu maksudku, hyung.”
“Berhenti bicara. Cepat ganti pakaianmu dan ikut denganku ke Seoul Hospital, sekarang!”
“Seoul Hospital? Untuk apa? Apa Hea Ae ada disana?”
“Bukan Hea Ae, tapi Ahjumma.”
***
Seoul Hospital
19.33 pm
Kyuhyun berlari secepat yang dia bisa di sepanjang lorong rumah sakit. Pria itu meninggalkan Siwon di belakang dan lebih dulu berlari mencari ruangan dimana Ibunya sedang dirawat.
Lantai dua di lorong paling ujung, pria itu akhirnya menemukan kakak perempuannya. Ahra sedang duduk di kursi tunggu yang terdapat di depan ruangan tempat Ibunya dirawat. Wajahnya terlihat sayu, terlalu lelah bahkan untuk menyadari keberadaan Kyuhyun yang sekarang sudah berdiri di sampingnya.
“Noona.” Sapa pria itu.
Ahra mengangkat wajahnya. Kantung mata dan lingkaran hitam di kedua matanya terlihat jelas. Wanita itu bangkit dari duduknya mendekati Kyuhyun dan menampar pipi pria itu keras-keras.
“Plaaaaaakkkk.”
“Dimana otakmu, hah? Kau berpura-pura bodoh atau memang kau benar-benar bodoh? Kau membuat kami semua malu. Dan lihat! Kau lihat Eomma!” Tunjuk gadis itu ke arah Ibu mereka di dalam ruangan. “Apa kau bisa membuat Eomma bangun? Apa kau bisa membawa Hea Ae kembali untuk membuat Eomma bangun? Aku membencimu untuk membuat Eomma seperti ini. Aku membencimu untuk membuat Hea Ae pergi. Aku membencimu untuk lebih mementingkan gadis yang membuat keluargamu hancur. Aku membencimu karena lebih memilih untuk membiarkan semua ini terjadi.” Wanita itu kemudian terisak.
“Ahra-ya?” panggil Siwon yang langsung memeluk Ahra.
Kyuhyun mendekati Ahra. Tangannya bergerak menyentuh pundak kakak perempuannya itu.
“Singkirkan tanganmu.” Ujar Ahra sedikit memekik. “Pergi kau, Cho Kyuhyun. Aku tidak ingin melihatmu di sini. Tidak sekarang.”
“Noona tolong. Aku-”
“Kubilang pergi!”
Siwon mengendikkan dagunya memberi isyarat pada Kyuhyun untuk segera pergi. Kyuhyun memandang ke dalam ruangan. Air matanya kembali mengalir melihat Ibunya yang tidak bergerak sama sekali. Hanya garis hijau yang bergerak di dalam monitor yang menandakan bahwa Ibunya masih bernafas. Pria itu mengusap air matanya lalu segera pergi meninggalkan Ahra yang masih dalam pelukan Siwon.
***
Kyuhyun’s Car
21.12 pm
“Yeoboseyo, sekertaris Park?”
“Sajangnim?”
“Tolong kau siapkan ruanganku. Besok aku akan kembali ke kantor.”
“Baik, Sajangnim.”
“Sudah kubilang, panggil saja aku Kyuhyun.”
“Ah, baiklah Kyuhyun-ah. Akan kupastikan ruanganmu sudah siap digunakan besok pagi.”
“Terima kasih, sekertaris Jung.”
***
TBC