Flashback…
Seorang gadis menggeliat dalam tidurnya. Tangannya meraba sisi kiri kasur besar miliknya. Kosong. Bagian itupun terasa dingin, menandakan bahwa pemiliknya sudah meninggalkan tempat itu sejak tadi.
Gadis itu membuka matanya dan segera beranjak dari kasur. Sembari mengeratkan jubah tidur yang dikenakannya, gadis itu melangkah keluar dari kamarnya. Dia berjalan menuju ke ruangan paling ujung yang berada di lantai yang sama dengan kamarnya. Tanpa mengetuk pintu, gadis itu langsung menerobos masuk.
“Hea Ae-ya? Kau terbangun, sayang?” tanya seorang pria yang langsung menengadahkan wajahnya begitu pintu ruangan terbuka.
Hea Ae mendekati meja kerja pria itu. “Kau belum tidur, Kyu?”
Pria itu tersenyum. “Sebentar lagi.”
Kyuhyun memutar kursi yang sedang didudukinya ke arah kanan dan mengulurkan tangan untuk meraih tangan Hea Ae. Gadis itu dengan refleks menggenggam jemari pria itu dan duduk diatas pangkuannya.
“Kau butuh sesuatu?” tanya Hea Ae. Gadis itu melihat-lihat berkas yang berserakan di atas meja kerja Kyuhyun.
“Tidak, Jung Ahjumma sudah membawakan kopi untukku.” Jawab Kyuhyun sembari menunjuk secangkir kopi yang tergeletak di sudut sebelah kiri meja kerjanya.
Kyuhyun melepas kacamata kerjanya dan meletakkannya di meja. Pria itu mengambil sebuah karet yang diberikan oleh Hea Ae dan dengan cekatan mengikat rambut istrinya menjadi satu ke atas.
“Apa menjadi presdir harus membuatmu tidur larut setiap hari?” tanya gadis itu tiba-tiba.
“Hmmm… Sepertinya begitu.”
“Membuatmu terlambat menyantap makan siang dan pulang melewati jam makan malam?”
Kyuhyun terkekeh. “Mungkin.”
“Kalau begitu aku akan bicara pada Abeoji supaya dia tidak menjadikanmu presdir.”
“Mana mungkin Appa akan mengijinkannya?” Kyuhyun membenarkan letak duduknya dan memeluk Hea Ae dari belakang. “Ini kan salah satu janjiku. Saat aku menikah, aku harus sudah siap untuk menggantikan posisinya sebagai presdir aktif di perusahaan Appa.” Lanjutnya.
“Tapi aku tidak mau kau jatuh sakit karena terlalu sibuk, Kyu.”
“Tidak akan. Aku punya kau.” Ujarnya sembari menghirup aroma favoritnya di tengkuk gadis itu.
Gadis itu menghela nafas kemudian memiringkan tubuhnya menghadap Kyuhyun. “Baiklah. Kalau begitu, berjanjilah padaku untuk tidak melewatkan makan siangmu saat kau tidak bersamaku. Berjanjilah untuk selalu memberiku kabar jika kau pulang larut. Berjanjilah padaku untuk tidak tidur terlalu larut. Dan mulai sekarang, aku sendiri yang akan selalu menyiapkan semua makanan untukmu.”
“Apapun perintahmu, Nyonya Cho.” Pria itu tersenyum.
Hea Ae memajukan wajahnya, mencium bibir Kyuhyun dan melumatnya singkat. “Apa kau masih lama?”
“Tidak. Hanya tinggal memindahkan data saja.”
“Bagus.” Hea Ae berdiri dari pangkuan Kyuhyun. “Karena aku membutuhkanmu. Sekarang.” Ujar Hea Ae sembari mengerling nakal.
“Hei, hei! Berhenti menggodaku, Cho Hea Ae!” Kyuhyun memukul pantat Hea Ae sebelum gadis itu menjauh darinya.
“Aku menunggumu di kamar, Tuan Cho.” Ujar gadis itu yang disusul dengan tawanya saat menutup pintu ruang kerja Kyuhyun.
Pria itu menggelengkan kepalanya sembari terkekeh, lalu mulai merapihkan meja kerjanya.
Flashback End…
***
Kyuhyun’s home, Seoul
09.16 am
“Tidak ada yang serius, Kyu. Kau hanya terlalu lelah dan perlu istirahat total untuk beberapa hari kedepan.”
Benar, pria itu memang membutuhkan istirahat total. Dia terlalu lelah dengan keadaan ini. Terlalu lelah menghadapi masalah ini. Terlebih lagi, dia terlalu lelah hidup tanpa Hea Ae disisinya.
Dia benar-benar membutuhkan Hea Ae. Pria itu merasakan kerinduan pada Hea Ae di setiap aliran darahnya. Di setiap tarikan nafasnya. Kalau kau pernah kesulitan menghirup oksigen hingga merasa sesak, anggap saja Kyuhyun seperti itu saat ini.
Kyuhyun kehilangan oksigennya. Semakin lama rasanya semakin sesak. Sedikit demi sedikit oksigennya mulai habis. Hidup tanpa oksigen, bisakah kau bayangkan? Begitulah Kyuhyun tanpa Hea Ae. Pria itu bahkan tidak lagi mempedulikan dirinya sendiri.
Pola hidupnya berantakan sejak Hea Ae meninggalkannya. Lihat saja, bahkan saat ini pria itu terserang demam tinggi. Hal ini bahkan tidak pernah terjadi saat Hea Ae masih ada. Gadis itu mengurusnya dengan baik, setiap hari menepati janji yang dibuatnya dulu untuk membuat Kyuhyun tetap sehat walaupun jadwal kerja pria itu benar-benar gila. Dan demi Tuhan jika Hea Ae melihat apa yang pria itu makan atau lakukan setiap harinya ketika dia tidak ada, gadis itu pasti akan murka.
Tapi pertanyaanya, apakah gadis itu masih peduli padanya? Bahkan mungkin saja gadis itu setiap hari berdoa pada Tuhan agar Kyuhyun-si suami brengsek itu menemui ajalnya dengan cepat. Tapi tunggu, itu tidak benar-benar terjadi, kan? Kyuhyun harap tidak.
“Gomawo, Hyung.” Ujar Kyuhyun pada Kim Jongwoon, teman lama sekaligus dokter pribadinya dan Hea Ae.
“Aku sudah memberimu obat penurun demam, dan aku juga akan meninggalkan beberapa obat serta vitamin lainnya. Kau bisa langsung menghubungiku jika terjadi sesuatu.”
Kyuhyun hanya menatap datar pria berjas putih itu yang berdiri di samping ranjangnya sebelum akhirnya mengangguk tanda mengerti.
Dokter muda itu merapikan peralatan prakteknya lalu duduk di tepi ranjang. “Kau, masih belum bertemu dengannya?” tanyanya sedikit berhati-hati.
“Belum.” Jawab Kyuhyun serak.
Jongwoon menghela nafas. Begitu menyayangkan kejadian yang menimpa temannya ini. Apa dokter itu tahu tentang perselingkuhan Kyuhyun? Tentu saja. Pria itu mengetahuinya sejak Kyuhyun membawa Rye Mi menemuinya di rumah sakit tempo hari.
“Tentu saja dia tidak akan pernah mau menemuimu. Setidaknya tidak untuk saat ini.” Ujar Jongwoon sedikit mencibir.
“Aku sudah banyak mendengar caci maki dari orang-orang disekitarku, kuharap kau tidak akan menambahnya lagi, Hyung. Kepalaku rasanya ingin pecah.”
Jongwoon tersenyum. “Itu memang karena kau bodoh, Cho Kyuhyun.”
Kyuhyun memilih untuk memejamkan matanya dan tak menghiraukan ucapan Jongwoon.
“Aku sudah melihat kondisi Han-Na Ahjumma.” Ujar Jongwoon lagi yang langsung membuat kedua mata Kyuhyun terbuka.
Pria itu menatap Kyuhyun yang sedang meringkuk di bawah selimut dengan tatapan iba.
“Aku juga tidak tahu kapan Han-Na Ahjumma akan bangun dari komanya, ini benar-benar sulit. Bahkan untukku. Kuharap Tuhan memberikan yang terbaik untuknya.” Lanjutnya.
Mata Kyuhyun memanas. Dari sorot matanya terlihat jelas bahwa pria itu benar-benar terluka. Jelas pria itu merasa bahwa semua hal yang terjadi akhir-akhir ini adalah salahnya. Hea Ae pergi menghilang entah kemana. Ibunya terbaring koma di rumah sakit. Seluruh keluarganya membencinya. Ini semua benar-benar salahnya.
“Baiklah, kurasa aku harus kembali ke rumah sakit sekarang. Satu jam lagi aku ada jadwal operasi. Istirahatlah.” Ujar Jongwoon kemudian beranjak.
Kyuhyun mengangguk lalu memiringkan tubuhnya. Menyembunyikan air mata yang akhirnya turun tanpa bisa ditahan lagi.
Hea Ae-ya kumohon kembalilah. Hidupku tidak akan pernah normal jika tidak ada kau di dalamnya.
***
Kyuhyun mengumpat kesal saat mendengar suara nyaring yang berasal dari ponselnya karena sudah berani mengganggu waktu istirahatnya. Pria itu meraba nakas di samping ranjang dan mengernyit saat nama sekertaris pribadinya–Park Jungsu tertera disana.
Pria itu mencoba duduk bersandar pada punggung ranjang. Merutuki kebodohannya karena lupa memberi tahu sekertaris Park bahwa dia tidak jadi masuk kantor hari ini karena sakit.
“Yeoboseyo? Sekertaris Park, maaf aku lupa memberitahumu jika aku tidak jadi ke kantor hari ini. Aku tiba-tiba terserang demam tinggi.” Ujar pria itu sembari memijat pelipisnya. Berharap rasa pusing yang bersarang di kepalanya sejak tadi itu hilang.
“Tidak apa-apa, istirahatlah hingga kau sembuh. Lagipula, sudah ada Tuan Cho yang mengambil alih perusahaan.”
“Appa?” Kyuhyun membenarkan letak duduknya agar lebih tegak.
“Ya. Sebenarnya aku ingin menghubungimu sejak tadi pagi, tapi tidak sempat karena seharian ini aku berada di ruanganmu bersama Tuan Cho.”
“Tunggu dulu sekertaris Park, Appa mengambil alih perusahaan? Maksudmu?”
“Maaf. Aku benar-benar minta maaf. Ayahmu datang pagi ini, langsung menuju ke ruanganmu dan mengatakan padaku jika perusahaan akan diambil alih oleh beliau. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi hingga beliau memutuskan hal ini secara mendadak dan bahkan sepertinya kau tidak tahu tentang hal ini. Aku tidak bisa memberitahumu lebih banyak lagi. Kau bisa bertanya langsung pada Ayahmu, mungkin?” ujar Jungsu terdengar sedikit ragu.
Kyuhyun menggeram lalu mematikan sambungan telponnya dengan Jungsu.
Sial! Masalah apa lagi ini? Batinnya.
Pria itu dengan cepat mencari nomor Ayahnya dan segera menghubunginya. Berharap mendapat penjelasan dari pria itu.
“Mengambil alih perusahaan, apa maksudmu?” sambar Kyuhyun sesaat setelah panggilan teleponnya tersambung.
Lawan bicaranya terdengar mendesah lelah. “Kau benar-benar tidak sopan.” Ujarnya singkat.
“Aku ingin penjelasanmu, Appa.” Kyuhyun bersikeras.
“Besok, pukul 9 pagi datanglah ke rumah. Dan kau akan mendapatkan semua penjelasan yang kau mau,” Ayah Kyuhyun terdiam sesaat, lalu kembali mendesah sebelum melanjutkan kata-katanya. “Kau harus benar-benar datang. Seseorang menunggumu.”
***
Mark-Hills Apartment, Cheongdam-dong
21.36 pm
Seorang gadis berjalan dengan gontai di sebuah lorong apartemen. Gadis itu menekan beberapa kombinasi angka saat sampai di depan sebuah pintu. Bau alkohol menyeruak begitu saja memasuki indera penciumannya saat gadis itu mendorong pintu apartemennya. Tapi seolah tak peduli, gadis itu tetap berjalan masuk.
Dia melempar tas tangannya kesembarang tempat dan melepas high heels-nya begitu saja. Apartemennya benar-benar terlihat berantakan. Alih-alih menyalakan lampu apartemen dan berjalan menuju kamarnya untuk sekedar membasuh wajah, gadis itu malah memilih untuk terus melangkahkan kakinya menuju mini bar yang ada di sebelah ruang makan.
Mini bar-nya pun tak kalah berantakan. Berbagai merk botol wine dan vodka tergeletak disana. Entah sudah berapa botol yang dihabiskannya setiap hari sejak dua minggu yang lalu.
Dia membuka lemari es berukuran sedang tempatnya menyimpan berbagai wine dan vodka di sudut mini bar. Dalam ruangan yang redup tanpa pencahayaan lampu, gadis itu terlihat menimang-nimang sesaat lalu memutuskan untuk mengambil salah satu botol vodka. Rasa panas dari vodka yang melebihi wine, itu yang mungkin dia butuhkan saat ini. Dia berbalik dan duduk di salah satu kursi mini bar nya. Gadis itu meraih gelas kristal yang terdekat dan menuangkan vodka itu hingga memenuhi setengah gelasnya lalu menenggaknya hingga habis dalam sekali minum.
Gadis itu meringis merasakan tenggorokannya yang terbakar. Tapi lagi-lagi, seolah tak peduli, gadis itu kembali menuangkan cairan vodka ke dalam gelasnya untuk yang kedua kali. Dia mengangkat gelas kristalnya dan meminum cairan itu, kali ini sedikit demi sedikit.
Dia menelan cairan itu secara perlahan, seperti mencoba untuk menguatkan dirinya bertahan dengan rasa panas yang kembali membakar tenggorokannya. Gadis itu mencengkram gelas kristal itu hingga buku-buku jarinya memutih. Seperti melampiaskan seluruh perasaan dan emosinya menjadi satu dalam cengkraman itu.
“Argh! Brengsek!” Gadis itu berteriak dan melempar gelas kristalnya ke salah satu pilar yang berdiri kokoh di dekat mini bar hingga hancur berkeping-keping.
Dia menunduk, menenggelamkan wajah cantiknya dalam lipatan tangannya. Bahunya bergetar hebat. Gadis itu menangis. Merasakan sesak yang menurutnya teramat menyiksa di dalam hatinya. Dia mengangkat wajahnya kembali dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku coat yang tengah dikenakannya.
Gadis itu membuka salah satu pesan masuk yang diterimanya tadi sore. Pesan yang membuatnya semakin hancur.
From: Appa
Rye Mi-ah, kapan kau akan kembali ke Jerman? Appa benar-benar membutuhkanmu. Maafkan Appa karena telah menjual sebagian aset milikmu untuk menutup saham perusahaan. Appa hanya dapat mempertahankan 40% saham perusahaan. Shim Enterprise mengambil alih 60% sisanya. Mereka membeli saham dengan harga tinggi hingga investor-investor utama dalam perusahaan Appa memberikan saham mereka pada Shim Enterprise. Sekali lagi maafkan Appa, sayang.
Gadis itu menyeka air matanya yang menetes, lalu mulai menulis pesan yang ditujukan untuk seseorang yang lain.
To: Cho Kyuhyun
Ini sudah dua minggu, Kyu. Kumohon jangan seperti ini. Jangan mengabaikanku. Aku membutuhkanmu saat ini.
Gadis itu menghela nafas kemudian menekan tombol send. Dia menunggu balasan hingga tak terasa satu jam hampir berlalu. Sebotol vodka yang tadi diambilnya pun sudah habis. Dia menyapukan kedua telapak tangannya ke wajahnya dan menghela nafas kasar.
“Jika aku tidak bisa memilikimu, siapapun juga tidak boleh memilikimu, Kyu. Termasuk juga gadis itu, istrimu.” Gumamnya.
***
Cho Younghwan’s home, Seoul
09.11 am
Kyuhyun memacu Bentley Continental GT hitam miliknya dengan kecepatan sedang. Pria itu ingin segera sampai di rumah kedua orang tuanya, tapi mengingat kondisi tubuhnya yang masih lemah dan kepalanya yang masih saja terasa berat, pria itu mengurungkan niatnya. Saat ini dia tidak mau mengambil resiko dengan mengebut jika itu berpotensi besar berakhir dengan kecelakaan naas dan membuatnya harus kehilangan nyawa. Tidak untuk saat ini, karena pria itu benar-benar ingin tahu siapa seseorang yang di maksud Ayahnya kemarin.
Pria itu mengurangi kecepatan mobilnya saat hendak berbelok memasuki gerbang rumah orang tuanya. Dia memarkirkan mobilnya di halaman depan, tepat di samping sebuah mobil mercedez guardian hitam. Merasa asing, Kyuhyun memandang mobil itu dengan seksama.
Apa Appa membeli mobil baru lagi? Pikirnya.
Tapi itu tidak mungkin, apa pria tua itu gila? Dalam kondisi seperti ini masih sempat membeli sebuah mobil mewah? Kyuhyun menggelengkan kepalanya. Atau itu adalah mobil seseorang yang dikatakan Ayahnya kemarin? Pria itu segera bergegas turun dari mobilnya dan sedikit berlari memasuki rumah.
“Appa, aku datang.” Ujar Kyuhyun sembari menutup pintu utama rumah orang tuanya.
Pria itu berbalik dan mendapati Ayahnya, Siwon dan seseorang yang berpakaian rapi-kemeja, jas dan tak lupa sepatu hitam mengkilatnya tengah duduk di kursi ruang tamu. Terlihat sedang menunggunya sepertinya.
Kyuhyun berjalan mendekati mereka. Ayahnya menatapnya datar lalu kembali menatap pria asing itu. Kyuhyun memilih duduk di sebelah Siwon yang juga menatapnya datar tanpa ekspresi.
Pria asing itu tersenyum pada Kyuhyun. Apa Kyuhyun mengenal pria ini? Rasanya tidak.
“Kau adalah Cho Kyuhyun?” tanya pria asing itu. “Perkenalkan, namaku Draxler Sweeney Herrelson, pengacara keluarga Schoonhoven.” Ujarnya lagi sembari mengulurkan tangan pada Kyuhyun.
Pengacara keluarga Schoonhoven? Apa-apaan ini? Untuk apa manusia ini datang kemari? Batin Kyuhyun.
Rahang Kyuhyun mengeras. Matanya berkilat menatap tajam wajah pria asing bernama Draxler itu. Marah. Pria itu jelas sedang menunjukkan ekspresi marahnya. Jika kebanyakan orang mengatakan mata bisa membuatmu jatuh cinta, kalau kau melihat mata Kyuhyun saat ini, mungkin kau akan mengatakan jika mata bisa membuatmu mati terbunuh.
Pengacara muda itu memiringkan wajahnya sedikit, keningnya berkerut mendapati Kyuhyun yang sama sekali tak berniat membalas uluran tangannya. Pria itu tersenyum canggung dan menarik tangannya.
“Ada perlu apa kau datang kemari?” tanya Kyuhyun menyuarakan pikirannya yang sejak tadi memaksanya untuk bertanya.
“Begini, Tuan Schoonhoven sebelumnya sudah mengatakan pada Tuan Cho bahwa aku akan datang kemari. Dan sebelum kau datang tadi, aku juga sudah menjelaskan apa yang akan aku bicarakan denganmu. Aku tahu kau mungkin tidak akan suka dengan apa yang akan ku bahas nanti, tapi kuharap kau mau mendengarkannya hingga selesai. Karena ini semua adalah permintaan langsung dari putri Tuan Schoonhoven.”
Brengsek! Umpat Kyuhyun dalam hati.
Rasa sakit di kepalanya saja belum sembuh. Jika harus mendengar kata-kata yang demi seluruh hidupnya tidak pernah ingin dia dengar itu, mungkin kepalanya bisa meledak saat ini juga.
“Aku tidak punya banyak waktu. Cepat katakan apa yang ingin kau katakan.” Ujar Kyuhyun dingin, masih tetap menatap wajah Draxler dengan mata elangnya.
“Baiklah. Aku juga tidak ingin membuang-buang waktuku lebih lama lagi.” Draxler tersenyum mengejek.
Draxler kemudian meraih tas hitam di sebelahnya, mengeluarkan sebuah map berwarna hijau tosca yang berisi beberapa berkas dari sana. Pria itu memilih salah satu berkas yang berada di tumpukan paling atas. Dia menatap wajah Kyuhyun sekilas sebelum mulai membaca isi berkas tersebut.
“Putri Tuan Schoonhoven, dia sudah memutuskan untuk bercerai denganmu.” Draxler berhenti sesaat, kemudian sedikit melirik Kyuhyun sekedar untuk melihat ekspresi pria itu.
“Aku membawa berkas-berkas perceraian yang sudah dia tanda tangani untuk kemudian diajukan pada pengadilan. Aku akan dengan senang hati membacakan beberapa poin pentingnya untukmu, Tuan Cho Kyuhyun.”
Draxler menyembunyikan seringaiannya saat melihat aura iblis yang menguar dari wajah Kyuhyun. Pria itu tahu benar bahwa saat ini Kyuhyun mungkin sudah sangat ingin membunuhnya.
“Pertama, keputusan untuk bercerai yang diajukan oleh Lee Hea Ae, adalah benar. Kedua, Lee Hea Ae tidak bersedia menemuimu hingga proses perceraian kalian selesai. Ketiga, Lee Hea Ae tidak menuntut apapun dalam bentuk harta darimu, Tuan Cho Kyuhyun. Dan keempat,” Draxler menatap wajah Kyuhyun tepat di kedua manik mata pria itu. “Hak asuh calon anak kalian sepenuhnya jatuh ke tangan Lee Hea Ae. Dia tidak akan keberatan jika kau, Cho Kyuhyun, ingin menemui anak kalian kapanpun dengan syarat jika anak itu sudah lahir. Dan semua urusanmu, sudah bukan menjadi urusan Lee Hea Ae lagi, begitupun sebaliknya.”
Draxler menutup berkasnya dan meletakkan berkas itu menghadap ke arah Kyuhyun. Kyuhyun mengepalkan tangannya kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Dengan sekali gerakan, Kyuhyun menyambar berkas itu, merobek dan meremasnya hingga tak berbentuk kemudian melemparkannya ke wajah Draxler.
“Persetan dengan siapa kau. Persetan dengan semua berkas-berkas itu. Persetan dengan kata cerai karena aku tidak akan pernah menandatangani berkas itu apalagi melakukan perceraian dengan Hea Ae. Persetan juga dengan semua poin penting yang kau sebutkan, aku masih suami Hea Ae yang berarti Hea Ae masih istri sah ku. Semua urusannya masih menjadi urusanku. Dan tentu saja, tidak akan ada seorangpun yang bisa memisahkanku dari Hea Ae dan juga calon anakku. Katakan hal itu kepada Tuan Schoonhoven.”
Kyuhyun berdiri, hendak pergi. Namun kata-kata yang keluar dari mulut Draxler selanjutnya membuat pria itu kehilangan kendali.
“Sudah ku katakan, ini adalah keputusan Hea Ae, bukan keputusan Tuan Schoonhoven. Kau pikir siapa yang akan bercerai denganmu, huh? Kupikir semua yang dikatakan Hea Ae benar, kau tak lebih dari seorang pria egois. Karena saat ini aku melihatnya langsung dari sikapmu.”
“Tutup mulutmu, brengsek!”
Kyuhyun merangsek maju meraih kerah kemeja Draxler. Dengan cepat pria itu meninjukan kepalan tangannya ke wajah Draxler hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
“Kalau begitu katakan hal itu pada Hea Ae! Dan singkirkan seringaianmu itu, Tuan Draxler. Aku benar-benar muak melihat wajahmu.” Ujarnya lalu melepas cengkeramannya dan berlalu pergi yang disusul dengan Siwon.
Draxler tersenyum, kemudian menyeka darah di sudut bibirnya. Pria itu merapikan kemejanya dan menatap Cho Younghwan yang tengah memijat pelipisnya, merasa frustasi.
“Putramu benar-benar keras kepala, Tuan Cho.”
***
Kyuhyun tengah menyalakan mesin mobilnya saat dengan tiba-tiba Siwon membuka pintu mobil dan duduk dengan santai di kursi penumpang. Wajah pria itu begitu datar. Tak mempedulikan Kyuhyun yang sedang menatapnya bingung.
“Kupikir kau akan pergi? Ayo jalankan mobilnya.” Ujar Siwon memecah keheningan.
“Untuk apa kau menyusulku?” tanya Kyuhyun tapi tetap memacu mobilnya sesuai perintah Siwon.
“Kau pikir aku akan membiarkanmu berkendara sendirian saat kau tidak bisa mengontrol emosimu? Dasar bodoh! Aku memang tidak menyukaimu, tapi aku tidak akan membiarkan Ayah dari keponakanku mati sia-sia. Setidaknya tidak saat Hea Ae belum menikah lagi dan mendapatkan pria yang lebih baik darimu.”
“Berhentilah bicara yang tidak-tidak.” Ujar Kyuhyun.
“Kenapa? Apa aku mengatakan hal yang salah?”
“Sial, kau membuatku semakin ingin mati saja.”
“Bagus. Kalau begitu mati saja.”
“Hyung!!!” Pekik Kyuhyun sembari menatap Siwon tak percaya.
Siwon melonggarkan ikatan dasinya dan membuka kancing teratas kemejanya.
“Kau tahu, kau benar-benar menyusahkanku. Karena masalahmu, aku membatalkan kepulanganku ke Amerika, membiarkan istri dan anakku kembali kesana seorang diri. Menomor duakan perusahaanku disana. Belum lagi memikirkan keadaan Han-Na Ahjumma yang sedang sakit. Dan ditambah dengan Younghwan Ahjussi yang ingin membekukan seluruh aset perusahaan yang kau pegang, benar-be”
“Membekukan aset perusahaan?”
Siwon mengendikkan bahunya. “Tidak benar-benar membekukannya, dia hanya membekukan nama dan kekuasaanmu di perusahaan sampai semua masalahmu selesai.”
“Tapi untuk apa? Yang bermasalah rumah tanggaku, bukan otakku. Apa dia pikir aku sudah gila sampai tidak bisa mengurus perusahaan lagi?”
“Bukan begitu, dia hanya ingin kau menyelesaikan semua masalahmu dulu. Percayalah, meskipun kau adalah anaknya, tapi dia juga benar-benar tidak menyukaimu saat ini, sama sepertiku dan keluargamu yang lain. Bahkan kurasa dia akan membencimu jika kau dan Hea Ae benar-benar bercerai, dan mungkin kau akan di coret dari daftar nama ahli warisnya. Kau tahu kan, seberapa besar keluargamu menyayangi Hea Ae?”
“Oh, yang benar saja! Berhenti bercanda, Hyung!”
“Kau pikir aku sedang bercanda?”
Kyuhyun menatap Siwon. “Sial!”
***
Marriott Executive Apartment
28-3, Yeouido-dong, Yeouido, Seoul
19.31 pm
Draxler menekan tombol bel di salah satu pintu apartemen mewah. Sesaat kemudian terdengar suara pintu yang dibuka, menampakkan seorang gadis cantik dengan wajah yang pucat dan tirus.
“Jesus! Drax, your face!” pekik gadis itu kemudian menyentuh sudut bibir Draxler yang sedikit membengkak biru.
“Hi, Lars.” Sapa Draxler memeluk gadis di hadapannya, kemudian mencium pipinya.
“Oh come on Drax, it’s Korea. Just call me with my Korean name.” Protes gadis itu. “Get in.”
Draxler menunjukkan senyumannya lalu mengikuti gadis itu masuk ke dalam apartemen.
“Jadi, apa yang terjadi dengan wajahmu?” gadis itu menghampiri lemari es yang berada di pantry. Mengambil dua kaleng caffe latte lalu menyusul Draxler yang sudah lebih dulu duduk di sofa ruang tv dan memberikan satu kalengnya pada Draxler.
“Kyuhyun yang memukulku.” Ujar Draxler tenang.
“Kyuhyun?” Gadis itu membelalakkan matanya.
“Yeah… Dan sepertinya dia sangat membenciku. Tapi untung saja dia hanya memukulku, tidak sampai membunuhku.”
“Drax, itu tidak lucu!”
Draxler terkekeh. “Kau tahu, dia masih mencintaimu, Hea Ae-ya. Dia sangat marah saat aku menyebutkan semua keinginanmu, dia tidak ingin bercerai darimu, dan dia bahkan merobek berkas-berkas perceraianmu.”
Hea Ae menyandarkan punggungnya pada sofa. “Tapi kau tidak memberitahunya jika aku sudah kembali ke Korea, kan? Aku masih belum ingin bertemu dengannya.”
“Tentu saja tidak. Aku bahkan tidak memberitahukan tentang liburanmu di Italy dengan Changmin.”
Hea Ae mengangguk.
“Tapi kau tidak bisa terus seperti ini, Hea Ae-ya. Kau harus membicarakan ini dengannya secara baik-baik. Kulihat tadi dia sepertinya sangat frustasi, dan dia juga terlihat lebih kurus dari foto pernikahan kalian yang pernah kau kirimkan padaku.”
“Oh yeah… Sepupuku tersayang, pengacara muda, sukses dan juga tampan di seluruh tanah Holland. Kau baru saja menyebutkan foto dua tahun yang lalu. Tentu saja itu berbeda.” Hea Ae meninju lengan Draxler pelan membuat pria itu terkekeh.
Ya, Draxler adalah sepupu Hea Ae. Sekaligus pengacara muda yang sukses di Belanda. Dia mengikuti jejak Ayahnya yang juga berprofesi sebagai pengacara sukses. Dan dia menggantikan Ayahnya sebagai pengacara keluarga Schoonhoven untuk Hea Ae kali ini.
Tapi meskipun Draxler adalah sepupu Hea Ae, Kyuhyun belum pernah mengenal sosoknya. Draxler tengah sibuk menyelesaikan gelar masternya saat pernikahan Hea Ae berlangsung, membuat pria itu dengan berat hati terpaksa tidak dapat hadir di pernikahan sepupunya itu. Dan setelah lulus pun, Draxler sangat disibukkan dengan setumpuk pekerjaannya karena dia benar-benar berambisi untuk mengejar karirnya. Hal itu juga yang membuat Draxler belum pernah datang mengunjungi Hea Ae dan bertemu dengan Kyuhyun di Korea.
“Ohya… Cho Han-Na, Ibu mertuamu,” ujar Draxler pelan. “Dia sedang dalam keadaan koma dan di rawat di rumah sakit.” Lanjutnya sembari menggenggam jemari Hea Ae.
“Apa? K… Koma? Ba… Bagimana bisa?” ujar Hea Ae terbata-bata. Terdengar begitu terkejut. Matanya mulai memerah, air mata mulai terlihat menggenang di kedua pelupuk matanya.
Draxler mengelus jemari Hea Ae dengan ibu jarinya. “Dia terjatuh di tangga saat hendak turun ke lantai satu. Dia begitu sedih saat kau pergi menghilang. Itu membuatnya sedikit depresi.”
Hea Ae menatap Draxler. “What should I do, Drax? What should I do?” Ujarnya sembari terisak.
“Kau ingin melihat Ibu mertuamu?” tanya Draxler. “Aku akan mengantarmu ke tempat dimana dia di rawat jika waktunya tepat. Kurasa Paman Devoss tidak akan keberatan.” Lanjutnya sembari tersenyum menatap sepupunya.
***
Seoul Hospital
07.12 am
Kyuhyun berjalan dengan langkah gontai memasuki rumah sakit. Sejak perusahaan Cho Corp resmi kembali di ambil alih oleh Ayahnya dua hari yang lalu, rutinitas yang dilakukan pria itu setiap pagi adalah datang ke rumah sakit. Sekedar memandang Ibunya yang masih terbaring lemah dari balik kaca.
Rasanya sakit. Setiap langkah yang membawanya mendekat ke ruangan tempat Ibunya di rawat itu seperti menggoreskan pisau di tiap senti tubuhnya. Kyuhyun berhenti sejenak sebelum berbelok ke lorong dimana ruangan Ibunya terdapat. Pria itu menghela nafas berat, seolah mencoba menghilangkan beban berat yang membebani pundaknya. Kemudian mulai melangkah lagi dengan sangat perlahan.
Pria itu mengangkat wajahnya. Menatap lurus kedepan. Menemukan sosok seseorang disana. Selama dua hari ini, dia sengaja datang pagi-pagi untuk melihat Ibunya sebelum Noona-nya atau siapapun datang menemani Ibunya. Tapi sekarang? Ada orang lain yang berdiri disana mendahuluinya. Tenggorokannya tercekat. Langkahnya terasa semakin berat. Kedua tangan pria itu terkepal di sisi tubuhnya. Tetapi tetap mencoba berjalan dengan normal mendekat kesana. Mencoba menghirup oksigen yang tiba-tiba saja terasa hilang di sepanjang lorong itu.
Sosok itu bergeming. Tidak menyadari kedatangan Kyuhyun. Pandangannya masih tetap menuju ke dalam ruangan. Menitikkan air matanya dalam diam. Jemari tangan kanannya menempel di kaca seolah hendak menembusnya. Sedangkan jemari tangan kirinya mencengkeram erat sisi baju yang dipakainya. Menahan isakannya.
Kyuhyun berdiri di belakangnya. Pandangan matanya tertuju pada punggung sosok itu. Tangannya bergerak menyentuh pundaknya perlahan. Dan tanpa menunggu lebih lama, pria itu kemudian memeluknya. Melingkarkan lengan kanannya di leher sosok itu. Sosok itu menegang dalam pelukan Kyuhyun. Tapi sedetik kemudian tubuhnya terasa melemas. Tangannya terangkat menyentuh lengan Kyuhyun. Meremasnya seiring dengan isakan Kyuhyun yang memecah keheningan. Sosok itu menundukkan kepalanya, masih sembari menitikkan air matanya yang tak mau berhenti.
Kyuhyun menjatuhkan wajahnya di pundak sosok itu. Menangis sejadi-jadinya tanpa berniat menahannya. Lama-kelamaan mulai mencengkeram pundak itu. Seolah tak ingin membiarkan sosok itu pergi.
“Aku merindukanmu, sayang. Aku merindukanmu.” Ujar Kyuhyun masih terisak.
“Kemana saja kau selama ini? Kumohon kembalilah. Aku tidak bisa jika harus seperti ini lebih lama lagi.” Lanjutnya.
Sosok itu terdiam. Ya, sosok itu adalah Hea Ae. Gadis itu meminta Draxler untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Ibu Kyuhyun di rawat. Dia berfikir supaya tidak ada yang melihatnya, gadis itu memilih untuk datang pagi-pagi sekali. Tapi ternyata gadis itu salah, justru Kyuhyun-lah yang menemukannya lebih dulu. Justru Kyuhyun-lah yang melihat kedatangannya. Sosok yang sangat tidak ingin ditemuinya untuk saat ini.
Perlahan Hea Ae menarik lengan Kyuhyun yang membelenggu pundaknya, menurunkannya. Gadis itu berbalik, menatap Kyuhyun yang juga tengah menatapnya. Tangannya berlari menyentuh wajah Kyuhyun tanpa bisa terkendali. Wajah pria itu begitu kusam dan tirus. Draxler benar, pria di hadapannya ini terlihat sangat frustasi. Tubuhnya lebih kurus dari yang terakhir kali gadis itu ingat. Lingkaran hitam di kedua matanya tercetak jelas. Penampilannya tidak seperti seorang Cho Kyuhyun yang biasanya. Pria itu benar-benar terlihat menyedihkan. Kehilangan Hea Ae benar-benar merubah sosok Kyuhyun.
Hea Ae mengusap pipi Kyuhyun berkali-kali. Membuat Kyuhyun memejamkan matanya dan menyentuh jemari gadis itu. Kemudian pria itu kembali membuka kedua matanya. “Kita pulang?” pertanyaan itu yang akhirnya terlontar dari bibir Kyuhyun.
Gadis itu tersenyum. Air matanya masih enggan untuk berhenti mengalir di pipinya yang pucat. Gadis itu merindukan pria di hadapannya ini. Sangat. Sebagian sosok dalam dirinya bersorak senang dengan kehadiran pria itu. Bersorak senang dengan kenyataan bahwa akhirnya dia bisa melihat pria itu lagi. Tapi sebagian dari sosok dirinya yang lain seperti mengingatkannya jika ini salah. Berulang kali meneriakinya di dalam otak bahwa tidak seharusnya seperti ini. Berkali-kali meneriakkan perintah padanya untuk pergi. Tapi rasanya berat. Kakinya seperti enggan untuk menuruti perintah otaknya. Tangan dan matanya pun masih bersekongkol, begitu menikmati sosok Kyuhyun. Hea ae tersenyum, kemudian menggeleng perlahan.
“Aku tidak bisa pulang denganmu.” Ujarnya lirih.
Kyuhyun tersentak. Dengan gerakan cepat tangannya meraih jemari Hea Ae yang menggantung bebas. Menggenggamnya erat. Seperti tidak mau kehilangan sosok gadis itu lagi.
“Draxler sudah menemuimu, kan? Bukankah dia sudah mengatakan apa yang aku inginkan?” tanya gadis itu lagi. Matanya sudah memerah. Tapi gadis itu tetap tidak peduli.
“Aku mencintaimu, dan sampai saat ini pun perasaan itu masih. Tapi, aku sudah tidak bisa melanjutkannya lagi. Aku tidak bisa jika kau juga sudah tidak melihatku lagi, Kyu.”
Kyuhyun menggeleng kuat. “Kumohon jangan seperti ini. Aku membutuhkanmu, Hea Ae-ya. Aku berjanji akan melakukan apapun untuk membayar semua apa yang telah aku lakukan.”
Hea Ae kembali tersenyum. “Tidak. Bukan seperti itu. Karena semuanya akan percuma jika disini, sudah tidak ada lagi namaku.” Ujarnya sembari menunjuk dada Kyuhyun.
“Bukankah aku sudah pernah mengatakan hal itu padamu? Jika saatnya tiba kau sudah tidak lagi memandangku, aku yang akan memohon padamu untuk pergi meninggalkanku? Kurasa sekarang inilah saatnya. Jujur saja, sebenarnya aku tidak menyangka bahwa hari itu akan tiba secepat ini. Tapi, satu hal yang harus kau tahu. Disini, bukan hanya kau yang tersiksa, tapi aku. Aku juga sangat tersiksa. Aku merasa sangat lelah. ” Gadis itu menghela nafas berat.
“Kita bercerai saja.” Lanjutnya.
Kyuhyun semakin mencengkeram tangan gadis itu. Tidak. Semuanya tidak boleh berakhir seperti ini. Kyuhyun tidak bermaksud untuk mengakhirinya dengan cara seperti ini. Pria itu benar-benar menyesal. Seluruh kenangannya dengan Hea Ae selama ini seperti rol film yang kembali diputar dalam satu waktu. Saat pertama kali Kyuhyun bertemu dengan Hea Ae. Saat Hea Ae akhirnya membuatnya jatuh cinta. Saat gadis itu menerima lamarannya. Saat mereka akhirnya berdiri di depan altar dengan senyum bahagia, menikah.
“Lars?” suara itu memecah keheningan di antara Kyuhyun dan Hea Ae.
Gadis itu menoleh, mendapati Draxler berdiri tak jauh darinya. Menatap Kyuhyun dengan tatapan bingung sekaligus terkejut. Hea Ae mengangguk kemudian kembali menatap Kyuhyun. Gadis itu menurunkan tangannya dari wajah Kyuhyun, dan perlahan melepaskan cengkeraman pria itu di tangannya yang lain.
Kyuhyun hanya menatapnya. Tenggorokan pria itu benar-benar seperti tercekat. Bahkan untuk menahan gadis itu pun seperti kehabisan tenaga. Hanya matanya yang masih saja menunjukkan dengan jelas bahwa dia tidak menginginkan gadis itu pergi. Air matanya yang turun tanpa henti.
Hea Ae berbalik meninggalkan Kyuhyun. Berjalan dengan sangat perlahan ke arah Draxler yang tengah menunggunya. Dia menundukkan wajahnya, menahan isakannya. Lagi-lagi ego nya benar-benar mengalahkan segalanya. Gadis itu tidak ingin Kyuhyun melihat kesakitannya.
Kyuhyun tersadar. Pria itu menoleh ke arah Hea Ae dan dengan cepat berjalan, menarik lengan gadis itu, membuat Hea Ae menghentikan langkahnya. Gadis itu menghela nafas untuk yang kesekian kalinya sebelum mengucapkan kata-kata yang membuat mereka sama-sama merasa sakit.
“Leave me? Please?”
Hea Ae mengatakannya dengan sangat lirih, tapi masih terdengar oleh Kyuhyun. Gadis itu kembali berjalan menjauhi Kyuhyun. Meraih jemari Draxler yang kemudian di cengkeramnya erat-erat, menumpahkan rasa sakitnya disana. Lalu melangkah pergi meninggalkan rumah sakit itu.
Kyuhyun menunduk. Kembali menangis sejadi-jadinya. Kakinya sudah tidak bisa menahan berat tubuhnya lagi. Pria itu jatuh terduduk begitu saja di lorong yang sepi itu. Merasakan hatinya yang luar biasa sakit.
Inikah akhir dari segalanya? Inikah akhir dari hidupnya dengan gadis itu? Lee Hea Ae, istrinya?
***
TBC