Seoul Hospital
07.33 am
Hea Ae terus menarik tangan Draxler. Memaksa kakinya untuk menjauh dari Kyuhyun selama akal sehat masih menguasainya. Gadis itu sedikit berlari hingga Draxler menahan langkahnya. Membuat gadis itu berhenti begitu saja.
Gadis itu hanya diam, nafasnya terengah-engah karena tanpa sadar dia memilih menuruni tangga dari lantai 4 dimana ruangan Ibu mertuanya dirawat daripada menggunakan lift.
"Menangislah."
Gadis itu tetap diam. Tangannya masih mencengkeram kuat tangan Draxler. Tak berniat melepasnya.
"Menangislah." Ujar Draxler lagi mengulangi kata-katanya.
Dan sedetik kemudian gadis itu melepas tangannya dari Draxler lalu berjongkok, menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya dan menangis dengan keras.
Draxler menatap nanar sepupunya itu. Kemudian ikut berjongkok disampingnya. Tangannya merangkul pundak Hea Ae, membawanya ke dalam pelukannya. Mengelus rambut gadis itu. Mencoba menenangkannya.
"Aku lelah." Ujar gadis itu terus terisak.
"Aku lelah memikirkannya setiap hari. Aku lelah merindukannya setiap hari. Aku lelah mencoba membencinya. Tapi aku juga lelah karena aku terlalu mencintainya. Aku benar-benar lelah, Drax."
***
Kyuhyun berdiri di hadapan kaca yang memisahkannya dengan Ibunya. Pria itu hanya memandangnya dengan tatapan kosong, tanpa melakukan apapun. Tenaganya seperti sudah terkuras habis. Hatinya sudah hancur berkeping-keping.
Entahlah. Pria itu seperti sudah tak memiliki tujuan hidup. Dia tersadar, tepat sedetik setelah dia mengucapkan janji sucinya di altar, saat itu pula dia sudah menyerahkan separuh jiwanya pada gadis itu.
Dan jika saat ini gadis itu pergi, bukankah itu berarti separuh jiwanya juga pergi? Jadi, untuk apa jika dia hidup hanya dengan separuh jiwa yang bahkan sudah tidak lagi utuh? Membuatnya terlihat seperti mayat hidup yang hatinya sudah mati.
Menyesal. Apa bahkan sebuah kata itu masih bisa digunakannya sebagai tameng untuk mempertahankan Hea Ae disisinya? Sudah berapa banyak kata menyesal yang dilontarkannya pada gadis itu untuk menunjukkan bahwa dia masih menginginkan gadis itu untuk tetap berada disisinya?
Sudah berapa banyak kata maaf yang di gumamkannya bahkan saat matanya tengah terpejam? Bahkan itu semua tidak dapat membuat gadis itu kembali. Tidak juga bisa membuat Ibunya membuka mata.
Pria itu terus memandang alat pendeteksi detak jantung yang berdiri kokoh di samping Ibunya. Terus memperhatikannya setiap detik saat grafik hijau itu bergerak naik dan turun tidak teratur. Membuat wajah pria itu sedikit demi sedikit memunculkan ekspresi.
Dia mengerutkan keningnya sesaat lalu hampir saja tersedak nafasnya sendiri. Tenggorokannya kembali tercekat. Dia butuh berteriak. Dia ingin berteriak. Tapi kenapa rasanya sangat sulit? Apa tidak makan dan minum dengan benar selama beberapa hari membuatnya kehilangan fungsi pita suaranya?
Dengan tenaga yang tersisa, pria itu mencoba menoleh ke samping kanan. Melihat ke asal suara-suara gaduh langkah kaki yang sepertinya sedang terburu-buru. Tiga orang pria paruh baya dengan jas putih tersampir di tubuhnya tengah berlari secepat yang mereka bisa. Sedangkan beberapa perawat mengikuti di belakang mereka.
Kyuhyun hendak menyapa tapi suaranya tetap tidak mau keluar. Para dokter dan perawat itu pun melewatinya begitu saja masuk ke dalam ruang rawat Ibunya. Seperti memburu sesuatu. Seperti berpacu dengan waktu. Seperti ingin menyelamatkan Ibunya sebelum grafik itu akhirnya menunjukkan garis datar.
Kyuhyun tersentak. Mulutnya terbuka. Matanya sudah berkaca-kaca. Kepalanya terasa berputar melihat kejadian di hadapannya. Nafasnya mulai memburu. Keringat mulai muncul di pelipis pria itu.
Tidak. Tuhan tolong. Jangan kau ambil wanita ini dariku. Tidak sekarang.
***
1 day later...
Cho Younghwan's home, Seoul
10.22 am
Karangan bunga menghiasi sepanjang jalan masuk ke kediaman keluarga Cho. Indah. Jika karangan bunga itu adalah karangan bunga dengan ucapan selamat, tentu saja indah.
Tapi kenyataannya berbeda.
Beberapa mobil mewah terlihat memasuki halaman rumah kediaman keluarga Cho yang megah dan besar. Para pria dan wanita turun dengan anggun di depan pintu masuk rumah itu. Para pria dengan kemeja, jas, celana dan bahkan sepatu yang berwarna senada–hitam. Para wanita yang dengan serempak menggunakan dress selutut berwarna hitam, lengkap dengan sebatang bunga lili putih segar di genggaman mereka, terlihat memasuki kediaman megah keluarga Cho dengan wajah menunduk. Kesedihan terpancar dari wajah mereka saat kaki mereka melangkah masuk.
Disambut dengan tangisan memilukan seorang wanita hamil yang dipanggil Cho Ahra, yang tengah meraung-raung di dalam dekapan suaminya. Dan seorang pria paruh baya yang dikenal dengan nama Cho Younghwan yang wajahnya terlihat begitu letih.
Tapi meskipun begitu, sekalipun dia tak pernah lelah memandang ke wajah seorang wanita yang begitu dicintainya selama berpuluh-puluh tahun. Seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki untuknya. Seorang wanita yang selalu menemani hidupnya. Seorang wanita yang sudah menjadi nafasnya. Seorang wanita yang terlihat sangat cantik saat matanya terpejam saat tidur.
Dan bahkan saat ini, saat wanita itu tidur untuk selamanya di dalam sebuah peti mahal. Wanita itu tetap terlihat cantik di matanya. Dengan gaun putih kesayangan wanita itu. Dan juga seikat bunga lili putih di genggamannya. Terlihat begitu damai.
Sosok pria itu juga terlihat disana. Cho Kyuhyun. Terlihat berdiri di sudut ruangan. Matanya menatap peti itu tanpa berkedip. Dia tidak menangis. Sama sekali tidak menangis.
Bukan. Bukan karena pria itu tidak merasa sedih. Melainkan karena pria itu terlalu sedih. Hingga air matanya seolah sudah enggan untuk keluar. Hatinya terlalu sakit. Sebanyak apapun air mata yang di keluarkan, hasilnya tetap sama. Sakit.
Seorang pria paruh baya berwajah asing juga turut hadir disana, Devoss Bleeckerberg Schoonhoven. Disampingnya berdiri seorang wanita dengan wajah kental khas Korea-nya yang masih terlihat begitu cantik, Lee Hea Ra. Wanita yang tanpa memikirkan apapun lagi langsung mengambil penerbangan tercepat dari Amsterdam menuju ke Korea. Bahkan melupakan kenyataan bahwa tubuhnya begitu lelah setelah menempuh perjalanan berjam-jam lamanya.
Seorang dokter muda yang beberapa hari lalu memeriksa kesehatan Kyuhyun juga turut hadir disana, Kim Jongwoon. Berdiri disamping seorang pria muda bertubuh tinggi tegap, Choi Siwon dan keluarga kecilnya.
Di sudut lain ruangan terlihat sekertaris pribadi Kyuhyun-Park Jungsoo, tengah menyeka air matanya beberapa kali melihat keadaan haru yang tengah menyelimuti rumah ini. Keadaan yang bahkan tidak pernah terpikirkan akan terjadi secepat ini. Keadaan yang tidak pernah terjadi sebelumnya karena keluarga ini begitu terkenal dengan kehangatannya.
***
“Kau tidak mau turun?”
“Tunggu sebentar lagi.”
Draxler terdiam. Membiarkan sepupunya menguatkan diri. Kemarin, mereka bahkan belum sampai di apartemen Hea Ae ketika ponsel Draxler berdering. Ayah Hea Ae memberi kabar bahwa Cho Han-Na, Ibu mertua gadis itu telah tiada.
Gadis itu sangat terpukul. Dia baru saja datang berkunjung melihat keadaan Ibu mertuanya dan benar-benar tidak menyangka bahwa itulah saat terakhir dia melihatnya.
Dan yang semakin membuatnya merasa terluka adalah, disanalah dia meninggalkan Kyuhyun begitu saja. Di hadapan Ibunya yang kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.
Dan kini, gadis itu berada di halaman rumah keluarga Cho. Menggunakan dress hitam dengan sebatang bunga lili di tangannya. Bersiap masuk ke dalam rumah itu.
Berat. Hatinya benar-benar terasa berat. Bukan karena keharusannya datang ke rumah itu untuk memberi penghormatan terakhir pada Ibu mertuanya. Tapi karena gadis itu sadar, dia mungkin tidak akan sanggup jika harus melihat wajah terluka milik seseorang di dalam sana. Wajah Kyuhyun.
"Kita masuk sekarang." Ujar Hea Ae sembari menghembuskan nafas beratnya.
Gadis itu turun dari mobil, disusul Draxler. Tangannya merangkul lengan Draxler, menopangkan berat tubuhnya disana. Dengan perlahan kakinya mulai melangkah memasuki rumah besar itu.
Sekilas ingatan-ingatannya tentang Ibu Kyuhyun melintas. Air matanya menetes, mengingat permintaan wanita paruh baya itu yang terakhir. Seorang anak. Kini Ibu mertuanya tidak akan pernah bisa melihat anaknya dengan Kyuhyun. Gadis itu mencengkeram lengan Draxler lebih keras, kemudian menyeka air matanya.
Wajah gadis itu terangkat. Dia melihat beberapa orang yang sangat dikenalnya berdiri disana. Termasuk kedua orang tuanya. Gadis itu menolehkan wajahnya ke seluruh penjuru ruangan. Dan menemukan pria itu berdiri disana. Di salah satu sudut ruangan. Wajahnya bahkan terlihat semakin menyedihkan dibanding hari kemarin saat di rumah sakit.
Draxler menoleh padanya, kemudian mengikuti arah pandangan Hea Ae. Draxler menghela nafas lalu melepaskan cengkeraman tangan Hea Ae di lengannya. Gadis itu memandang Draxler. Pria itu tersenyum sembari mengangguk. Mengerti maksud sepupunya, gadis itu mulai pergi menjauhi Draxler.
Suara langkah kaki terdengar oleh telinga Kyuhyun. Pria itu mengangkat wajahnya, mendapati Hea Ae tengah berdiri di hadapannya. Tubuhnya menegang. Paru-parunya terasa sesak. Lagi. Seolah pasokan oksigen di sekitarnya tiba-tiba menghilang.
Pria itu tetap diam di tempatnya. Kakinya terlalu kaku untuk melangkah maju. Lidahnya terlalu kelu untuk sekedar menyapa gadis itu. Dan seolah mengerti, gadis itu akhirnya mengalah. Dia melangkahkan kakinya lebih dulu mendekat ke arah Kyuhyun.
Kyuhyun menatap nanar gadis itu. Dan sedetik kemudian langsung menarik tubuh Hea Ae. Memeluknya dengan erat. Menenggelamkan wajahnya di pundak gadis itu. Menangis disana.
"Eomma meninggalkanku. Aku harus bagaimana?" gumam Kyuhyun.
Isakannya terdengar memilukan. Membuat gadis itu juga kembali meneteskan air mata. Tangannya terangkat membalas pelukan Kyuhyun. Mengelus punggung pria itu, mencoba menenangkannya.
"Ada aku disini." Gumam Hea Ae.
Kyuhyun mengangkat wajahnya dari pundak gadis itu. Kemudian menarik pergelangan tangan Hea Ae, membawanya ke balik tembok tempat mereka tadi berdiri.
Pria itu menatap Hea Ae dalam lalu dengan cepat menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu. Hea Ae tersentak kaget. Tubuhnya sedikit limbung, tapi tangan Kyuhyun menahannya. Pria itu melumat bibir Hea Ae frustasi. Tangan kanannya memegang tengkuk gadis itu. Rasanya sudah lama sekali sejak mereka terakhir kali berciuman. Dan Kyuhyun benar-benar merindukan gadisnya.
Pria itu melepas tautan bibir mereka. Memberi gadis itu kecupan-kecupan ringan. Kemudian menyentuhkan dahinya ke dahi gadis itu. Nafas hangatnya menyapu wajah Hea Ae. Membuat gadis itu memejamkan mata. Begitu menikmati keintiman mereka saat ini.
"Kumohon, kembalilah. Kita kembali ke rumah. Memulai semuanya dari awal. Aku tahu aku benar-benar bodoh karena melakukan hal menjijikkan itu. Aku tahu aku benar-benar bodoh karena telah menyia-nyiakan kepercayaanmu. Tapi demi Tuhan, Hea Ae-ya, aku masih sangat mencintaimu. Aku tidak ingin kita berpisah apalagi bercerai. Aku benar-benar tidak menginginkan hal itu terjadi pada kita. Aku hanya ingin kau, aku hanya ingin bayi kita. Kumohon, kembalilah. Demi aku, demi bayi kita..." Pria itu menghirup nafas sesaat. "Demi Eomma."
Hea Ae membuka matanya. Menatap Kyuhyun tepat di manik mata pria itu.
"Aku sudah pernah memberimu kesempatan, Kyu. Berkali-kali memberimu kesempatan. Aku tetap berada disana, disampingmu. Berdoa di setiap detiknya. Berharap bahwa kau akan kembali padaku secepatnya. Berharap kau akan segera sadar bahwa yang kau lakukan itu salah dan kembali ke sisiku. Tapi kau tak melakukannya. Kau tetap melanjutkan apa yang menurutmu benar. Dan kau tetap melakukan apa yang membuatmu semakin lama semakin menjauh dariku."
Hea Ae menghela nafas.
"Kenapa? Kenapa baru menyadarinya sekarang? Kenapa baru memohon padaku sekarang? Kenapa kau memintaku kembali sekarang sedangkan kau tau aku bahkan masih mencoba bertahan disisimu saat itu?" ujar gadis itu lirih.
Gadis itu terisak lalu memeluk Kyuhyun. "Aku masih sangat mencintaimu, Kyu. Sangat. Bahkan sampai detik ini."
"Kalau masih mencintaiku kenapa tidak berusaha untuk mencobanya lagi? Kenapa harus bersikeras memutuskan untuk berpisah, kalau pada kenyataannya kita masih saling membutuhkan satu sama lain?"
"Berhenti bersikap seperti ini! Kenapa kau selalu membuat seolah kau yang tersiksa, namun pada kenyataannya aku? Aku yang paling tersiksa! Aku yang tersakiti!"
Kyuhyun mengeratkan pelukannya pada Hea Ae yang mulai meronta hingga gadis itu kembali tenang.
"Aku hanya tidak ingin kau menyakitiku lebih jauh lagi, Kyu. Aku tidak akan bisa. Aku pasti tidak akan pernah sanggup menerimanya jika suatu saat nanti kau melakukan hal ini lagi padaku. Karena rasanya benar-benar sakit."
Gadis itu terdiam sesaat.
"Karena itu, lebih baik kita berpisah saja. Tapi walaupun begitu, perlu kau tahu, bayi ini masih akan tetap menjadi milikmu, milik kita. Bayi ini yang akan tetap membuat kita masih bisa saling menyayangi satu sama lain meskipun kita sudah tidak bersama lagi nantinya."
Kyuhyun mengeraskan rahangnya. "Aku tidak akan pernah melakukannya lagi! Demi Tuhan, tidak akan pernah! Brengsek! Berhenti mengatakan hal-hal yang tak masuk akal apapun tetang berpisah! Kau harusnya mengerti aku muak mendengar kata itu!" pekik Kyuhyun tertahan yang lebih terdengar seperti geraman.
Hea Ae meloloskan dirinya dari dekapan Kyuhyun. "Kau selalu memikirkan semuanya tentang dirimu. Kau selalu memikirkan perasaanmu sendiri. Kenapa tidak mencoba melihat bagaimana aku? Bagaimana perasaanku?" pekik Hea Ae. "Tidak kah kau melihat ini lah yang aku inginkan? Berpisah darimu? Tidak kah kau lihat?"
"Tidak!" Kyuhyun bersikeras. "Karena kau masih mencintaiku dan aku masih mencintaimu. Itu yang aku tahu. Dan itu yang terlihat di mataku. Kita berpisah, tidak akan mengubah apapun dan tidak akan memperbaiki apapun."
Gadis itu menghela nafas. Jemarinya memijit pelan pelipisnya yang tiba-tiba terasa pusing.
"Aku lelah, Cho Kyuhyun. Aku benar-benar lelah. Harusnya kau tahu itu. Pembicaraan kita ini tidak akan pernah selesai jika kita sama-sama bersikeras. Permbicaraan kita ini tidak akan pernah berujung karena kita sama-sama merasa tersakiti. Aku tidak ingin meneruskan pembicaraan ini. Aku tidak ingin berdebat lagi denganmu."
Gadis itu hendak pergi namum tangan Kyuhyun dengan cepat menahan lengan gadis itu.
"Jangan seperti ini. Lepaskan aku, aku ingin memberikan penghormatan terakhir pada Eommonim." Ujar gadis itu lirih.
Kyuhyun membalikkan tubuh Hea Ae. Mengecup keningnya lembut lalu membiarkan gadis itu pergi. Pria itu memandang lekat punggung Hea Ae yang berjalan mendekati peti mati Ibunya. Memperhatikan gadis itu yang tengah meletakkan setangkai bunga lili putih yang sejak tadi di pegangnya di sisi peti mati itu.
Kyuhyun melangkahkan kakinya menyusul Hea Ae. Mendekatinya. Merangkul pinggang gadis itu dan mengelus perutnya. Hea Ae menoleh, mendapati Kyuhyun tengah tersenyum hangat padanya. Kemudian pria itu mencium pelipisnya. Gadis itu kembali memandang sosok Ibu Kyuhyun di dalam peti mati. Lalu segera memberi penghormatan terakhir yang dilakukannya bersama dengan Kyuhyun.
***
A Cemetery
12.02 pm
"Apa kau ingin sesuatu?" tanya Kyuhyun pada Hea Ae.
Setelah Kyuhyun selalu menempel dan tidak pernah melepaskan pandangannya pada Hea Ae saat di rumah. Pria itu juga memaksa Hea Ae untuk pulang bersamanya setelah selesai pemakaman.
Dan gadis itu dengan sangat terpaksa tidak bisa menolak, karena orang-orang akan merasa aneh jika melihat mereka tidak dekat. Tentu saja gadis itu tidak ingin orang-orang tahu masalah apa yang tengah menimpa rumah tangganya dan Kyuhyun. Benar-benar memalukan untuknya.
"Tidak. Antarkan saja aku pulang."
Kyuhyun menghela nafas. "Baik. Kita pulang. Ke rumah."
Hea Ae menolehkan wajahnya. "Ke apartemenku, Kyu."
"Tidak. Rumahku adalah rumahmu. Dan rumah itu adalah rumah kita. Jadi kita akan pulang kesana. Lagipula bukan hanya aku yang merindukanmu, rumah itu juga merindukan kehadiranmu disana."
"Kau memang benar-benar sialan! Harusnya tadi aku menolak saja masuk ke mobilmu."
Kyuhyun hanya diam. Pria itu mulai menjalankan mobilnya. Sesekali melirik Hea Ae yang tengah menyandarkan kepalanya pada kaca mobil. Tangannya bergerak mengelus perutnya dengan teratur. Seperti menenangkan sesuatu di dalam sana.
Kyuhyun tersenyum.
"Biar aku yang melakukannya." Ujarnya sembari mengelus perut gadis itu.
Hea Ae tidak menolak. Gadis itu membiarkan Kyuhyun melakukan hal yang selalu menjadi kebiasaannya sejak usia kandungannya menginjak empat bulan.
"Bagaimana rasanya?"
"Hmm?" Hea Ae menoleh.
"Bayinya tidak membuatmu kerepotan, kan?"
Hea Ae menggeleng sembari tersenyum. "Hanya morning sick beberapa kali. Kata dokter janinnya sehat," gadis itu terdiam sesaat. "Dia tahu jika Ayahnya benar-benar sibuk."
Kyuhyun meraih tangan Hea Ae. "Maaf aku sudah mengabaikanmu. Maaf karena aku tidak pernah ada disana saat kau mengalami masa-masa sulit dengan bayinya."
Hea Ae mengalihkan tatapannya ke jalanan di luar jendela mobil. Mencoba menghalau air mata yang terus mendesak untuk keluar dari kedua matanya.
“Hei,” panggil Kyuhyun lembut, membuat Hea Ae menatap pria itu. “Aku masih mencintaimu, sungguh. Demi seluruh hidupku, aku masih mencintaimu. Dan kupastikan akan selamanya begitu.”
***
Kyuhyun’s home, Seoul
13.00 pm
Kyuhyun membelokkan mobilnya memasuki halaman rumahnya. Pria itu memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu rumah mewahnya. Kemudian turun dan membukakan pintu untuk Hea Ae. Pria itu membiarkan Hea Ae berjalan lebih dulu memasuki rumahnya.
Hea Ae membuka pintu. Tapi tepat saat baru saja gadis itu hendak melangkah masuk, langkah kakinya terhenti. Dia melihat sosok wanita itu berdiri angkuh disana. Di ruang tamu rumah mewah mereka. Memandangnya dengan tatapan yang sama terkejutnya dengan Hea Ae. Sosok yang paling Hea Ae benci di atas segalanya di dunia ini. Shin Rye Mi.
“Ada apa?” tanya Kyuhyun yang berdiri di belakang gadis itu, hendak mendorongnya masuk.
Mata pria itu menatap ke depan dan begitu terkejut melihat kehadiran Rye Mi disana.
Brengsek. Tidak lagi, Tuhan! Aku bahkan baru saja membawa Hea Ae pulang! Batinnya mengerang.
Hea Ae membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Kyuhyun. Matanya sudah memerah, gadis itu sudah tidak peduli lagi dengan air matanya yang langsung menyeruak keluar. Gadis itu menarik nafas sesaat sebelum bicara.
“Inikah alasanmu memaksaku untuk kembali ke rumah?” tanya gadis itu. “Kau mau menunjukkan padaku bahwa sudah ada penggantiku di rumah ini?”
Kyuhyun mendesis. “Dengar, aku bahkan tidak tahu jika dia datang kesini. Aku sudah tidak pernah berhubungan lagi dengannya.”
“Kau bahkan tidak menunggu hingga kita benar-benar bercerai, Cho Kyuhyun!!” teriak gadis itu frustasi.
“Kau membiarkannya berada di dalam rumah kita. Kau tahu benar aku membencinya, Kyu. Kau tahu benar itu.”
“Brengsek!” umpat Kyuhyun lalu menerobos masuk ke dalam rumahnya. Mendekati Rye Mi yang hanya menyeringai menatap Kyuhyun dan Hea Ae.
“Kau. Keluar. Dari. Rumahku. Sekarang!” ujar Kyuhyun penuh penekanan di setiap kata-katanya pada Rye Mi.
Rye Mi menghempaskan tangan Kyuhyun yang hendak menariknya. “Untuk apa? Lagipula kau akan segera bercerai dengannya, kan? Untuk apa membuatnya jadi sulit?”
“Aku tidak akan pernah bercerai dengan Hea Ae, kau dengar itu? Aku tidak akan pernah bercerai dengan istriku!”
Rye Mi menatap Kyuhyun tajam. Gadis itu bergeming di tempatnya. Hingga suara deru mobil membuat mereka menolehkan wajah ke luar.
Kunci mobilku? Batin Kyuhyun.
“Sial!” umpatnya lalu berlari keluar.
***
Hea Ae menangis terisak sembari terus memacu mobil Kyuhyun dengan kecepatan tinggi. Gadis itu benar-benar muak dengan semuanya. Dengan Rye Mi, dengan Kyuhyun bahkan dengan hidupnya.
Dia mengusap air mata dengan punggung tangannya. Entah kemana mobil ini membawanya terus melaju, gadis itu tidak peduli. Dia hanya ingin pergi. Sejauh mungkin yang dia bisa. Sejauh mungkin hingga Kyuhyun tidak dapat menemukannya lagi.
Gadis itu terus manangis meraung.
Kenapa? Kenapa harus dia? Kenapa harus Kyuhyun nya? Kenapa harus hidupnya? Banyak gadis lain di luar sana tapi kenapa Tuhan memilih memberikan masalah ini padanya?
Bukankah itu terlalu jahat? Bukankah Tuhan terlalu jahat karena hanya sesaat membiarkannya merasakan kebahagiaan dengan Kyuhyun? Bukankah itu tidak adil? Gadis lain bisa hidup bahagia dengan keluarga kecil mereka. Tapi kenapa tidak dengannya?
Hea Ae mengerang putus asa. Matanya sudah terlalu lelah menangis. Gadis itu ingin berhenti. Tangannya bergerak mengurangi gigi di jalan yang berbelok di hadapannya. Kakinya hendak menginjak rem, tapi rasanya begitu sulit. Gadis itu menarik high heels nya tapi kenapa rasanya begitu sulit? Dia menatap kebawah kakinya. High heels nya tersangkut.
Gadis itu panik. Dia terus menarik kakinya sembari terisak. Hea Ae menatap kedepan, ke arah jalan berbelok yang sudah menanti di depan matanya. Gadis itu menangis semakin kuat. Tangannya sudah terlepas dari kemudi mobilnya, memeluk perutnya begitu erat. Matanya terpejam. Berharap tidak akan merasakan sakit sedikitpun.
Tapi tidak. Kejadiannya begitu cepat.
Mobilnya terhempas tepat di jalanan berbelok itu. Mobilnya berguling berkali-kali menghantam jalanan hingga akhirnya berhenti. Orang-orang di sekitar jalan itu berlari mendekat ke arah mobilnya yang sudah tak berbentuk. Mencoba menolong dengan segala cara yang mereka bisa. Mencoba dengan cepat membuka pintu mobilnya dan berusaha mengeluarkan gadis itu dari sana.
Wajahnya penuh dengan cairan berwarna merah. Darah. Dress mahal gadis itu sudah robek tak berbentuk. Tangannya terkulai tak kuat lagi memeluk perutnya. Tidak lagi melindungi bayinya.
Bayinya. Bayinya dan Kyuhyun.
Kyuhyun?
Gadis itu sudah tidak lagi merasakan apapun. Matanya terpejam begitu saja. Begitu tenang.
Akhirnya Tuhan menunjukkan sedikit kebaikan padanya. Mengabulkan permintaannya.
Tidak akan ada lagi rasa sakit yang mungkin dirasakannya jika dia membuka mata.
***
Kyuhyun’s home
13.49 pm
Kyuhyun berdiri di depan pintu rumahnya setelah berhasil mengusir Rye Mi. Sesekali menjambak rambutnya frustasi. Tangannya bergerak cepat meraih ponsel di saku jas nya.
Appa? Batinnya.
Pria itu segera mengangkat panggilan itu.
“Yeoboseyo? Appa?”
“…”
Pria itu menegang. Ponselnya terjatuh begitu saja. Suaranya menghilang. Tenaganya menghilang. Air mata meluncur begitu saja dari kedua matanya. Pria itu bahkan sudah tidak bisa lagi berteriak, apalagi meraung.
Lututnya terlalu lemas untuk terus berdiri. Tubuhnya jatuh merosot ke lantai. Pikirannya sudah melayang entah kemana. Beberapa security di rumah mewahnya berlari menghampirinya. Membantunya berdiri.
Tapi tidak bisa. Dia sudah tidak bisa berdiri dengan benar. Tidak bisa lagi hidup dengan benar. Tidak bisa lagi bernafas dengan benar.
Karena separuh jiwanya menghilang.
Hukumanmu untukku terlalu berat, Tuhan.
***
TBC