home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Leave Me?

Leave Me?

Share:
Author : princess_nand
Published : 21 Oct 2014, Updated : 05 Dec 2014
Cast : Cho Kyuhyun ; Lee Hea Ae
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |109253 Views |13 Loves
Leave Me?
CHAPTER 8 : Leave Me? [Part 8]

Cho Younghwan’s home

10.25 pm

Suara langkah kaki terdengar menyusul suara pintu yang baru saja di tutup.

“Bagaimana?”

Suara itupun terhenti. Sejenak keheningan menyelimuti ruangan bercahaya redup itu hingga kemudian mulai terdengar lagi suara langkah kaki.

Kain berwarna soft beige yang menutupi dinding dan pintu kaca berterbangan. Sayup-sayup suara isak tangis terdengar bersamaan dengan hembusan angin malam yang terasa dingin.

“Masuklah, sayang. Kau bisa sakit kalau berdiri di balkon dengan udara yang sedingin ini.” Pria itu akhirnya bersuara.

Wanita yang berdiri memunggunginya menunduk. “Tidak,” ujarnya sembari menggeleng. “Jawab dulu pertanyaanku. Bagaimana?”

Pria itu memijat pelipisnya dan menghela nafas, kemudian melanjutkan langkahnya hingga berdiri tepat di belakang wanita itu. Kedua tangannya bergerak menuju pundak wanitanya. Seolah memberi kekuatan yang tak terlihat.

“Aku akan menemui Mr. Schoonhoven besok lusa. Kau tidak perlu khawatir, semuanya pasti akan baik-baik saja.”

Wanita itu menegang. “Bagaimana bisa semua akan baik-baik saja? Kau tahu bagaimana aku sangat menyayangi Hea Ae. Bagaimana kau lihat betapa tidak baik-baiknya Hea Ae saat kita terakhir melihatnya tempo hari. Harusnya aku sudah tau kalau ada sesuatu yang salah dengannya. Harusnya aku menahannya saat itu. Bagaimana jika Hea Ae tidak mau kembali? Aku rasa aku tidak sanggup jika harus melepasnya.” Ujarnya kemudian terisak. Pria itu memeluknya.

“Aku tahu. Aku tahu kau sangat menyayangi Hea Ae. Aku juga menyayanginya seperti putriku sendiri.”

“Bagaimana bisa Kyuhyun melakukan hal ini terhadap Hea Ae? Terhadap kita? Apa yang harus kita katakan kepada keluarga Schoonhoven? Aku yakin mereka pasti marah besar, putri kesayangan mereka satu-satunya harus mengalami hal seperti ini, oleh putra kita, oleh menantunya sendiri.”

“Sudahlah, aku akan membicarakan masalah ini secara baik-baik dengan Mr. Schoonhoven. Yang harus kau lakukan sekarang adalah istirahat. Dan aku akan menyuruh Ahra untuk menemanimu disini saat aku pergi menemui Mr. Schoonhoven.”

Wanita itu membalikkan tubuhnya dan mengangguk. “Tapi, dimana Kyuhyun?”

“Sekertaris pribadinya meneleponku. Dia pergi ke Amsterdam. Penerbangan paling awal setelah aku datang ke rumahnya kemarin pagi.”

***

Oudezijds Voorburgwal 195, 1012 EW Amsterdam, Netherlands

10.29 am

Sudah lima belas menit berlalu sejak Kyuhyun duduk di kursi tamu sebuah rumah minimalis modern yang kental dengan gaya Yunani-nya.

Menemui sosok seorang wanita yang saat ini sedang duduk di hadapannya membuat pria itu bungkam. Mencoba mengalihkan kegugupannya, dia kembali meminum segelas teh yang disuguhkan untuknya hingga teh itu hampir habis.

“Mau kubuatkan teh lagi?” Tanya wanita yang sedari tadi hanya duduk menatap pria itu. Ada sedikit perasaan iba di hati wanita itu melihat kondisinya. Tapi meskipun begitu, jauh di lubuk hati wanita itu tersimpan rasa kecewa yang tidak mau ditunjukkannya secara langsung.

“Tidak perlu,” jawab pria itu. Suara yang di keluarkannya terdengar sedikit parau. “Terima kasih.” Lanjutnya.

Wanita itu mengangguk tanda mengerti. “Jadi, ada perlu apa kau jauh-jauh datang kemari?” Wanita itu akhirnya membuka topik pembicaraan dengan sebuah pertanyaan. Meskipun dia sudah sangat tahu apa jawaban dari pertanyaan yang dilontarkannya tersebut.

Kyuhyun berdeham sebelum menjawab. Mencoba menghilangkan suara seraknya.

“Kau pasti sudah tau apa yang terjadi antara aku dan Hea Ae.” Pria itu memulai.

Kali ini berganti sang wanita yang berdeham. Entah karena tiba-tiba dia kehilangan suaranya atau karena dia terlalu gugup dengan topik pembicaraan yang akan mereka bahas ini.

Wanita itu menyapukan jemarinya ke anak rambut yang menempel di wajahnya, merapihkannya ke belakang telinga. Kerutan halus mulai terlihat di sekitar mata wanita itu yang berwarna hazel. Tapi meskipun begitu, aura kecantikannya tak sedikitpun terasa berkurang.

“Lalu?”

“Aku datang untuk menjemputnya supaya kami bisa menyelesaikan masalah kami secepatnya.”

Wanita itu tersenyum. Sekilas menyerupai sosok seseorang yang saat ini sedang mereka bicarakan. Membuat pria itu sesaat tertegun.

“Dia tidak ada disini.”

“Apa yang kau maksud dengan dia tidak ada disini?” Tanya pria itu lembut tapi penuh penekanan.

“Dia memang tidak disini, Kyuhyun-ah. Kau salah jika mencarinya kesini.”

Wanita itu menghela nafas perlahan. Dengan berat hati, dia melanjutkan kata-katanya.

“Lagipula, anakku sudah memutuskan apa yang akan dilakukannya terhadap pernikahan kalian.”

***

Club Espresso

Seoul Jongno-gu Buam-dong 257-1

13.45 am

Good afternoon, Mr. Schoonhoven.”

Seorang pria setengah baya menengadahkan wajahnya dari koran Amerika yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Wajah tampannya sama sekali tidak menunjukkan bahwa pria itu sudah menginjak umur ke 51 sejak empat bulan yang lalu.

Good afternoon, Mr. Cho. Akhirnya kau bisa menyempatkan waktu untuk menemuiku.” Pria yang dipanggil Schoonhoven itu berdiri, memperlihatkan tubuh tinggi menjulang dan tegap khas penduduk barat yang dimilikinya. Pria berdarah Belanda dan sedikit British yang mengalir di tubuhnya itu tersenyum lalu mengulurkan tangan.

“Tidak, tidak Mr. Schoonhoven. Aku yang seharusnya berterima kasih karena kau mau menyempatkan waktu untuk datang menemuiku. Aku sangat yakin kau pasti banyak melewatkan jadwal penting yang berhubungan dengan semua perusahaanmu.” Jawabnya kemudian menjabat tangan pria itu.

Same as you, Mr. Cho.” Pria itu tersenyum. “Bagaimana keadaan keluargamu?” Lanjutnya.

“Istri dan putriku, mereka baik-baik saja.” Jawab Ayah Kyuhyun sembari melepaskan kancing jasnya. “Tetapi putraku, keadaannya tidak sedang baik-baik saja.”

Mr. Schoonhoven kembali tersenyum. Pria itu meraih cangkir kopinya yang ada di atas meja dan meminumnya sedikit. “Kau tahu,” ujarnya sembari meletakkan kembali cangkir tersebut ke atas meja. “Putriku, jauh lebih menderita daripada siapapun dalam hal ini.”

Ayah Kyuhyun menghela nafas. “Aku tahu. Aku sangat tahu itu. Aku juga sangat menyayangkan kejadian ini. Tapi aku yakin, putraku tidak benar-benar bermaksud untuk melakukan hal itu. Kau sendiri tahu benar bagaimana perasaan putraku, perasaan keluarga kami terhadap putrimu. Dan aku juga yakin, putraku pasti dapat dengan segera menyelesaikan masalah ini. Tolong beri putraku kesempatan.”

“Kau tidak perlu memohon padaku, Mr. Cho. Dan seingatku, putriku sudah pernah memberi putramu kesempatan, jika putriku tidak berbohong saat menceritakan masalahnya padaku. Walaupun aku yakin benar bahwa putriku memang tidak pernah berbohong.” Pria itu berhenti sesaat lalu membenarkan letak duduknya sebelum melanjutkan kata-katanya.

“Aku memang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk putriku. Aku selalu menunjukkan jalan mana yang mungkin saja akan membuatnya jatuh atau yang mungkin saja benar untuk hidupnya. Tapi setiap keputusan besar yang menyangkut tentang hidupnya, baik aku maupun istriku, kami tidak pernah sekalipun mencampurinya. Selalu keputusan itu datang dari putriku sendiri. Seperti saat pertama kali putriku bertemu dengan putramu, dia memutuskan untuk tetap dekat dengan putramu. Seperti saat putriku memutuskan untuk menerima lamaran putramu. Menerima putramu sebagai pendamping hidupnya dan berjanji untuk saling berbagi susah dan kasih sayang untuk selamanya. Kami tidak pernah sekalipun berusaha membujuknya untuk melakukan hal yang kami mau dia lakukan ataupun melarangnya. Kami hanya selalu berusaha untuk terus melindunginya. Dan seperti saat ini juga. Putriku bahkan sempat menutupi masalah sebesar ini dari kami selama beberapa bulan, sampai akhirnya dia menceritakan semuanya pada kami, dan dia sudah membuat satu keputusan besar dalam hidupnya untuk hal ini.” Mr. Schoonhoven kembali menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.

“Putriku, memilih untuk mengakhiri hubungan pernikahannya dengan putramu. Perlu kau tahu, keputusan ini benar-benar datang dari putriku sendiri. Aku datang kemari hanya untuk menyampaikan apa yang dia ingin kalian ketahui. Dan ketahuilah, putriku sudah pasti akan memaafkan putramu karena dia benar-benar mencintai putramu, tapi tidak denganku. Aku sangat kecewa dengan putramu. Kuharap aku tidak akan bertemu langsung dengan putramu untuk saat ini, karena satu-satunya hal yang ingin aku lakukan terhadapnya adalah menghancurkan hidupnya. Dan satu hal lagi, terlepas dari semua masalah ini, aku tidak akan menarik semua sahamku di perusahaanmu. Aku tidak akan menghentikan hubungan pekerjaan yang baik-baik saja antara perusahaan milikmu dan milikku. Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, aku tidak akan mengubah keputusan apapun yang menyangkut tentang hal ini karena itu juga atas permintaan putriku.”

“Tunggu dulu, Mr. Schoonhoven. Pasti ada jalan keluar yang lebih baik dari ini. Kau tahu bagaimana perasaan anak-anak kita satu sama lain. Masalah ini pasti bisa diselesaikan secara baik-baik.”

Mr. Schoonhoven menggeleng. “Kau lupa? Bukan aku yang memutuskan, Mr. Cho, tapi putriku. Dan aku akan melakukan apapun untuk mewujudkannya, untuk melindungi putriku.” Pria itu berdiri dan merapihkan jasnya, bersiap untuk pergi. “Aku akan mengirim pengacara untuk mewakili putriku datang ke kediamanmu. Dia yang akan membacakan surat dan menjelaskan semuanya, lalu menangani masalah ini hingga semuanya benar-benar selesai. Baiklah, kurasa aku sudah menyampaikan semua pesan putriku dengan sangat jelas. Sampai bertemu lagi, Mr. Cho. Selamat siang.”

“Drrrrtttt… Drrrrrrtttt…” Ayah Kyuhyun meraba saku jas lalu mengeluarkan ponselnya meskipun pria itu masih dalam keadaan shock setelah kepergian Mr. Schoonhoven.

Yeoboseyo? Ahra-ya?”

“Appa!! Appa, Eomma!!! Seoul Hospital, sekarang!” Pria itu segera bangkit dari duduknya dan berlari keluar menuju mobilnya.

***

Seoul Hospital

15.33 pm

Appa!!

“Apa yang terjadi?”

“Aku tidak tahu. Eomma… Aku sedang mengupas buah untuknya di dapur, lalu tiba-tiba saja Eomma berteriak. Saat aku berlari menghampirinya, EommaEomma sudah jatuh dari tangga. Aku… Aku benar-benar tidak tahu, Appa. Maafkan aku.”

“Ssstt… Sudah…”

“Aku harusnya tidak meninggalkannya sendirian, Appa. Aku harusnya menjaganya dengan baik.” Ujar Ahra yang terus menangis terisak. “Dokter mengatakan jika Eomma mengalami pendarahan otak yang parah akibat benturan. Dan saat ini Eomma sedang dalam keadaan koma. Dokter tidak yakin kapan Eomma akan membuka matanya.”

Pria itu memeluk Ahra semakin erat. Dia meneteskan air matanya dalam diam sembari memandang istrinya yang terbaring dengan selang yang saling bertautan satu sama lain di tubuhnya dari balik kaca besar.

***

Marriott Executive Apartment

28-3, Yeouido-dong, Yeouido, Seoul

19.31 pm

 

“Good evening, Sir.”

“Good evening.” Pria itu tersenyum ramah pada resepsionis wanita yang menyapanya.

“Your name, please?”

“Schoohoven, Devoss Bleeckerberg.”

“Ok, Mr. Schoonhoven. This is your key. Room 102. Please call 1 if you need something. I will help you.”

“Thank you.” Jawab pria itu kemudian bergegas ke arah lift di lorong sebelah kanan meja resepsionis.

Pria itu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jas. Melihat layarnya sebentar lalu menghubungi seseorang.

Hi, honey? How are you?

“Better. How’s there?”

I’ve already told him everything that you want him to know.” Pria itu diam sesaat. “He came alone.

“I know. Mom called me before. She said that Kyuhyun was in Amsterdam.” Sejenak suara itu menghilang, berganti dengan suara isakan tangis yang memilukan.

Honey? Please…

“No, Dad. I can’t. You know, I love him so much.”

I know, dear. I Know. You don’t have to do that then.

“No! This is the best way. For me, for my baby. For both of us.”

But, dear…

“Dad, please! Don’t. I love him so much but I can’t be with him anymore. No one know how’s my heart when I saw him with his ex-girlfriend with my own eyes. My own eyes, Dad. Even he already know that I’m pregnant. He still do that to me.”

I’ll do anything for you, dear. Anything.

“Thank you, Dad.”

How’s Italy?

“Great place.”

That’s all?

“I can eat everything here.” Ujar gadis di sambungan telepon kemudian terkekeh.

Glad to hear your laugh.” Pria itu tersenyum.

“Yeah. Thank you for all of this, Dad.”

No, honey. You’re my daughter. And I’ve told you thousand times before, I’ll do anything for you, remember?

“Hmm…”

Where’s Changmin?

“Take a shower.”

Well… Ok, enjoy your holiday, dear. See you later.

“Bye, Dad. Love you.”

 

***

TBC

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK