Kyuhyun’s home
06.38 am
Hea Ae menggeliat. Dirabanya sisi tempat tidur di sebelahnya. Kosong. Gadis itu membuka mata dan duduk tegak, mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Benar-benar kosong. Apa Kyuhyun sudah pergi? Tapi baguslah, setidaknya gadis itu tidak perlu merasakan sakit hati pagi hari ini. Entah kenapa sejak Hea Ae membaca pesan dari Rye Mi di ponsel Kyuhyun, gadis itu tidak sanggup untuk bertatap muka dengan Kyuhyun terlalu lama. Gadis itu selalu teringat dengan foto mereka–Kyuhyun dan Rye Mi jika melihat wajah Kyuhyun, dan itu membuatnya merasakan sakit yang lebih daripada sebelumnya.
Gadis itu hendak kembali berbaring saat tiba-tiba perutnya terasa mual. Hea Ae beranjak dari ranjangnya dan berlari ke arah kamar mandi. Dibukanya pintu kamar mandi dan segera menuju wastafel. Gadis itu tidak memuntahkan apapun, tapi perutnya terasa benar-benar mual. Hea Ae membersihkan bibirnya dengan tissue yang ada di samping wastafel dan menghela nafas lega.
Tanpa disadari Hea Ae, sepasang mata tengah memperhatikannya. Kyuhyun yang ternyata sejak tadi memang berada di dalam area shower, membuka tirainya dan manatap Hea Ae diam-diam hingga gadis itu membalikkan tubuhnya dan menyadari keberadaan pria itu di sana. Hea Ae berdeham, mencoba menyamarkan keterkejutannya karena ternyata Kyuhyun belum meninggalkan kamar seperti dugaannya. Gadis itu segera bergegas keluar dari sana saat Kyuhyun memajukan langkahnya keluar dari area shower.
Kyuhyun mengikuti langkah Hea Ae keluar dari kamar mandi. Pria itu berbelok menuju lemari pakaian mereka dan dengan cepat memakai kemeja serta celana kerjanya. Kyuhyun menolehkan wajahnya ke arah Hea Ae, gadis itu sudah kembali berbaring di atas ranjang dengan tubuh yang tertutup selimut seutuhnya.
Apa gadis itu sakit? Setelah selesai bersiap-siap, Kyuhyun melangkah mendekati ranjang. Tangannya terulur hendak menyentuh Hea Ae, tapi diurungkannya. Pria itu menghela nafas dan memilih untuk keluar dari kamar.
Hea Ae membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya saat terdengar suara pintu kamar yang ditutup. Kyuhyun sudah berangkat. Tanpa menyapanya, tanpa melakukan kebiasaan-kebiasaan yang selalu mereka lakukan sebelumnya. Gadis itu menghela nafas dan segera beranjak ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke rumah sakit. Ya, hari ini adalah jadwalnya memeriksakan kandungannya. Kandungan yang sudah berumur lebih dari satu bulan, tapi bahkan Kyuhyun sama sekali belum mengetahui hal ini.
***
Hea Ae’s car
08.33 am
“Bisakah kau menemaniku hingga selesai pemeriksaan, Oppa?”
“Tentu saja. Aku akan pergi dengan Hyun Kyung dan Rae Hwa setelah mengantarmu kembali ke rumah. Kami mungkin akan menginap di rumah Younghwan Ahjussi malam ini. Kau tidak apa kan, sendirian di rumah?”
“Hmm, gwenchana.”
Siwon kembali menatap jalanan yang sedikit padat pagi ini. Pria itu bersikeras mengantar dan menemani Hea Ae ke rumah sakit setelah sebelumnya gadis itu menolak tawarannya.
“Kapan kau akan memberitahu Kyuhyun tentang kehamilanmu?”
“Aku sedang tidak ingin membicarakan hal itu.” Ujar Hea Ae mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
“Kau harus! Hyukjae menghubungiku, dia bilang kau mengeluh tentang perubahan Kyuhyun belakangan ini.”
Hea Ae tersenyum. “Kau tahu. Dia memang berubah, Oppa.”
“Aku tahu. Aku mendengar kalian semalam. Maaf, bukan maksudku untuk mencuri dengar pembicaraan kalian. Aku se–”
“Kau mendengarnya? Kau tahu apa yang terjadi pada kami?” lagi-lagi gadis itu tersenyum. Senyum yang seolah mengasihani dirinya sendiri. “Kau ingat tentang gadis masa lalu Kyuhyun yang kau katakan padaku saat di meja makan? Aku tahu, Kyuhyun kembali berhubungan dengannya. Dan lebih dari sekedar teman.”
Hea Ae kembali memandang keluar jendela dan menghapus air matanya yang turun tanpa sepengetahuan Siwon. Gadis itu sebenarnya benci terlihat rapuh di hadapan orang lain.
“Kapan kau kembali ke Amerika, Oppa?” ujar gadis itu lagi, mengalihkan pembicaraan mereka sebelum Siwon sempat menjawab atau bertanya lebih.
“Akhir bulan ini. Dua bulan sudah sangat lebih dari cukup untuk liburan kali ini. Banyak pekerjaan yang tidak bisa kutinggal lebih lama lagi disana.”
“Tidak bisakah kau dan Hyun Kyung Eonni tetap tinggal?” Hea Ae menatap Siwon penuh harap.
“Hea Ae-ya, dengar aku. Kau tidak seharusnya selemah ini. Kyuhyun memang bodoh, kau tahu itu, kan? Tapi aku yakin, cepat atau lambat dia pasti akan menyesali perbuatannya. Dan aku sendiri yang akan memastikan itu.”
Hea Ae tersenyum mendengar perkataan Siwon. Gadis itu selalu nyaman berada dekat dengan Siwon, orang yang sudah dianggapnya sebagai Oppa-nya. Tempatnya untuk mengeluhkan segala hal yang menyebalkan tentang Kyuhyun, karena pria itu tentu saja akan lebih membelanya daripada membela Kyuhyun.
“Gomawo.”
“Kau harus berjanji padaku, selama kau masih mencintainya dan dia masih milikmu, kau tidak boleh melepasnya pergi.”
“Tapi, bagaimana jika dia yang menginkannya, Oppa?”
“Buat dia menyesali keputusannya.”
***
Seoul Hospital
09.48 am
“Kenapa tidak bilang kalau kau sakit?”
“Aku hanya demam, Oppa. Lagipula seharusnya kita tidak perlu ke rumah sakit. Kau terlalu berlebihan.”
Kyuhyun mengacuhkan protes yang dilontarkan Rye Mi. Pria itu tetap menuntun Rye Mi memasuki rumah sakit. Semua rencana awal tentang maksud kedatangannya pagi ini ke apartemen Rye Mi untuk membicarakan sesuatu lenyap sudah. Gadis itu sedang tertidur di atas kasur dengan seluruh tubuh yang tertutupi selimut tebal saat Kyuhyun datang ke apartemen-nya. Kyuhyun yang panik karena suhu tubuh Rye Mi sangat tinggi langsung membawanya ke rumah sakit.
***
“Hea Ae-ya, aku ke toilet sebentar. Mau menunggu di mobil?”
“Hmm...” Hea Ae mengangguk dan meraih kunci mobil dari tangan Siwon.
Gadis itu sedang berjalan menyusuri koridor menuju lobi rumah sakit saat matanya menangkap dua sosok orang yang sangat dikenalnya. Hea Ae menyipitkan mata, meyakinkan penglihatannya. Memang mereka. Ingin rasanya gadis itu berbalik dan menghindar, tapi langkahnya justru seperti terasa ringan menuju ke arah kedua sosok itu.
Kedua sosok itu belum menyadari siapa yang berjalan mendekat ke arah mereka. Hingga akhirnya sang pria menolehkan wajahnya ke arah depan dan mendapati tatapan nanar dari Hea Ae yang langsung menusuknya.
Kyuhyun. Ya, sosok pria itu adalah Kyuhyun. Dan seorang gadis yang berjalan di sebelahnya adalah sosok yang Hea Ae lihat di ponsel Kyuhyun tempo hari. Sosok itu, Shin Rye Mi. Hea Ae terus saja berjalan dan menatap lurus ke arah mereka. Wajah Kyuhyun menegang. Langkahnya terasa berat mendapati dirinya tertangkap basah dengan seorang gadis lain. Kyuhyun berhenti sejenak saat Hea Ae tepat berada di hadapannya. Pria itu memejamkan mata sesaat dan menghela nafas. Bersiap menanti apa yang selanjutnya akan terjadi.
“Maaf.” Ujar Hea Ae yang dengan sengaja sedikit menyenggol lengan Kyuhyun. Gadis itu sedikit membungkukkan tubuhnya dan segera berbalik pergi.
Tanpa diduga, Hea Ae sama sekali tidak menunjukkan sikap bahwa dia adalah istri Kyuhyun. Hea Ae memilih untuk berpura-pura tidak mengenal Kyuhyun. Gadis itu hanya menatap Kyuhyun dan Rye Mi dalam diam. Rahang Kyuhyun mengeras saat menatap wajah Hea Ae. Hatinya kembali berkedut, pria itu merasakan tatapan yang sama seperti tatapan Hea Ae malam itu. Tatapan nanar yang menyiratkan kesakitan.
“Oppa? Oppa!” Rye Mi sedikit berteriak dan memukul lengan Kyuhyun pelan.
“Ne?”
“Ck! Kau kenapa? Kenapa melamun? Kau mengenal gadis itu?” tanya Rye Mi sembari melihat ke arah Hea Ae yang sedang berjalan keluar dari rumah sakit.
“Ne? Ah, tidak. Ayo cepat. Aku harus ke kantor setelah ini.”
***
Hea Ae sedikit berlari menuju ke parkiran mobil. Gadis itu mencoba memasukkan kunci mobil tetapi selalu tidak berhasil. Kunci itu terjatuh berkali-kali hingga tangan seseorang menahan tangannya dan meraih kunci tersebut.
“Hei, kau kenapa?”
Hea Ae menolehkan wajahnya dan seketika memeluk pria itu. “Oppa.”
Siwon mengusap punggung Hea Ae, pria itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan kembali memusatkan fokusnya pada Hea Ae. “Ada apa denganmu?”
“Kyuhyun.”
“Kyuhyun?”
Hea Ae menganggukkan kepalanya pelan. “Dia di sini, dengan gadis itu.”
“Rye Mi? Apa yang dia lakukan di sini dengan Rye Mi? Kau tunggu di sini, aku ak–”
Gadis itu menggeleng kuat. “Tidak perlu. Aku ingin pulang sekarang, Oppa.”
***
Rye Mi’s Apartment
15.39 pm
“Kau bilang akan kembali ke kantor? Ini sudah jam tiga sore, kenapa masih di sini?” Rye Mi yang baru saja terbangun dari tidurnya sejak kembali dari rumah sakit, menemukan Kyuhyun masih duduk bersandar di punggung ranjang miliknya.
“Tidak jadi. Kurasa pekerjaan hari ini bisa di urus oleh tuan Park, sekertaris pribadiku. Rye Mi-ah, aku ada urusan penting. Kau tidak apa-apa ku tinggal sedirian di apartemen?”
“Tenang saja. Aku bukan anak kecil lagi, Oppa.”
Kyuhyun tersenyum dan mengecup singkat dahi Rye Mi. “Aku pergi dulu.”
Pria itu bergegas keluar dari kamar Rye Mi dan pulang menuju rumahnya. Ya, setidaknya dia harus mengatakan sesuatu tentang kejadian di rumah sakit pagi tadi kepada Hea Ae. Tapi apa yang harus dikatakannya? Kebohongan lainnya? Atau menjelaskan tentang yang sebenarnya terjadi? Suami mana yang lebih brengsek dari pada dia? Menjelaskan sesuatu tentang perselingkuhannya kepada istrinya sendiri? Mungkin, jika ada penghargaan suami paling brengsek di dunia, dia akan masuk dalam nominasinya.
Lagipula, apa Hea Ae akan mendengarkan apapun yang dikatakan Kyuhyun? Mengingat sejak kemarin bahkan gadis itu enggan menatap wajahnya apalagi mengucapkan apapun pada pria itu. Mungkin gadis itu akan menamparnya keras-keras jika Kyuhyun terlalu banyak berbicara di depannya nanti. Tapi bahkan menurut Kyuhyun sendiri, tamparan yang keras pun tidak sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan gadisnya itu.
Kyuhyun memijat pelipisnya. Pria itu bersyukur pada kenyataan bahwa jalanan Seoul siang ini tidak sepadat biasanya, jadi dia bisa secepatnya sampai ke rumah.
***
Kyuhyun’s home
16.08 pm
Kyuhyun menutup pintu rumahnya dan berjalan dengan perasaan yang bercampur aduk menuju ke kamarnya. Dan sekali lagi pria itu bersyukur bahwa Siwon dan Hyun Kyung sedang tidak ada di rumah saat ini. Mereka jadi tidak perlu mendengar percakapannya dengan Hea Ae kalau-kalau nanti pertengkaran terjadi. Pertengkaran? Kyuhyun menjambak rambutnya frustasi. Bahkan kata bertengkar dulu sama sekali tidak pernah ada di dalam kamus kehidupannya dengan Hea Ae.
Kyuhyun membuka pintu kamarnya dan mendapati ruangan itu kosong. Pria itu masuk dan menyandarkan tubuhnya ke dinding di sebelah pintu kamar mandi. Suara gemericik air terdengar jelas dari dalam kamar mandi, menandakan kalau gadis itu pasti ada di dalamnya. Pria itu menunggu, sesekali menghela nafas berat. Dia bahkan belum mempunyai kata-kata yang tepat untuk membuka percakapan mereka.
Kyuhyun sedang mengecek ponselnya saat pintu kamar mandi akhirnya terbuka. Hea Ae yang terkejut melihat Kyuhyun segera memperbaiki ekspresi wajahnya dan berusaha menutupi matanya yang sembab, mengacuhkan keberadaan pria itu. Gadis itu menghindar dan akan kembali berbaring di ranjang ketika suara Kyuhyun menginterupsi kegiatannya.
“Kita perlu bicara.”
Hea Ae tetap diam. Gadis itu sama sekali tidak menoleh pada Kyuhyun.
“Cho Hea Ae, kita perlu bicara.”
“Kukira namaku bukan Cho Hea Ae.” Ujar gadis itu sinis.
“Dengar, yang tadi pagi kau li–”
“Cukup. Kurasa tidak ada yang perlu kita bicarakan, Cho Kyuhyun.”
Kyuhyun memejamkan matanya dan mendekat ke arah Hea Ae. Pria itu memegang lengan Hea Ae. “Kita benar-benar butuh untuk bicara.”
“Aku tidak peduli. Kau pikir apa yang perlu kita bicarakan? Kau ingin aku mendengarkan ceritamu tentang Shin Rye Mi? Kau ingin aku mendengarkan ceritamu tentang hubungan kalian? Kau pikir aku mau mendengarkan semua penjelasan konyolmu tentang hubunganmu dengan gadis busuk itu? Kau pi–”
“PLAK!!!”
Hea Ae terdiam seketika. Gadis itu memegang pipi sebelah kirinya yang terasa nyeri. Kyuhyun menamparnya. Ya, pria itu menampar pipinya.
“Jangan mengatakan yang tidak-tidak tentang Rye Mi kalau kau tidak mengenalnya. Rye Mi bukan gadis seperti itu!”
Hea Ae menunduk. Kali ini hatinya yang terasa perih menerima kenyataan bahwa pria itu lebih membela Shin Rye Mi daripada dirinya. Hal itu bahkan dirasanya lebih menyakitkan dari sekedar tamparan pria itu di pipinya.
“Kau membelanya?” tanya gadis itu sembari tersenyum sinis. Wajahnya masih tetap menunduk. Sama sekali tidak menatap Kyuhyun.
“Hea Ae-ya...” Kyuhyun mencoba menyentuh Hea Ae tetapi gadis itu menepisnya dengan kasar.
“Hea Ae-ya, maaf. Aku benar-benar tidak bermak–”
“Pergi!” Ujar gadis itu. Suaranya parau menahan tangis. Kyuhyun bergeming. Kakinya terasa kaku.
“Kubilang. Pergi. Cho Kyuhyun-ssi.”
Kyuhyun tersentak mendengar embel-embel yang disebutkan dengan penuh penekanan oleh gadis itu. Pria itu mengepalkan tangannya erat dan berbalik pergi.
Hea Ae menjatuhkan tubuhnya ke lantai tepat saat pintu kamarnya tertutup rapat. Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas dan segera mengirim pesan pada seseorang.
‘Aku sudah tidak kuat lagi, Changmin-ah.’
***
1 week later
Genap satu minggu sudah Kyuhyun dan Hea Ae sama sekali tidak berbicara satu sama lain. Bahkan Kyuhyun semakin sering pulang larut. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Rye Mi di apartemen gadis itu atau di bar favoritnya dulu sebelum bertemu dengan Hea Ae. Pria itu hanya menghabiskan waktunya di rumah untuk tidur, mandi, berganti pakaian untuk berangkat kerja dan sarapan. Jika Kyuhyun tidur di rumah pun, pria itu lebih sering menggunakan sofa di dalam kamar atau di kamar tamu jika Siwon dan Hyun Kyung tidak melihatnya pulang larut.
Kyuhyun tentu saja sangat merasa bersalah dengan kejadian tempo hari. Pria itu tidak pernah sekalipun membentak Hea Ae, tapi apa yang dia lakukan pada istrinya minggu lalu? Bahkan dia melayangkan tangannya ke pipi mulus Hea Ae.
Entah apa yang ada dipikiran Kyuhyun saat itu. Pria itu kehilangan kendali diri dan tanpa sadar melakukannya. Sikap acuh tak acuh Hea Ae padanya selama ini membuat gengsinya semakin berada di puncak, bahkan hanya untuk sekedar menyapa istrinya. Dan keadaan itupun tanpa sengaja membuat tembok penghalang antara dia dan Hea Ae semakin meninggi.
***
Kyuhyun’s home
07.16 am
“Hea Ae-ya, bisakah kau pulang lebih cepat hari ini? Han-Na Ahjumma ingin kita semua berkumpul untuk makan malam di rumahnya.” Tanya Hyun Kyung yang sedang mengoleskan selai coklat kesukaan Hea Ae ke selembar roti tawar.
“Benarkah? Kenapa Eommonim tidak meneleponku?”
“Mungkin dia lupa. Dia terlalu bersemangat menyiapkan acara makan malam untuk hari ini. Han-Na Ahjumma sangat merindukanmu dan Kyuhyun. Dia bilang belakangan ini kau dan Kyuhyun terlalu sibuk, hingga jarang berkunjung ke rumah atau bahkan untuk sekedar menghubunginya.”
“Ahh… Eommonim… Baiklah, aku akan langsung kesana sepulang dari kantor nanti.”
“Kau mau membawa mobil mu?”
“Tidak. Kalian pakai saja mobilku. Aku bisa ke rumah Eommonim dengan taksi.”
“Kenapa tidak berangkat dengan Kyuhyun saja?”
“Dia sibuk. Aku tidak mau mengganggunya. Sudah, aku berangkat dulu, Eonni. Sampai nanti!” Hea Ae meletakkan gelas susu yang baru saja diteguknya dan segera berlari keluar karena seseorang sudah menjemputnya.
***
“Tidak perlu berlari seperti itu. Ingat sekarang kau tidak sendirian lagi. Lagipula tidak akan ada yang akan memarahimu jika kau terlambat datang hari ini.”
“Kau terlalu banyak bicara.” Cibir Hea Ae. Gadis itu memang menjadi lebih sensitif sejak usia kehamilannya memasuki bulan kedua.
Changmin terkekeh dan segera membukakan pintu mobilnya untuk Hea Ae. Rutinitas barunya setiap pagi, menjemput Hea Ae. Bahkan terkadang pria itu juga yang mengantar Hea Ae hingga ke rumah jika pekerjaannya dapat selesai tepat waktu bersamaan dengan jam karyawannya pulang.
“Changmin-ah, bisakah aku pulang lebih cepat hari ini? Eommonim mengadakan acara makan malam di rumahnya.” Tanya Hea Ae.
“Tentu. Mau kuantar?”
“Tidak perlu. Aku bisa naik taksi nanti.”
“Kyuhyun?”
“Kau pasti sudah tau jawabannya. Sudahlah, lebih baik kau fokus menyetir saja, tuan Shim. Aku sedang tidak ingin membahasnya.”
Changmin tersenyum. “Kau tahu, aku masih tetap menunggumu.”
“Ya, ya. Terserah kau sajalah.”
***
Cho Corp
15.32 pm
“Aku tidak bisa, Eomma. Ada pekerjaan yang harus benar-benar kuselesaikan malam ini.”
Kyuhyun dengan segera menolak keinginan ibunya yang menyuruhnya untuk datang makan malam di rumah orang tuanya hari ini. Pria itu mengeluarkan berbagai alasan pada ibunya agar dia tidak perlu pergi kesana. Padahal hanya ada satu alasan yang sebenarnya ingin dia hindari. Apalagi kalau bukan karena dirinya yang sedang perang dingin dengan Hea Ae? Apa yang harus pria itu lakukan di depan orang tuanya jika dia pergi kesana? Apa dia harus berpura-pura mesra dengan Hea Ae? Apa dia harus bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dalam rumah tangganya? Kyuhyun tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika orang tuanya mengetahui masalahnya dengan Hea Ae.
“Tidak ada alasan, Cho Kyuhyun. Hea Ae tadi menghubungi Eomma, dia bilang dia akan datang. Kau mau membiarkan istrimu pergi kemari sendirian?” teriak ibu Kyuhyun untuk yang kesekian kalinya.
“Tapi Eomma–”
“Eomma tidak menerima penolakan!” ujar ibu Kyuhyun dan dengan tiba-tiba mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
“Eomma? Eomma! Aish..”
Kyuhyun menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Pria itu memainkan ponsel ditangannya. Menimang-nimang apakah sebaiknya pria itu menghubungi Hea Ae atau tidak, untuk membicarakan acara makan malam ini.
Kyuhyun membuka aplikasi pesan pada ponselnya dan memilih untuk mengirim pesan pada Hea Ae, karena gadis itu sudah pasti tidak akan mau menerima panggilannya.
‘Eomma mengatakan padaku kalau kau akan datang untuk makan malam di rumah eomma hari ini. Apa perlu kujemput?’
Kyuhyun menekan tombol send dan kembali fokus pada pekerjaannya sembari menunggu pesan balasan dari Hea Ae. Sesekali pria itu melirik jam tangan yang bertengger di tangan kirinya. Sudah lebih dari tiga puluh menit yang lalu pesannya terkirim, tapi sama sekali belum ada balasan dari Hea Ae. Kyuhyun kembali meraih ponselnya dan mengetik pesan.
‘Bisakah kita membicarakan hal ini secara baik-baik? Aku akan menjemputmu nanti.’
Kyuhyun kembali melanjutkan pekerjaannya hingga ponselnya berdering tanda panggilan masuk.
“Eomma?” dahinya berkerut. Untuk apa Ibunya menghubunginya lagi?
“Ya! Kyuhyun-ah! Dimana kau? Kau memang keterlaluan! Kau membiarkan Hea Ae kemari dengan menggunakan taksi sendirian? Aku tidak peduli apapun yang sedang kau lakukan, cepat kemari!” suara murka ibu Kyuhyun langsung terdengar saat Kyuhyun menerima panggilan itu.
“Hea Ae? Dia tidak bilang dia akan kesana lebih cepat.” Ujar Kyuhyun membela diri.
“Hea Ae bilang kau sibuk. Kau pikir aku akan percaya padamu setelah kau menolak untuk datang kesini saat ku telepon tadi? Aku lebih mempercayai menantuku. Cepat datang, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu!”
Hati Kyuhyun mencelos. Membicarakan sesuatu? Apa? Tentangnya? Tentang Hea Ae? Atau tentang rumah tangga mereka? Apa Hea Ae memberitahu orang tuanya tentang masalah ini? Tapi mana mungkin Ibunya masih bisa sesantai itu jika sudah mengetahui tentang perselingkuhannya? Tidak mungkin. Jika Ibu Kyuhyun mengetahui anaknya sudah melukai menantu kesayangannya, sudah dipastikan detik ini juga Ibunya pasti sudah berada di kantornya dan memakinya habis-habisan.
Kyuhyun menghela nafas pelan. “Arraseo, aku akan segera kesana.”
***
Cho Younghwan’s home
17.03 pm
“Aku datang.” Kyuhyun memasuki rumah orang tuanya dengan langkah was-was. Pria itu melangkah ke ruang santai dan menemukan mereka semua tengah berbincang disana, termasuk Hyun Kyung dan juga Siwon yang kentara menampakkan raut wajah tidak sukanya pada Kyuhyun.
“Oh! Kyuhyun-ah!” Ibu Kyuhyun langsung berdiri dan memeluk anaknya. “Duduklah.” lanjutnya lagi.
Kyuhyun berjalan ke arah sofa dan memilih untuk duduk di sebelah Ahra. Pria itu sama sekali tidak mendekat ke arah Hea Ae yang duduk di sebelah ibunya. Dia bahkan tidak menyapa atau memeluk istrinya seperti biasa.
Ahra menoleh pada Kyuhyun dengan alis yang dinaikkan sebelah. “Kau terlihat aneh.” komentarnya.
“Aneh? Maksudmu?”
“Tidak,” Ahra menggelengkan kepalanya. “Kau kenapa tidak menyapa istrimu?” ujar Ahra merubah topik pembicaraan.
“Memangnya kenapa? Setiap hari kami juga bertemu.”
“Ck! Kau bertengkar dengannya?”
Kyuhyun melirik Hea Ae sekilas, takut-takut kalau gadis itu mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan kakak perempuannya itu.
“Tidak. Sudah diam! Kau ini cerewet sekali.”
“Cho Kyuhyun, kau mau mati? Bicara yang sopan padaku!” ujar Ahra. Suami Ahra hanya terkekeh melihat perdebatan kakak beradik itu.
“Bagaimana keponakanku?” tanya Kyuhyun tiba-tiba.
“Tentu saja baik. Kami menjaganya dengan baik. Kau bilang akan segera menyusul kami? Kapan? Kau terlalu lama mengulur waktu, presdir!”
“Noona!” Kyuhyun memekik tertahan.
“Kyuhyun-ah, jangan berteriak pada kakak mu seperti itu. Kau harus menghargai wanita.” Ujar ayah Kyuhyun melerai perdebatan kecil kakak beradik itu.
“Nah, kau dengar? Appa bilang, kau harus menghargai wanita. Kau harus menghargai Eomma, aku, dan juga Hea Ae. Kau tidak boleh menyakiti kami, arraseo?”
Kyuhyun terdiam. Pria itu sama sekali tidak merespon kata-kata kakaknya. Pikirannya kembali melayang. Tidak boleh menyakiti mereka? Tidak boleh menyakiti Hea Ae? Lalu apa yang sudah dilakukannya pada gadis itu selama hampir dua bulan ini? Kyuhyun memijat pelipisnya perlahan.
“Kyuhyun-ah? Kau sakit?” tanya Ahra.
“Anniyo.” Kyuhyun menggeleng pelan.
Kyuhyun kembali melirik Hea Ae. Gadis itu terlihat semakin kurus akhir-akhir ini. Wajahnya juga selalu terlihat pucat. Biasanya gadis itu yang paling banyak mengeluarkan suara saat berkumpul seperti ini, tapi hari ini gadis itu hanya diam. Pandangan matanya menatap kosong gelas-gelas minuman yang ada di atas meja.
Hea Ae menolehkan kepalanya dan mendapati Kyuhyun tengah menatapnya intens. Tatapan yang menyiratkan kerinduan pada gadisnya. Pria itu sangat merindukannya, merindukan Hea Ae. Gadis itu kembali memalingkan wajahnya ke arah lain saat Kyuhyun hendak bangkit dari kursi untuk duduk di sebelah Hea Ae.
Kyuhyun membuang gengsinya dan segera bangkit menghampiri Hea Ae. Kyuhyun meraih jemari Hea Ae dan menariknya.
“Aku ingin bicara sebentar dengan istriku.” Ujarnya meminta persetujuan yang lain. Pria itu yakin Hea Ae tidak akan menolaknya sekarang. Pria itu tahu, Hea Ae tidak akan mungkin memperlihatkan pada keluarga besarnya jika dia dan gadis itu sedang dalam masalah.
Hea Ae bangkit dan tanpa melawan mengikuti kemana arah Kyuhyun membawanya. Kyuhyun membuka pintu balkon di lantai dua. Pria itu menarik Hea Ae, menutup pintu balkon dan menguncinya.
Hea Ae membalikkan tubuhnya dan berjalan ke tepi balkon. Kyuhyun menatapnya. Pria itu berjalan mendekat dan memeluk Hea Ae dari belakang.
“Lepaskan.” Suara dingin Hea Ae menginterupsi kegiatan Kyuhyun yang sedang menhirup udara dari tengkuk gadis itu.
Kyuhyun berhenti dan melepaskan pelukannya. Hea Ae berbalik dan menatap Kyuhyun sinis. “Aku tidak punya banyak waktu. Apa yang ingin kau bicarakan?” ujarnya.
“Kumohon jangan seperti ini.” Ujar Kyuhyun akhirnya. Pertahanan pria itu runtuh. Kyuhyun tidak sanggup lagi berlama-lama seperti ini. Hatinya terlalu sakit saat melihat Hea Ae terlihat terluka.
Hea Ae terdiam. Gadis itu hanya menatap Kyuhyun tepat di manik matanya. “Kau yang memulainya, Cho Kyuhyun. Bukan aku.” Gadis itu bersikeras.
Kyuhyun melangkah mendekat ke arah Hea Ae. Pria itu tidak menghiraukan tatapan tajam dari gadisnya. “Berhenti di situ!” ujar Hea Ae memperingati.
“Berhenti bersikap kekanakkan, Cho Hea Ae! Dengarkan dulu penjelasanku.”
“Kau yang kekanakkan! Bagaimana jika kau yang berada di posisiku? Bagaimana jika aku yang melakukan semua itu padamu? Apa kau pernah merasakan bagaimana sakitnya aku? Bagaimana perasaanku saat melihatmu dengan gadis lain di rumah sakit? Apa yang kau lakukan di rumah sakit dengan seorang gadis, hah? Kau melakukannya? Kau melakukan hal itu dengannya?”
Hea Ae meluapkan amarahnya. Gadis itu menutup wajahnya dan mulai menangis terisak. Kyuhyun menarik Hea Ae ke dalam pelukannya. Membelai punggung gadis itu, menenangkan.
“Aku membencimu, Cho Kyuhyun! Aku membencimu.” Hea Ae semakin terisak.
“Mianhe, jeongmal mianhe. Aku tidak akan mengulanginya lagi, Hea Ae-ya. Aku berjanji, aku tidak akan mengulanginya lagi. Dan perlu kau tahu, demi Tuhan aku tidak pernah melakukan hal itu dengannya, ataupun dengan gadis lainnya. Kumohon, berhenti seperti ini. Kau boleh memakiku, kau boleh menamparku berkali-kali lebih keras. Tapi kumohon, berhenti bersikap diam seperti ini.”
“Kubunuh kau jika berani melakukannya lagi.” Ujar Hea Ae sembari membalas pelukan Kyuhyun.
Kyuhyun tersenyum dan mempererat pelukannya. Pria itu mengecup puncak kepala Hea Ae berkali-kali. “Tidak akan.” Ujarnya kemudian.
***
A Restaurant
10.33 am
“Oppa! Kenapa kau tidak langsung datang ke apartemen saja?” ujar seorang gadis cantik yang baru saja datang dan duduk di hadapan Kyuhyun.
“Rye Mi-ah, mulai sekarang, kita hentikan saja hubungan ini.”
“Oppa? Kau tidak mabuk, kan?” tanya gadis itu merasa tidak terima dengan perkataan Kyuhyun yang barusan.
“Tidak. Aku tidak mabuk dan aku benar-benar serius. Kita hentikan saja hubungan ini.”
“Tapi kenapa? Bukankah kau mencintaiku? Aku juga mencintaimu, lalu apa masalahnya?” tanya gadis itu sembari meraih jemari Kyuhyun.
“Aku sudah menikah,” ujar Kyuhyun cepat. “Maaf, karena aku tidak memberitahumu sejak awal. Tapi aku sudah menikah. Dan aku tidak mau menyakiti istriku lebih banyak lagi. Dia sudah cukup tersiksa selama ini.”
Rye Mi menundukkan kepalanya. Tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di jemari Kyuhyun. Sebuah cincin. Cincin yang ditemukannya di kamarnya tempo hari. Rye Mi melepaskan jemari Kyuhyun dan memandang cincin itu lekat-lekat.
“Cincin ini.”
“Ya, ini cincin pernikahanku. Maaf aku sudah berbohong padamu waktu itu.”
“Jadi itu sebabnya kau selalu menolak melakukan hal lebih padaku setiap kau datang ke apartemen? Kenapa?”
“Aku tidak bisa menyakiti istriku lebih banyak lagi, Rye Mi-ah. Aku tidak sanggup jika harus kehilangan istriku. Maaf.”
“Oppa.” Ujar Rye Mi parau.
“Selesai. Kita selesai.”
Kyuhyun bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi keluar dari restaurant. Rye Mi memandang punggung Kyuhyun yang mulai menjauh sembari menangis. Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor seseorang. Nomor ponsel yang dia dapat dari kontak ponsel milik Kyuhyun tanpa sepengetahuan pria itu. Nomor ponsel seseorang yang dirasanya sudah merebut hal paling berharga miliknya. Ya, Kyuhyun. Hal paling berharga milik Shin Rye Mi adalah seorang Cho Kyuhyun.
Gadis itu tersenyum sinis saat akhirnya panggilannya tersambung.
“Yeoboseyo? Nona Lee?” tanyanya penuh penekanan.
…
“Bisakah kita bertemu? Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Hanya kita berdua.”
…
“Aku? Ingat namaku baik-baik, nona Lee. Namaku, Shin Rye Mi. Dan kita, akan segera bertemu.”
Rye Mi tersenyum sinis saat dia tidak mendengar jawaban apapun dari seberang sambungan teleponnya.
“Kona Beans. Pukul tujuh malam. Besok. Kuharap kau tidak datang terlambat, Hea Ae-ssi! Atau haruskah kupanggil kau dengan sebutan nyonya Cho?” lanjut gadis itu kemudian menutup teleponnya dan beranjak pergi dari restaurant itu.
***
TBC