Dentuman musik mengalun dengan kencang di clubing tersebut. Banyak muda-mudi yang sedang menari-nari dengan bebasnya. Disalah satu sisinya ada dua orang gadis yang sedang menikmati gelas cocktail dihadapannya.
"Kau tahu Baekhyun?" tanya Seoyeon.
"Tentu! Putra Byun ahjeossi yang menyebalkan itu," sahut Hyoso.
Hyoso mengerutkan alis matanya, ia heran baru kali ini Seoyeon bertanya tentang seorang laki-laki. Tidak biasanya. Jika Seoyeon bertanya tentang Donghae atau Luhan, itu barulah hal yang biasa.
"Ada apa dengan anak itu?"
"Semalam ia menginap di kamar Sohye."
"M-MWOYA?"
Seoyeon tahu kemana arah pikiran Hyoso. Ia langsung tertawa kecil.
"Sohye tidur di ruang tengah."
"Oh, kupikir." sahut Hyoso lega.
Seoyeon hendak meneguk minuman di gelasnya lagi namun seseorang menahan tangannya, ia melirik kearah si pemilik tangan. Byun Baekhyun. Orang yang baru saja mereka bicarakan.
"Pantas aku tidak asing saat melihatmu."
Seoyeon terkekeh mendengar kalimat pertama yang keluar dari mulut Baekhyun. Sementara itu Hyoso tidak ambil pusing, ia masih menikmati musik dan minumannya.
"Aku tidak tahu kenapa kalian tinggal di tempat seperti itu," ucap Baekhyun yang lebih kepada sebuah sindiran.
"Untuk hiburan. Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau dan Jin lakukan di perusahaan oranglain?" jawab Hyoso cepat, tidak kalah sinisnya dengan Baekhyun.
"Kalau kau tidak ingin terusik, jangan main-main dengan teman dekat kami. Arraseo?" kali ini intonasi mengintimidasi muncul dari mulut mungil Seoyeon.
"Kau tahu, mendekati Sohye tidak semudah mendekati wanita-wanita semalam mu itu,'kan?" tanya Hyoso dengan senyuman penuh kemenangan. Ia tahu apa yang Baekhyun lakukan diluar sana dengan para wanita. Dan ia tidak ingin hal semacam itu terjadi pada Sohye yang bisa dibilang terlalu polos.
"Tenang saja, aku tidak tertarik dengan anak kecil," ucap Baekhyun yang langsung ditarik beberapa wanita malam untuk terjun ke lantai dansa. Seoyeon melirik pemuda itu sekilas sebelum melirik jam tangannya.
"Sudah waktunya pulang."
"Oke!"
Hyoso mengambil tas kecilnya di atas meja bar lalu pergi mengikuti jejak Seoyeon. Sementara itu Baekhyun melirik kepergian keduanya. Ia tidak mengerti kenapa mereka tinggal dalam keadaan yang seperti itu. Sebuah tempat tinggal kecil? Rasanya aneh.
--
Sekarang Jin berada di sebuah restoran tergolong mewah dan tentu saja ia disana bersama Sohye yang masih menganggap kedatangan Jin pada jam makan siang adalah hal yang wajar dan sudah menjadi sebuah kebiasaan. Setidaknya seperti yang Hyoso pernah katakan, keberadaan Jin membantu Sohye mengurangi biaya makan siang.
"Aku sudah mengatakan padamu kalau aku ingin membicarakan tentang sesuatu."
"Apa?" tanya Sohye cuek.
Jin mengulum senyum penuh kemenangannya. Nyaris setiap gadis yang bersamanya akan bersikap sama seperti Sohye namun tidak jika ia sudah mengatakan rasa sukanya. Semuanya biasanya akan berbanding terbalik. Para wanita itu akan sibuk bermanja padanya dan memintanya untuk mencurahkan segala macam bentuk perhatian dalam bentuk apapun itu. Ya, Jin berpikir kalau Sohye sama dengan para gadis kebanyakan yang ia kencani.
"Kau akan menyesal karena telah bersikap cuek padaku," lanjut Jin.
"Begitukah?" tanya Sohye lagi.
Benar-benar sama seperti yang Jin prediksi dan ini akan membuat segalanya semakin menarik meski Jin merasa tahu akan kemana alur selanjutnya. Jin bukanlah seorang peramal atau semacamnya namun ia adalah seorang player yang selalu merasakan titik kemenangan atas para wanita yang didekatinya. Ia tidak jauh berbeda dengan Baekhyun. Jika Baekhyun menjalin hubungan dengan nuansa suram, sebaliknya Jin akan membuat para gadis seperti merasa bertemu pangeran berkuda putih mereka. Meski kisah keduanya akan berakhir sama. meninggalkan.
"Aku menyukaimu," kalimat itu meluncur dengan lancar dari bibir Jin.
Sohye yang semula sibuk dengan es krim -yang kebetulan ia beli ketika dalam perjalanan- langsung terdiam, memandang Jin dengan sedikit terkejut dan ini lagi-lagi sesuai dengan prediksi Jin.
"Apa yang kau bilang tadi?" tanya Sohye yang ingin meyakinkan pendengarannya sekali lagi. Jin tersenyum penuh kemenangan, karena tidak satu hal pun terlewatkan dari prediksinya. Sekarang, hanya tinggal satu langkah lagi dan ia akan berhasil menjadikan Sohye sebagai kekasihnya.
"Percuma, kau tidak akan percaya kalau aku jatuh cinta pada pandangan pertama." kali ini Jin bicara sambil mempersilahkan sang pramusaji menaruh pesanannya di meja. Sohye tampak lebih rileks sekarang dan bersandar pada sandaran kursinya, bibir tipisnya membentuk sebuah senyuman.Senyuman Sohye membuat Jin memprediksikan keberhasilannya sekitar 97%.
"Kau benar. Aku sama sekali tidak percaya pada hal semacam itu."
Senyuman di wajah Jin memudar. Kali ini senyuman penuh kemenangan ada dipihak Sohye. Gadis itu berterimakasih pada pramusaji dan kembali fokus dengan makanan di mejanya. Ia melahap makanan yang ia pesan dengan santai, mengabaikan Jin yang masih menatap gadis itu dengan pandangan tidak percaya. Ia baru saja kalah untuk pertamakalinya.
"Oh iya, kau tidak perlu membayar apa yang ku makan hari ini. Aku akan membayarnya sendiri," ucap Sohye pelan sambil memandang Jin dengan senyuman kemenangan sambil memberi kode dengan alis matanya.
Tidak ada yang Jin lakukan selain terpaksa memakan pesanan di depannya dengan tidak bernafsu. Ia merasa nafsu makannya menguap dengan cepat. Tidak! Jin bukanlah orang yang mudah menyerah, ia akan menunjukkan pada Sohye siapa dirinya. Dan ia tidak akan lagi menganggap remeh gadis itu.
--
Sohye masih tersenyum membayangkan kejadian siang tadi. Tidak sia-sia ia meminta saran pada Hyoso semalam lewat LINE chat. Gadis itu menghentikan langkahnya tepat 2 meter dari pintu depan begitu ia melihat ada beberapa orang berpakaian serba hitam menarik Hyoso keluar.
"YA!! AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN KALIAN!!" teriak Hyoso.
Merasa ada yang tidak beres, Sohye langsung berlari dan mendorong orang-orang itu dengan susah payah untuk mencegah mereka -yang mungkin saja- menculik Hyoso. Segala hal tidak baik bisa saja terjadi.
"Kau siapa? Kau mau apa?"
Tanya Sohye galak pada salah satu dari orang yang berada di depannya. Laki-laki yang tampak satu-satunya paling muda, tegap dan tampan itu melepaskan kacamatanya dan menatap Sohye sinis.
"Seharusnya aku yang bertanya, kau siapa?"
"Aku temannya dan..."
"Aku tunangannya. Mungkin kau pernah mendengar namaku, Cho Kyuhyun."
Sohye membeku di tempatnya. Cho Kyuhyun, pemilik cafe tempatnya bekerja. Interlude Cafe merupakan salah satu jaringan usahanya. Kyuhyun tersenyum meremehkan dan kembali menatap Hyoso yang sedang memandangnya dengan kilatan marah.
"K-Kau..."
"Baiklah Hyoso, aku pergi. Pastikan besok kau datang!"
Hyoso tidak mengatakan apa-apa. Ia dan anak buahnya pergi meninggalkan tempat itu sedangkan Hyoso memijit kepalanya. Ia tahu sekarang akan terjadi apa. Ia harus menjelaskan banyak hal pada Sohye.
"Aku akan menjelaskannya nanti, tapi kita tunggu Seoyeon pulang dulu."
Tidak ada yang Sohye katakan. Ia masuk ke dalam sedangkan Hyoso langsung menghubungi Seoyeon agar gadis itu secepatnya pulang dan tidak berlama-lama di club, sekedar memandangi wajah seorang bartender bernama Luhan yang seolah menjadi kesibukannya setiap malam.
--
To be continued...
"Maafkan kami, tapi kami tidak bermaksud berbohong dan membebanimu."
"Jadi, ada berapa banyak orang lagi yang membohongiku?"
"Kau mau memaafkan kami?"
"Buat apa? Kitakan teman dekat."
"Kumohon, jangan pergi. Tetaplah disini. Sebentar saja."
"Dia menghilang! Bantu kami mencarinya."
"Bagaimana ini? Ponselnya tidak aktif!"
"Apa kau tidak punya siapa-siapa?"
"Siapa yang peduli dengan orang sepertiku? Bahkan jika aku matipun tidak akan ada orang yang menyadarinya."
"Bagaimana dengan jawaban dari pertanyaanku kemarin?"
"Maafkan aku."