Seperti yang dikhawatirkan Chanyeol, lagi-lagi Baekhyun mabuk berat dan ia tidak tahu harus membawa anak itu kemana. Bahkan ia tidak yakin Baekhyun akan membiarkannya hidup jika anak itu tahu kalau Chanyeol mengantarnya ke apartemen Jin. Jadi, apa yang akan ia lakukan sekarang?
Chanyeol membawa Baekhyun keluar club, menimbang-nimbang untuk menyetop taksi atau tidak sama sekali. Karena ia sendiri tidak tahu anak ini harus dibawa kemana. Seoyeon, pikirannya langsung tertuju pada gadis itu. Seingatnya malam ini tempat tinggal gadis itu bisa menampung satu orang karena Hyoso -teman serumahnya- pergi menginap di rumah keluarganya dan itu berarti akan ada satu kamar kosong disana. Lagipula jika memang tidak bisa, Seoyeon bisa meminjamkan salah satu kamar di hotel milik kakaknya. Bukan begitu?
Chanyeol merogoh sakunya, mengambil ponsel layar sentuh dan mencari nomor teman dekatnya itu.
"Seo-ya~"
"Kali ini ada urusan apa?"
"Kau bisa membantu seorang temanku? Memberikannya tumpangan malam ini."
"Aniyo! Jaejoong oppa tidak akan setuju aku membawa... namja?"
Chanyeol memandang wajah Baekhyun sebentar, cukup cantik. Apa sebaiknya ia mendandani Baekhyun agar bisa bermalam di tempat Seoyeon atau... TIDAK! Baekhyun akan dengan senang hati mencari dan menjadikannya bibimbap esok pagi.
"Namja."
"Kau ingin Jaejoong oppa memecatku sebagai adiknya?"
"Seo-ya~ bantu aku sembunyikan dia. Katamu Hyoso sedang tidak di rumah."
"Aihhh~"
"Aku tidak tahu harus minta tolong dengan siapa lagi. Apa kau tega?"
"Aish! Arraseo! Arraseo! Bawa dia kesini sekarang!"
"Kau yang terbaik Seoyeon-ee!"
klik
Chanyeol terkekeh karena Seoyeon langsung menutup teleponnya bahkan tanpa menjawab perkataannya lagi. Ia yakin kalau dirinya berhasil membuat kesal gadis bermarga Kim itu. Besok siang, ia akan mengajak Seoyeon makan es krim. Hanya itu senjata yang ia tahu agar gadis itu mau memaafkannya.
"Baekie, kau menyusahkanku."
--
ting tong ting tong
Seoyeon sudah bisa menebak siapa yang datang, sementara itu Sohye sedang sibuk menyiapkan makan malam. Ia membuka pintu dan benar saja, Chanyeol sudah tersenyum tak bersalah di depan pintu.
"Bawa dia masuk!"
"Terimakasih, Seo."
Sohye keluar dapur untuk melirik siapa yang datang dan tepat saat itu Seoyeon membuka pintu kamar Sohye, bermaksud menaruh si lelaki mabuk di kamarnya.
"YA! Kamarku?"
"Kau tahu betapa galaknya Hyoso-kan?" tanya Seoyeon balik.
Sohye baru saja akan melanjutkan kalimatnya namun Chanyeol sudah keluar kamar dan berterimakasih pada Seoyeon, mengusap ujung kepala Seoyeon yang dihadiahi tatapan membunuh dari Seoyeon. Sohye tidak bisa mengatakan apa-apa, ia berlari ke kamarnya dan terkejut melihat siapa yang terbaring disana.
"Kalian menyembunyikan Baekhyun di kamarku?" tanya Sohye lagi.
"Kau mengenalnya?" tanya Seoyeon dan Chanyeol bersamaan.
"A-Ani, kami hanya kebetulan bertemu dan..."
"Baguslah! Aku merasa dia di tempat yang benar!" ucap Chanyeol lega.
"Dia kenalan mu kan? Jadi dia di kamarmu saja." lanjut Seoyeon datar.
"Tapi dia orang asing dan..."
"Kau mengenalnya, jadi tidak ada masalah." potong Seoyeon yang langsung duduk dihadapan cup ramyun. Sementara itu Chanyeol berpamitan pulang. Sohye memutuskan untuk mendiskusikan hal ini lagi dengan Seoyeon namun temannya itu sudah lebih dulu membawa cup ramyunnya ke kamar dan mengunci pintunya dari dalam.
"AISH! JEONGMAL!!!" teriak Sohye frustasi.
Ini berarti, malam ini ia harus tidur di ruang tengah. Atau minimal di kamar Hyoso? Ah benar! Sohye memutuskan untuk tidur di kamar Hyoso namun kamar itu juga di kunci. Ia menendang daun pintu kamar itu dan kembali melirik ke arah kamarnya. Mana mungkin ia tidur di ruangan yang sama dengan Baekhyun?
TIDAK! TIDAK AKAN!
Sohye mengambil selimut di kamarnya dan memandangi laki-laki yang berbaring di tempat tidurnya dengan kesal. Mau tidak mau malam ini ia harus tidur di ruang tengah. Ini benar-benar menyebalkan, segala sesuatu yang berhubungan dengan lelaki itu selalu menjadi hal yang menyebalkan.
--
Jin sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau hari ini ia akan menemui Sohye dan mengungkapkan perasaannya. Ya, hari ini. Jin bukanlah orang yang dengan sabar menunggu, biasanya segala sesuatu dalam kehidupannya akan berjalan lancar terutama dalam hal urusan wanita. Dan pagi ini, ia memandang pantulan dirinya dengan percaya diri di depan cermin.
Jin memakai jas hitamnya, menatap wajah rupawannya dan tersenyum dengan penuh percaya diri. Hari ini ia memutuskan untuk berpenampilan lebih rapi dan tentunya untuk meningkatkan nilai positif dalam dirinya.
"Biar kulihat, apa yang kurang?" tanyanya pada cermin.
"Tinggi, tampan, kaya, menarik dan digilai banyak wanita. Kurasa sudah cukup sempurna," lanjut Jin masih menatap cermin dihadapannya. Detik kemudian ia tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin, meraih kunci mobil di atas meja komputernya dan beranjak pergi.
--
Baekhyun pagi ini bangun di tempat asing dan... lebih kecil dari kamar di rumahnya ataupun di apartemennya. Yang jelas tempat ini benar-benar bukan stylenya. Ia bangun, kepalanya masih terasa pusing. Kemudian ia membuka pintu kamar yang langsung terhubung ke ruang tengah.
"Oh? Kau sudah bangun? Ayo duduk dan sarapan!"
Seorang gadis tak di kenal menyapanya pagi ini. Apa mungkin ini hasil dari pencarian Chanyeol? Tidak buruk sih, tapi kenapa di rumah sekecil ini? Biasanya Chanyeol akan mencari wanita-wanita kaya yang bahkan lebih tua darinya dan kali ini tampaknya gadis itu seumuran atau bahkan lebih muda darinya.
"Kenapa berdiri saja? Duduklah! Atau kau berharap Sohye akan menyambutmu pagi ini?" tanya Seoyeon sambil menyembunyikan tawanya.
"So-Sohye?"
Tampaknya nama itu tidak asing baginya. Tapi entah, Baekhyun sendiri tidak tahu ia pernah mendengarnya dimana. Atau karena pengaruh alkohol jadi otaknya belum benar-benar bekerja dengan baik.
"Seoyeon-aa, sarapan apa kita pagi ini?"
"Eoh Sohye-ya? Nasi goreng."
Sohye baru saja selesai dari kamar mandi dan ikut bergabung di meja makan. Seoyeon menaruh 3 piring di atas satu-satunya menja yang ada disana. Beginilah, ruang tengah memang digunakan untuk apa saja. Bersantai, menerima tamu bahkan untuk makan. Sohye melirik ke arah Baekhyun yang sekarang duduk dengan pandangan bingung.
"Kau sudah sadar?"
Baekhyun melirik ke arah Sohye, ia membulatkan mulut dan matanya seketika. Gadis yang pernah menganggunya sepanjang pertemuannya dengan Jin. Gadis yang tidak henti memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu.
"K-Kau?!"
"Tidak perlu terkejut seperti itu, 'kan?" tanya Sohye sinis.
"Maaf mengganggu kalian berdua, tapi sebaiknya selesaikan sarapan lalu bersihkan peralatan makannya. Aku harus berangkat pagi, Jaejoong oppa sudah menjemputku. Sampai nanti."
Seoyeon langsung mengambil tasnya dan pergi. Baekhyun yang semula kesal lalu melirik ke arah Sohye lagi.
"Jaejoong? Kim?"
Sohye mengangguk.
"Mati aku kalau gadis tadi mengatakan sesuatu! Aish! Siapa dia? Kekasihnya?"
"Ani, Seoyeon itu adiknya."
Baekhyun langsung meraih kedua bahu Sohye dengan cepat.
"Katakan pada gadis itu untuk tidak mengatakan apa-apa soal diriku!"
"Eh?"
"Ppali! Ayahku bisa marah besar kalau tahu aku mabuk lagi!"
"HEH? Kau anak manja ya?"
"Tidak ada waktu untuk berdebat. Cepatlah~"
Sohye pun menganggukkan kepalanya dengan ragu, menghubungi Seoyeon dengan ponselnya namun tidak ada jawaban dari sana sehingga ia memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat saja.
--
"Oppa, jadi bagaimana kerjasama dengan Byun Ahjeossi?"
"Lancar. Kenapa? Kau mau bergabung?"
"Aniya~"
"Yakin? Kita akan bekerjasama dengan model tampan."
"Lalu?"
"Kau biasanya menyukai sesuatu dengan embel-embel tampan."
"Hhee... makanya aku menyukaimu, oppa."
Jaejoong tertawa mendengar jawaban cerdik adiknya itu. Ia mengusap puncak kepala Seoyeon dengan lembut. Namun sesuatu menganggunya. Tampaknya ada yang ingin ia ceritakan pada kakaknya itu namun entah apa.
--
Sohye terbiasa dengan kehadiran Jin. Bahkan hari ini laki-laki itu datang dengan senyuman terkembang. Ada yang berbeda, ia membawa sebuket bunga berwarna merah. Apa Jin berpikiran untuk melamar seseorang? Ya biasanya ia akan duduk di Interlude Cafe dengan klien yang entah kenapa kebanyakan seorang wanita muda. Meski ia tidak heran dengan daya tarik rupa Jin yang memang masuk dalam kategori tampan.
"Ini pesanan anda," Sohye menaruhnya dengan sopan.
"Ini bunga untukmu."
Sohye mengerutkan alisnya, memandang sekeliling cafe dan menjumpai beberapa rekan kerjanya sedang menatap ingin tahu malah ada yang terang-terangan menyuruhnya mengambil buket bunga itu.
"T-Tapi..."
"Ambillah! Malam ini aku akan mentraktirmu makan."
"Tapi aku harus pulang cepat dan..."
"Aku sudah mengatakan pada Hyoso bahwa kau pulang terlambat."
"HEH? Kau mengenalnya?"
"Aku juga kenal dengan Seoyeon."
"B-Bagaimana bisa?"
Jin tersenyum dengan kepolosan Sohye, atau mungkinkah memang gadis itu tidak tahu apa-apa dengan teman-teman yang tinggal bersamanya? Kalau iya, bagaimana bisa? Memangnya sudah berapa lama mereka berteman?
"Pengusaha muda mana yang tidak kenal adik dari CEO Kim dan putri kesayangan CEO Park? Sangat kecil kemungkinan untuk tidak mengenal mereka."
"Pengusaha?"
Jin baru menyadari kesalahannya. Ia lupa kalau Sohye sama sekali tidak mengetahui siapa dirinya. Yang Sohye tahu, lelaki itu adalah karyawan di salah satu perusahaan iklan dan menduduki jabatan seorang manager.
"Maksudku, anak pemilik perusahaan ditempatku bekerja... eh..."
"Sudahlah!"
Sohye sedang bekerja dan tidak perlu penjelasan. Sedangkan Jin sendiri tidak tahu harus memulai darimana, mengingat ia memang menyuruh orang untuk menyelidiki Sohye dan memang ada hal menarik disana. Hyoso dan Seoyeon yang menyembunyikan identitasnya dari Sohye. Dan kenapa mereka harus tinggal di tempat sekecil itu. Ada banyak pertanyaan dalam benaknya.
"Oke, jadi bagaimana?"
"Apanya?" tanya Sohye tidak sabar.
"Makan malam?"
Sohye benar-benar merasa terganggu dan satu-satunya cara agar ia terlepas dari gangguan itu adalah menerima tawaran Jin. Ya, karena kalau menolak pun percuma, Jin tidak akan pernah berhenti bertanya padanya.
--