Sohye memulai pekerjaan freelancenya hari ini dengan penuh semangat. Seoyeon dan Hyoso baru saja memberitahunya bahwa mereka akan pergi liburan ke Tokyo dalam sebulan ke depan dan itu berarti Sohye harus menabung ekstra. Ia membutuhkan hal itu. Ia butuh liburan dan refreshing dari segala kepenatan dalam hidupnya.
Ia seorang gadis sederhana yang tidak pernah berharap kehidupannya akan berputar 360 derajat seperti tokoh-tokoh utama dalam drama. Like a become Cinderella. Well, ini adalah dunia nyata bukan dunia khayalan yang bisa berjalan sesuai keinginan masing-masing dan Sohye menyadari hal itu.
"Sohye-ya, bisa kau antar ini untuk meja nomor 3?"
Sohye yang semula sedang membersihkan meja kasir, mengangguk dengan riang lalu meraih nampan berisi segelas kopi hangat. Ia melangkahkan kakinya menuju meja nomor 3, dimana seorang lelaki sedang duduk seorang diri sambil melirik keluar kaca.
"Permisi, ini pesanan anda."
Laki-laki itu menoleh dan bergegas untuk mengucapkan terimakasih namun mulutnya terkunci ketika melihat siapa yang datang membawakan pesanan untuknya. Ia tersenyum sedangkan Sohye menatapnya bingung, membalas senyum laki-laki itu dengan canggung lalu berbalik untuk kembali menemani Kim Soo Ah, si penjaga meja kasir.
"Chogiyo!"
Sohye menghentikan langkahnya, ia merasa lelaki itu baru saja memanggilnya. Mungkin saja ada sesuatu yang mau dipesan, semoga bukan sebuah komplain karena hasil kerjanya. Sohye menoleh, menatap laki-laki di depannya dengan sopan.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Hai! Apa kau ingat siapa aku?"
Sohye mengerutkan kedua alis matanya, pertanyaannya malah di jawab dengan pertanyaan lain. Dan pertanyaan macam apa itu? Sohye tidak mengerti karena setahunya ia tidak pernah mengenal seorang lelaki tampan dan tinggi seperti di hadapannya ini. Ya, kecuali Kim Jae Joong, kakak kandung Seoyeon. Selain dia? Tidak ada. Bahkan teman laki-lakinya kebanyakan orang kutu buku atau penggila games. Lalu, siapa orang dihadapannya ini?
"Ah iya, aku lupa! Perkenalkan, aku Kim Seok Jin. Kau bisa memanggilku dengan nama Jin saja."
Sohye masih tidak mengerti. Ia tetap mematung di tempatnya. Lelaki asing dan aneh itu memperkenalkan dirinya tanpa diminta. Sejujurnya ia tidak begitu tertarik untuk mengetahui nama lelaki di depannya ini. Terlebih lagi ia benar-benar tidak pernah berhubungan dengan seseorang bernama Jin.
"Mian, ini jam kerja saya dan..."
"Siapa namamu?"
"Eh?"
Kali ini Sohye semakin tercengang dibuatnya. Gadis itu tidak menjawab, hanya menggeleng kesal. Ia yakin kalau orang asing di depannya ini hanya bermaksud menggangunya dan sekali lagi ditekankan bahwa seorang Son Sohye sama sekali tidak tertarik dengan hal-hal semacam ini.
Jin menunggu jawaban yang keluar dari mulut gadis itu. Dan tampaknya nihil. Ia berinisiatif sendiri, memandang nametag yang terpasang di seragam gadis itu.
"Son... So... Hye? Son Sohye?"
Sohye menggingit bibir bawahnya, berusaha menutup nametagnya. Ia baru saja akan mengomel namun Soo Ah sudah lebih dulu memanggilnya.
"Sohye-ya, cepat bantu aku~"
"Ne eonni, araaseo!"
Sohye segera bergegas meninggalkan laki-laki itu sedangkan Jin hanya tersenyum kecil. Sebuah kemajuan, setidaknya ia sekarang mengetahui nama gadis itu dan keberuntungannyalah kalau Chorong menyuruhnya bertemu klien di Interlude Cafe ini.
--
Baekhyun baru saja keluar dari gedung mewah itu,melewati pintu berputar dan menyambut mobilnya yang baru saja tiba bersama supir pribadinya. Ada masalah penting yang harus ia selesaikan di rumah, sekarang juga.
"Cepat antar aku kerumah."
"Baik, Tuan Muda."
--
"Aku tidak ingin putraku lepas tanpa pengawasan."
Tuan Besar Byun bicara dengan penuh tekanan pada para pengawal keluarganya. Ada 4 orang lelaki dengan jas hitam dan lengkap dengan alat komunikasi. Mereka orang yang di bayar Tuan Byun untuk selalu mengawasi Byun Baekhyun, tidak peduli dimanapun anak itu berada.
"Untuk saat ini tidak ada yang lebih penting daripada penerus perusahaanku."
Tidak ada seorangpun yang membuka mulutnya untuk bersuara. Tidak ada yang berani untuk menjawab. Kesalahan mereka adalah membiarkan seorang Byun Baekhyun menjadi seorang pegawai dengan jabatan menejer yang tidak terlalu tinggi dan hal itu terjadi di perusahaan orang lain. Bukan perusahaannya.
"Appa!"
Baekhyun memasuki ruang tengah itu, langsung menemui ayahnya tanpa mempedulikan orang-orang di sekelilingnya yang masih berdiri rapi seperti patung. Yang ia perlukan sekarang adalah penjelasan atas apa yang sudah ayahnya lakukan pada perusahaan tempatnya bekerja.
"Katakan padaku, ada apa?"
"Byun Baekhyun, kau terlalu bebas tanpa pengawasanku."
Baekhyun masih berdiri di tempatnya, menatap ayahnya dengan tidak percaya. Baekhyun baru saja di pecat dari tempatnya bekerja, terlebih lagi teman-teman sekantornya mulai membicarakan dirinya. Baekhyun ingin menghancurkan perusahaan itu dan berpura-pura sebagai kaum biasa, itulah yang tersebar. Ia tidak memiliki niat buruk pada siapapun dan apapun itu, ia hanya sedang bertanding dengan Jin. Hanya itu.
"Appa, tapi..."
"Dan kau berteman dengan Kim Seok Jin."
Baekhyun mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Ia bahkan tidak tahu sejak kapan ia mulai di awasi dan ia tidak tahu ayahnya sudah tahu sampai sejauh mana. Ia hanya ingin memperbaiki hubungan persahabatannya dengan Jin, setidaknya ia akan berusaha untuk menerika segala hal yang sudah terjadi sebelum ini. Ia akan melupakan semuanya, masalalu hanyalah masalalu.
"Jin hyeong..."
"Kau bahkan memanggilnya hyeong? Kau lupa karena siapa ibu dan kakakmu mati?"
Baekhyun terdiam.
Ia tidak bisa mengatakan apa-apa untuk membalas ucapan ayahnya. Ia masih mematung di depannya. Ia bisa mengingat dengan jelas ketika Jin meminta kakaknya datang untuk menemuinya dan ibunya yang berusaha mengejar kakaknya. Seandainya saja saat itu Jin tidak menghubungi Byun Hana, semuanya akan berbeda. Ia masih bersama keluarganya yang utuh dan ayahnya tidak akan terlalu overprotektif seperti sekarang ini.
"Ingatlah, tidak ada di dunia ini orang yang benar-benar peduli dan memperhatikanmu kecuali aku, ayahmu."
Tuan Byun mengatakan hal itu sebelum pergi meninggalkan Baekhyun menuju kamarnya. Baekhyun tidak mengatakan apa-apa sementara kedua matanya sudah berkaca-kaca. Ia yakin sebentar lagi air mata akan jatuh.
Baekhyun menarik nafas sejenak kemudian berbalik, ia harus menenangkan diri di kamarnya. Memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah ini.
--
Malam ini Jin kembali ke Interlude Cafe dan ia tersenyum cerah. Sohye belum pulang dari tempat kerjanya itu. Gadis itu sedang sibuk merapikan meja sebelum menutup cafe. Tidak ada yang ia lakukan selain tetap berada di dalam mobil kesayangannya dan memperhatikan Sohye dari sana.
"SOHYE-YA, JANGAN LUPA KUNCINYA."
"ARRASEO EONNI!"
Ia bisa melihat gadis itu sedang mengunci pintu cafe dari depan, setelah dirasa kencang, ia pergi meninggalkan cafe tersebut dengan berjalan kaki menuju halte bus. Jin mengikuti gadis itu dengan mobilnya. Sohye tidak menyadarinya, gadis itu menghentikan langkahnya dan meraih earphone.Jin tidak ingin mengganggu gadis itu, ia merasa cukup untuk memandangnya dari sini.
Hal itu terus berlanjut sampai di sebuah tikungan kecil yang tidak cukup untuk mobil Jin masuk. Ia melirik ke depan, memperhatikan ada apa di dalam gang itu. Kemudian ia kembali tersenyum ketika melihat Sohye menaiki anak tangga, ternyata itu gang buntu. Seorang gadis lainnya datang memeluk Sohye dan membawa gadis itu masuk.
"Dia tinggal di tempat seperti ini dengan temannya?" tanya Jin pada dirinya sendiri.
Setidaknya sudah cukup untuk hari ini. Jin kembali menyalakan mesin mobilnya dan membawa mobil itu menuju apartemennya di daerah Gangnam.
--
Baekhyun melirik ponselnya dan secara kebetulan ponsel itu bergetar cukup lama. Sebuah panggilan masuk dari Jin. Orang yang saat ini sedang paling ingin ia hindari tidak peduli apapun itu. Baekhyun membiarkan ponsel itu bergetar. Namun tampaknya Jin tidak menyerah, ia sudah menelepon sebanyak 4 kali dan tak satupun Baekhyun angkat.
Baekhyun menyerah, ia meraih ponselnya dan mendekatkan speakernya ke telinga kanannya.
"Ada apa?"
"Akhirnya kau menjawab teleponku."
"Kau seperti seorang lelaki yang khawatir dengan kekasihnya."
"Ya, aku mengkhawatirkanmu."
"Jangan bercanda, bahkan aku bukan siapa-siapamu."
"..."
Tidak ada jawaban dari seberang sana. Baekhyun lelah, ia ingin mengakhiri panggilan itu namun Jin sudah mulai bersuara lagi di seberang sana.
"Apa yang terjadi? Kau tidak akan kembali ke kantorkan?"
"Aku kembali atau tidak, itu bukan urusanmu."
"Jadi, kapan kau akan memanggilku 'hyeong'?"
"Jangan membuat masalah, aku dalam keadaan terdesak."
"Tuan Byun mendesakmu lagi."
"Kuingatkan kau, dia ayahku."
"Aku tahu dan aku tidak lupa."
"Aku lelah, selamat malam."
Baekhyun memutus sambungan telepon itu lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang sudah tidak ia tempati selama sebulan ini. Biasanya ia akan bermalam di apartemennya namun kali ini berbeda. Bahkan ia sendiri tidak sanggup membawa tubuhnya kemanapun.
--
Part selanjutnya akan di post hari Senin. Dah~ ^^
"Siapa dia? Korban barumu?"
"Apa kau mengenalku?"
"Tidak, kita hanya pernah bertemu secara kebetulan saja."
"Jangan mencampuri urusan orang lain."
"Percuma, kau tidak akan percaya kalau aku jatuh cinta pada pandangan pertama."
"Kau siapa? Kau mau apa?"