# Previous Chapt
“baiklah aku mengerti, tapi aku tidak suka melihatmu menangis hingga seperti ini, berjanjilah kepadaku kau tidak akan menangis sendirian, jika kau ingin menangis, menangislah didepanku, kau hanya boleh menangis dalam dekapanku, arasso” ucap Siwon Oppa membuatku merasa dilindungi.
-Trapped in Choi’s Charm-
Life must go on. – Kim Raya –
-Trapped in Choi’s Charm-
Hari masih cukup pagi, kicauan burung yang berasal dari luar jendela kamar terdengar begitu ramai ditelingaku. Ku buka seluruh gorden dan jendela kamarku lebar-lebar, membiarkan hangat matahari pagi dan udara sejuk musim gugur mengisi seluruh ruangan kamar.
Hari ini sebenarnya aku berencana datang ke butik agak siang, tapi entah kenapa aku justru malah bangun lebih pagi. Belakangan ini aku memang selalu tidur lebih awal dan bangun sangat pagi, mungkin karena akhir-akhir ini aku sering kelelahan, bahkan terkadang aku melewatkan makan malamku karena merasakan tubuhku yang terlalu lelah.
Akhir-akhir ini aku memang sangat disibukkan oleh pekerjaanku di Butik. Aku membantu mengelola butik Ahra eonnie, kakak perempuan Cho Kyuhyun, di kawasan waralaba Apgujeong Rodeo, Apgujeong-dong, Gangnam-gu.
Ahra eonnie adalah seorang perancang busana, dia merancang hampir semua display pakaian yang terpajang di butiknya, Royal Fasion. Tugasku di Royal Fasion bukan sebagai perancang, karena aku tidak berbakat mendesain pakaian sama sekali. Untuk memadu madankan pakaian yang akan aku kenakan saja terkadang aku masih membutuhkan saran Ahra eonnie yang merangkap sebagai fashion stylistku. Aku disini sebagai Manager, aku yang mengelola segala urusan manajeman butik.
Saat ini Ahra Eonnie sedang mengikuti rangkaian empat event besar fall-winter fashion week, mulai dari New York Fashion Week, London Fashion Week, Milan Fashion Week dan berakhir di Paris Fashion Week akhir September nanti.
Tahun lalu, akulah yang diutus Ahra Eonnie untuk mengikuti rangkaian event besar itu, tapi kenyataannya, karena depresiku yang disebabkan oleh perselingkuhan Siwon Oppa, aku hanya berhasil mengikuti acara itu sampai London Fashion Week, dan hebatnya, tak ada seorang pun yang mengetahui kenyataan itu hingga saat ini, termasuk Ahra Eonnie.
Jadi, karena kepergian Ahra Eonnie ke Amerika dan Eropa selama sebulan ini, aku mengelola butik seorang diri. Tapi aku tak keberatan, karena aku menikmati pekerjaan yang kulakukan saat ini. Kedudukanku sebagai Manager, memang mengharuskanku untuk datang setiap hari.
Tetapi sebenarnya pekerjaanku tidak terlalu berat. Untuk mengisi waktu senggang aku juga membantu Kyuhyun Eomma mengurus cafenya Kona Beans. Aku selalu menyempatkan diri untuk datang kesana. Membantu Eommonim dengan ide-ide menarik agar cafenya tetap ramai didatangi pengunjung.
Sebenarnya saat ini aku sedang mencoba menyibukkan diri. Aku menjalani kehidupanku seperti biasa, hanya sedikit lebih sibuk dari biasanya, itu bertujuan untuk mengalihkan diri dan pikiranku agar tidak terlalu terpuruk dalam rasa bersalah yang dalam. Seperti yang pernah aku katakan, aku memilih untuk mengikuti arus kehidupan yang akan membawaku, karena aku tak sanggup memutuskan apapun. Biar takdir yang memilihkan jalannya untukku.
Karena masih cukup pagi, selesai menikmati sarapan yang disediakan Han Ahjumma aku memutuskan untuk menghabiskan waktu di porch yang menghadap langsung ke taman belakang rumah keluargaku, aku baru satu tahun pindah kerumah bergaya Victorian ini, sebelumnya aku tinggal bersama keluarga sahabatku, Cho Kyuhyun.
Ditaman belakang ini terdapat taman bunga yang didominasi oleh bunga mawar. Aku dan mendiang ibuku sama-sama menyukai bunga mawar. Kami sering menghabiskan waktu berdua ditaman ini, biasanya sambil bercocok tanam, membersihkan rumpun mawar dari tanaman pengganggu atau menikmati teh sambil menatap bunga-bunga yang mulai mekar dari porch kami yang nyaman, hal itu sangat menyenangkan.
Mengingat hal itu semua membuatku merindukkan sosok ibuku. Membuatku terkenang saat-saat kedua orangtuaku masih berada disampingku.
Dulu setelah aku lulus sekolah, kami sekeluarga memutuskan untuk pindah ke Inggris, Negara kelahiran ibuku. Ayah dan Ibuku memutuskan untuk tinggal di Manchester kawasan kota dan borough metropolitan di Manchester Raya, ketimbang tinggal di Durham, kota kelahiran Ibuku.
Setelah menunda pendidikanku selama setahun, Ayah memintaku untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas Manchester, universitas yang baru berdiri pada tahun 2004 dan merupakan hasil penggabungan dari Victoria University of Manchester dan UMIST, ayah juga bekerja sebagai dosen disana, Sedangkan Heechul Oppa lebih memilih untuk tinggal di London membantu mengelola bisnis keluarga ibuku.
Aku teringat masa-masa awal kehidupanku di kota yang terkenal dengan sepak bolanya itu. Teman-teman asing, orang-orang baru, culture dan adat istiadat yang bertolak belakang, gaya hidup yang benar-benar bebas, ditambah lagi Heechul Oppa yang tidak berada disisiku, semuanya sempat membuatku sulit beradaptasi. Tapi itu tak berlangsung lama, untungnya semuanya dapat ku atasi dengan sangat baik. Aku mampu menyesuaikan diri dengan sangat baik terhadap lingkungan sekitarku.
Hingga tiga tahun setelahnya, ketika aku mulai memasuki tingkat akhir kuliahku, kecelakaan maut itu terjadi, kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuaku dan menyisakan aku yang terbaring koma selama 2 minggu di rumah sakit.
Hanya aku yang selamat dari kecelakaan itu, sementara kedua orang tuaku meregang nyawa. Kecelakaan tunggal dikarenakan badai salju pada puncak musim dingin di Manchester. Kecelakaan yang merenggut nyawa orang-orang yang ku cintai serta merenggut semua kebahagiaan yang kumiliki. Peristiwa itu masih menimbulkan luka yang dalam dihatiku, dadaku menjadi sesak ketika aku mengingatnya kembali.
Setelah lulus kuliah aku memutuskan untuk kembali ke Seoul, karena aku sudah tidak memiliki alasan untuk tetap berada di kota yang merenggut kebahagianku itu. Heechul Oppa sempat melarangku untuk kembali ke Seoul. Heechul Oppa memintaku untuk tinggal bersamanya di London dan melanjutkan gelar masterku disana, tapi aku menolak. London akan terasa sangat asing bagiku dan aku tidak sanggup untuk memulainya dari awal lagi seperti pertama kali aku tinggal di Manchester. Aku tetap bersikeras untuk kembali ke Korea, Negara kelahiranku.
Karena aku yang terus memaksa, akhirnya Heechul Oppa mengijinkan aku tinggal di Korea dengan satu syarat, yaitu aku harus tinggal di Busan bersama Ibu kandung Heechul Oppa, agar ada yang menjagaku.
Aku dan Heechul Oppa bukan saudara kandung. Kami terlahir dari rahim wanita yang berbeda. Sebelum menikah dengan ibuku. Ayahku, Kim Song Jae atau Dylan Kim, pernah menikah dengan seorang wanita Korea bernama Jung Mi Gyong, dia adalah ibu kandung Heechul Oppa.
Pernikahan ayahku dan ibu kandung Heechul Oppa yang terjadi karena perjodohan hanya bertahan kurang dari tiga tahun, ketika umur Heechul Oppa belum genap dua tahun, mereka memutuskan untuk bercerai. Demi kebaikan semua orang, Ayah membawa Heechul Oppa bersamanya. Sedangkan ibu kandung Heechul Oppa tak lama menikah lagi dengan temannya sewaktu masa sekolah dulu, tuan Lee Tae San.
Ayahku yang pada saat itu berprofesi sebagai pengajar di Universitas Nasional Seoul, bertemu dengan ibuku, Charlotte Lucas, wanita asing berkebangsaan Inggris yang saat itu sedang melakukan penelitian di Korea.
Mereka berdua menjalin hubungan serius dan menikah ketika umur Heechul Oppa tepat 3 tahun, baru dua tahun setelahnya ibu melahirkanku, putrinya. Walau begitu, Ibuku sangat menyayangi Heechul Oppa, bahkan terkadang ibuku terlihat lebih memanjakkan Heechul Oppa dibanding aku putrinya sendiri.
Hubungan Ibuku dengan Ibu kandung Heechul Oppa juga sangat baik. Perceraian yang terjadi diantara ayahku dan ibu kandung Heechul Oppa tidak membuat hubungan kami semua memburuk. Kami sudah seperti keluarga dekat. Ibu kandung Heechul Oppa sangat menyayangiku, aku sudah dianggap seperti putrinya sendiri. Oleh karena itu aku merasa tidak keberatan untuk tinggal di Busan.
Tapi ternyata aku juga hanya bertahan selama 4 bulan tinggal di Busan. Bukan karena aku tidak betah tinggal bersama Mi Gyong Eomma beserta keluarganya, tapi aku ingin melanjutkan pendidikanku di Seoul, lagipula aku benar-benar merindukan Seoul, aku merindukan kehidupan lamaku.
Dengan usaha keras dan alasan pendidikanku, aku berhasil membujuk Mi Gyong Eomma untuk mengijinkanku tinggal di Seoul. Untuk menenangkan hati Mi Gyong Eomma, aku tinggal dirumah keluarga sahabatku Kyuhyun, aku juga meminta bantuan ibu Kyuhyun untuk merayu Mi Gyong Eomma. Dan tentu saja aku meminta Mi Gyong Eomma untuk tidak memberitahukan kepindahanku ke Seoul pada Heechul Oppa.
Tapi ternyata sangat sulit menyembunyikan rahasia dari seorang Kim Heechul. Setelah 2 minggu, keberadaanku di Seoul sampai juga ditelinga Heechul Oppa, dan hasilnya dia langsung pulang ke Korea dan menyeretku untuk tinggal bersamanya di London.
Sebenarnya Heechul Oppa hanya sangat khawatir terhadapku. Kondisiku yang cenderung labil, meledak-ledak dan sulit dikendalikan membuatnya tidak yakin untuk mengijinkanku tinggal di Seoul seorang diri.
Namun berkat sifat keras kepalaku yang akut, serta bantuan Cho Kyuhyun dan Ahra Eonnie, Heechul Oppa pun takluk dan menyerah untuk memaksaku ikut bersamanya dan akhirnya mengijinkanku untuk tinggal di Seoul bersama keluarga Kyuhyun, dan baru setahun belakangan setelah aku meraih gelar master, aku tinggal di rumah peninggalan keluargaku ini seorang diri hanya ditemani Han Ajumma dan beberapa pembantu yang datang setiap pagi hari.
Aku tersenyum lemah mengingat semua kenangan itu, rasa rindu yang teramat dalam tiba-tiba menyeruak. Aku merindukan ibu, ayah dan aku juga sangat merindukan kakak laki-lakiku, Kim Heechul.
Ku putuskan untuk melakukan sambungan internasional ke London, namun beberapa kali kucoba selalu gagal, teleponku tidak mendapat jawaban sama sekali, padahal ku yakin di London sana belum terlalu malam, karena panggilanku yang tak juga mendapat jawaban, akhirnya aku menyerah menghubunginya.
-Trapped in Choi’s Charm-
Saat ini aku sedang sibuk memeriksa hasil penjualan koleksi musim panas di ruang kerjaku. Tapi suara obrolan pegawai butik yang berada didepan ruangan kerjaku terdengar sangat mengganggu. Ku buka pintu ruanganku. Ku hampiri mereka berdua yang berdiri tak jauh dari tempatku, karena rasa penasaran dengan obrolan ribut mereka aku memutuskan untuk bertanya, “ada apa? Kenapa kalian ribut sekali” tanyaku sedikit jengkel kepada mereka berdua yang masih asik mengobrol setelah melihatku mendekat.
“ah, mianhae Nona Kim, diluar ada pelanggan” jawab salah satu pegawaiku yang bernama Jung Sunmi.
Aku tak mengerti maksud perkataannya, “ya lalu memangnya kenapa kalau ada pelanggan?! Kenapa kalian berdua tidak membantunya memilih pakaian?” tanyaku yang semakin heran dengan tingkah dua pegawaiku ini.
“pelanggannya aneh Nona, dia hanya mau dilayani oleh seseorang bernama Annabelle Kim, kami sudah mengatakan padanya disini tidak ada yang bernama Annabelle Kim, tapi dia tetap tidak mau dengar dan katanya dia akan tetap menunggu” jelas Song Hana yang tepat berdiri dihadapanku.
Annabelle Kim?! Itukan nama British ku.
“seperti apa orangnya?” tanyaku yang kini penasaran dengan orang yang mencari sosok Annabelle Kim itu.
“tampan nona, laki-laki itu sangat tampan” jawab mereka hampir bersamaan, nada bicara mereka terdengar sangat antusias, jelas mereka terpesona oleh wajah pelanggan itu.
“aish, kalian ini!” aku bergumam kesal menerima jawaban dari kedua pegawaiku yang tidak menjawab sedikit pun rasa penasaranku.
Kuputuskan untuk melangkahkan kaki menemui pelanggan yang dimaksud kedua pegawaiku barusan. Aku melihat sosok seorang pria berbalut setelan casual berdiri didepan deretan baju koleksi musim dingin untuk wanita, dari posisinya yang membelakangiku, pria ini terlihat seperti sedang memilih yang sesuai dengan seleranya.
“permisi tuan, ada yang bisa dibantu?” tanyaku ramah kepada sosok yang tiba-tiba membalikkan badannya. Senyuman lebar menghias wajah tampan pria itu, sementara aku membulatkan mataku lebar-lebar begitu mengenali siapa pria yang berdiri dihadapanku kini.
“OPPA!!” Seketika aku berteriak senang mengenali laki-laki yang tadi membuatku penasaran. Aku langsung berhambur memeluk tubuhnya erat.
“Oppa, I miss you so bad” ucapku kegirangan sambil mendekap tubuh kakak laki-lakiku lebih erat.
“aku juga merindukanmu Bell” Heechul Oppa memanggil nama kesayangan ku sewaktu kami masih sama-sama tinggal di Inggris, kemudian dia mencium kedua pipiku bergantian.
“sepertinya kau hidup dengan baik di Seoul walaupun tanpaku” aku tertawa mendengar ucapan Heechul Oppa. Kemudian aku balas mengecup kedua pipinya.
Aku tak menyangka akan melihat seorang Kim Heechul berdiri dihadapanku saat kini, baru beberapa hari kemarin aku merindukannya, dan kini dia ada dihadapanku, perasaan senangku yang meluap akan kehadirannya begitu tergambar jelas diwajahku.
-Trapped in Choi’s Charm-
“Oppa, kapan kau tiba dari London?” tanyaku padanya sambil menyesap teh favoritku yang dibawakan langsung olehnya dari Fortnum and Mason. Saat ini kami berdua sudah duduk nyaman di sofa ruang kerjaku, aku duduk disebelah Heechul Oppa, mataku tak lepas dari memandang wajahnya, aku begitu merindukannya saat ini.
“baru saja, aku baru tiba dirumah beberapa jam yang lalu, setelah merasa tidak terlalu lelah aku langsung menemuimu disini, aku tak dapat menahan rinduku untuk sekedar menunggumu dirumah”
“Oppa, ucapanmu terdengar sangat manis, kau terdengar seperti suami yang sangat merindukan istrinya” ucapku mengejek Heechul Oppa, mengejeknya adalah kegiatan yang kurindukan saat ini.
“eishh, kau ini. Kakakmu ini benar-benar merindukanmu, kau malah mengejeknya” aku hanya menampakkan senyum tak bersalah mendengar keluhannya.
“ada keperluan apa Oppa datang ke Korea?”
“tentu saja untuk melihatmu” jawabnya cepat sambil mencubit lembut pipi kiriku.
Aku menjauhkan tangannya. “sudah berapa kali kubilang jangan mencubit pipiku, aku bukan gadis kecil lagi” protesku padanya. “sebenarnya ada keperluan penting apa hingga kau datang ke Korea?” tanyaku kembali dengan tatapan menyipit penuh curiga.
“aish, apa aku membutuhkan alasan lain untuk datang ke Negara ini, apalagi kalau bukan untuk melihat adik perempuanku yang cantik” gerutu Heechul Oppa.
“ey Tuan Casey Kim, aku mengenalmu sangat baik, kau tidak mungkin datang repot-repot kemari hanya untuk bertemu denganku, jika kau ingin bertemu denganku, kau pasti akan langsung mengirim jet pribadimu untuk menjemputku. pasti ada maksud lainkan kau datang kesini?” lanjutku padanya, aku tau seorang Kim Heechul tidak mungkin mengorbankan seluruh waktu dan pekerjaannya di London kemudian datang ke Korea hanya untuk menjengukku, pasti dia ada urusan yang lebih penting.
“aigoo.. uri yeodongsaeng ternyata sangat memahami kakak laki-lakinya” jawab Heechul Oppa sambil tersenyum lebar membenarkan kalimat ku.
“ne orabeoni, aku adalah yeodongsaeng yang paling mengerti dirimu” balasku mengejeknya dengan panggilan yang sangat formal, Heechul Oppa terbahak keras mendengar panggilanku.
“alasanku datang ke Korea memang untuk melihatmu adikku, apa kau menjalankan hidupmu dengan baik, eo?” tanya Heechul Oppa dengan senyuman tersungging dibibirnya menggantikan tawa terbahaknya tadi.
“tentu saja, hidupku sangat baik disini, kau bisa melihatnya sendiri. Bagaimana denganmu Oppa? Bagaimana kabar London?”
“tentu saja London sangat menyenangkan tanpa kau yang menggerecoki hidupku disana” jawab Heechul Oppa dengan senyum indah menghiasi bibirnya. Sementara aku menekuk wajah mendengar jawabannya.
“kau terlihat semakin tampan Oppa” Heechul Oppa hanya tertawa mendengar pujian palsuku untuknya.
“kau senang tinggal di Seoul?” tanya Heechul Oppa setelah menyelesaikan tawanya.
“tentu saja, aku senang tinggal disini”
“walaupun jauh dariku?” tanyanya lagi.
“Oppa, kau tau akan sangat menyenangkan kalau kita tinggal bersama” ucapku penuh keyakinan.
“kalau begitu ikutlah ke London bersamaku”
“Oppaaa!” Ucapku penuh nada protes.
“kau tau Bell, aku sering merasa tak tenang membiarkanmu tinggal di Seoul seorang diri” ucapnya padaku, kakak laki-lakiku ini memang sering diselimuti rasa cemas berlebihan karena tinggal terpisah jauh dariku, tak jarang dia meneleponku tengah malam waktu Korea hanya untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja.
“siapa bilang aku seorang diri, aku tinggal bersama orang-orang yang menyayangiku disini” ucapku penuh pembelaan.
“aku tau, bila bukan karena aku mengenal dengan sangat baik Choi Siwon, aku pasti tak akan memberikan kau ijin untuk tetap tinggal di Seoul setelah mastermu selesai” aku hanya bisa diam dan tersenyum mendengar alasan Heechul Oppa.
“kau sangat percaya padanya Oppa, bahkan kau lebih percaya padanya dibanding aku” ucapku dengan wajah cemberut.
“dia pria baik dan terhormat. Dan aku tau dia sangat mencintaimu, itu yang membuat aku percaya padanya” ucapan Heechul Oppa barusan hanya menciptakan senyum pahit dibibirku, dan entah mengapa perasaanku menjadi tidak nyaman.
Kemudian Heechul Oppa menarik nafasnya panjang, kembali merilekskan duduknya, menyesap teh yang berada dihadapannya.
“aku juga datang karena ingin menjenguk Eommonim di Busan. Hya, Sudah berapa lama kau tidak menjenguk ibuku? dia memintaku untuk memarahimu karena kau jarang datang berkunjung, bahkan kau juga jarang menghubunginya” ucap Heechul Oppa setelah menghabiskan setengah cangkir tehnya. Heechul Oppa memarahiku, akhir-akhir ini aku memang jarang menghubungi Mi Gyong Eomma.
“hehehe… mianhae Oppa, aku cukup sibuk akhir-akhir ini” jawabku singkat sambil memperlihatkan senyum bersalah padanya.
“sibuk?! Apa yang kau maksud dengan sibuk, eo? aku tau kau punya banyak waktu untuk bermain-main disini. Kau bahkan sempat menemani kekasihmu Business Trip di Shanghai kan?!” tanya Heechul Oppa tepat.
Omo! Dapat informasi dari siapa dia bahwa aku pergi ke Shanghai menemani Siwon Oppa beberapa waktu lalu. Jangan-jangan.
“Oppa, pasti Lee Sungmin yang mengadukannya padamu kan?” tanyaku penuh selidik. Karena aku memang bertemu dengan Sungmin Oppa yang saat itu sedang menghadiri seminar kedokteran di Shanghai.
“hei! Lee Sungmin itu kakakmu juga” protes Heechul Oppa tak suka aku memanggil adiknya dengan nama lengkap.
Lee Sungmin adalah adik tiri Heechul Oppa. Dia anak pertama dari Mi Gyong Eomma dan tuan Lee Tae San. Sungmin Oppa juga mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Lee Minhwa. Jadi selain aku, Heechul Oppa juga memiliki 2 adik lain dari pernikahan ibunya. Hubunganku dengan kedua adik Heechul Oppa yang lain sangat dekat. Hanya saja Sungmin Oppa sering bersikap menyebalkan, dia suka sekali menggoda dan menjahiliku.
“aish, Sungmin Oppa menyebalkan, dia berjanji padaku tidak akan memberitahukan kepadamu kalo kami bertemu di Shanghai” aku menggerutu kesal mengingat pertemuanku dengan Sungmin Oppa beberapa minggu lalu.
“kau tau, Sungmin itu sekutuku, bukan sekutumu!” ucap Heechul Oppa percaya diri.
“dasar kakak adik menyebalkan!” gerutuku sebal.
Heechul Oppa tertawa mendengar umpatanku. Dia terlihat senang sekali melihat wajah cemberutku. Kemudian Heechul Oppa memandang sekeliling ruangan kantorku, aku mendengar dia menarik nafasnya lebih dalam, dia menegakkan posisi duduknya seperti bersiap-siap mengatakan sesuatu.
“aku akan pindah ke Korea” katanya tiba-tiba. Aku yang sedang menyesap teh ku tersedak kaget, aku terbatuk kemudian mengangkat wajah memandangnya.
“mwo?! Waeyo?” tanyaku tak percaya.
“aku bosan berada di London, jadi aku akan pindah ke Seoul”
“Oppa, jangan bercanda denganku! Lalu siapa yang akan mengurus semuanya di London?” tanyaku sebal setelah mendengar alasan kekanak-kanakkan Heechul Oppa.
“tentu saja kau Annabelle, tugasku sudah selesai di London, sekarang saatnya kau yang kembali ke London, kau sudah menghabiskan banyak waktu untuk melakukan hal yang kau mau disini, kau sudah dewasa dan pantas untuk mengurus perusahaan keluargamu sendiri” ucap Heechul Oppa serius, yang sontak membuatku membulatkan mata.
“Oppa, apa maksudmu?! Akukan sudah pernah bilang, aku tak mau mengurus perusahaan itu, lagipula kaukan kakak laki-lakiku, harusnya kau yang bertanggung jawab penuh, dan kau juga sudah mengelola perusahaan itu dengan baik hingga saat ini, lalu kenapa kau ingin kembali ke Seoul dan menyuruhkanku menggantikanmu di London?! Aku tak mau, I guess you know it very well!” protes yang kulayangkan cukup keras mengingat harusnya Heechul Oppa mengerti dengan apa yang ku inginkan.
“Bell, kau tau perusahaan itu milikmu, aku hanya membantumu mengelolanya, sudah saatnya kau bertanggung jawab pada apa yang memang menjadi tanggung jawabmu” Heechul Oppa mencoba memberi pengertian kepadaku, tapi tetap saja aku menolak apapun yang dia jelaskan saat ini.
Tapi tunggu dulu, ada yang membuatku tak mengerti, tidak mungkin semudah itu Heechul Oppa memintaku pulang ke London dan melepaskan tanggung jawabnya sebagai CEO disana. Aku menatap Heechul Oppa tajam, mencoba menyelidik alasan sesungguhnya pengunduran diri Heechul Oppa.
“siapa yang memintamu untuk mundur?!” tanyaku tiba-tiba. “Ah bukan, lebih tepatnya siapa yang menekanmu untuk mundur dari perusahaan itu Oppa?!” tanyaku lagi dengan nada tajam, aku tau keluarga ibuku tidak menyukai Heechul Oppa, lebih tepatnya tidak menyukai keberadaan Ayahku dan Heechul Oppa, mereka sangat menentang pernikahan ayah dan ibuku, hanya Kakek dan Uncle Jab, adik ibuku, yang merestui pernikahan mereka.
Kebencian mereka kepada Heechul Oppa bertambah, ketika mereka tau aku memberikan kuasa penuh kepada Heechul Oppa untuk mengelola semua asset milikku dan mendiang ibuku di Inggris.
“tidak ada yang menekanku Bell” jawab Heechul Oppa meyakinkan mencoba menepis dugaan burukku.
“Bohong! siapa?! Tidak mungkin Uncle Jab, pasti Uncle Charles atau bahkan Aunt Emily? Orang-orang itu yang memaksamu mundurkan?! Aku akan bicara dengan mereka!” jawabku tegas menyebutkan semua saudara kandung mendiang ibuku. Diantara mereka yang paling tidak menyukai Heechul Oppa adalah Uncle Charles dan Aunt Emily, dan aku tau mereka berdua sering menekan dan menyulitkan Heechul Oppa.
“Annabelle Kim! Jaga cara bicaramu, bagaimana bisa kau berbicara hal yang tidak sopan seperti itu mengenai paman dan bibimu?!” protes Heechul Oppa keras, Heechul Oppa memang menghabiskan seluruh masa remaja dan dewasanya di London, tapi dia sama sekali tidak terpengaruh budaya barat, Heechul Oppa sangat menjunjung tinggi adat istiadat kesopanan budaya timur. Berbanding terbalik denganku yang sudah sepenuhnya terkontaminasi western culture.
Dia selalu marah ketika mendengarku sering berkata tidak sopan dan kasar pada orang yang lebih tua dariku, terutama kepada paman dan bibiku.
“Oppa, aku keponakan mereka, aku tau dengan pasti tabiat paman dan bibiku, aku mengenal mereka dengan sangat baik” ucapku tidak sabar, aku tidak peduli aksi protesnya tadi, yang harus kulakukan adalah mencari tau alasan sebenarnya keinginan Heechul Oppa untuk mundur.
“kau tau, mereka sangat tidak suka ketika kakek mewariskan sebagian besar hartanya pada Mommy, dan Mommy kemudian mewariskannya padaku, dan kau juga harus tau, pada awal kepergian Mommy mereka semua mencoba mendekatiku, mereka semua bersikap sangat manis padaku, terutama Uncle Charles dan Aunt Emily” lanjutku kepada Heechul Oppa menjelaskan bagaimana kondisi berkabung yang waktu itu kulewati dengan perhatian-perhatian palsu dari kedua paman dan bibiku. Dan sejak saat itu ketidaksukaanku terhadap keluarga ibuku meningkat tajam.
“dan tiba-tiba mereka berbalik menyerangku ketika aku memberikan kuasa penuh padamu untuk mengelola semua warisan yang ditinggalkan Mommy untukku, kau taukan bagaimana mereka menekanku waktu itu” protesku semakin keras, mencoba memberi pengertian kepada kakakku kenapa aku tidak menyukai keluarga besar ibuku. Dan aku yakin Heechul Oppa sepenuhnya paham karena dia juga berada disampingku saat itu. Dia juga melihat bagaimana keluarga besar ibuku menentang semua keputusan yang aku buat.
“Oppa, kau tau aku tak mempunyai cukup kekuatan dan kemampuan untuk mengelola semua warisan Kakek dan Mommy seorang diri, mendiang Mommy dan Kakek meninggalkan terlalu banyak hal untuk ku urus. Hanya kau, Song Samchon dan Uncle Jab yang aku percaya saat ini” Ucapku melembut, aku masih terus mencoba meyakinkannya untuk tetap bertahan diposisinya yang sekarang. Song Samchon adalah kerabat dekat ayahku yang membantu Heechul Oppa mengurus perusahaan di London.
“aku tak mungkin memberikan kepercayaan penuh pada Song Samchon, karena saat ini fokusnya sedang terbagi untuk mengurus perusahaannya di Seoul” jelasku padanya, “dan aku juga tak mungkin memberikan kepercayaan pada Uncle Jab, kau tau dia mudah sekali ditekan oleh kedua kakaknya, hanya kau kekuatan yang aku miliki saat ini Oppa” aku semakin meyakinkannya dengan mengingatkan sifat buruk Uncle Jab yang mudah sekali diintimidasi oleh kedua kakaknya itu.
“Oppa ku mohon, tetap bertahan disana eo, jika aku yang disana, aku tak akan mampu mengatasi semuanya, yang ada aku justru akan membawa kehancuran pada Lucas Land Company, perusahaan yang dibesarkan oleh kakekku dengan susah payah, aku hanya akan menghancurkan semuanya, bukankah kau berjanji kepada Mommy dan Daddy untuk selalu menjaga dan menjadi pelindungku, eo?” pintaku egois pada Heechul Oppa yang sedari tadi hanya diam mendengarkanku. Jujur saja aku tak tau apa yang akan aku lakukan jika Heechul Oppa benar-benar memilih kembali ke Seoul. Seketika kepalaku terasa pening memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.
“kau Kakakku satu-satunya, kau ingatkan perkataan Mommy, walaupun semuanya atas namaku tapi itu juga milikmu, kau juga harus menjaganya” Mommy memang mewariskan semua peninggalan Kakek atas namaku, tapi Mommy melakukan itu hanya untuk mencegah timbul perselisihan yang lebih besar pada keluarga besar Mommy.
“kumohon Oppa, jangan membuatku memohon terus seperti ini, akukan adikmu bukan pengemis, sudah seharusnya kau melindungiku” ucapan egoisku kembali meninggi karena sedari tadi yang kudapat hanya respon diam dari Heechul Oppa.
Heechul Oppa menghembuskan nafasnya panjang setelah mendengar semua usahaku untuk terus membuatnya tetap bertahan di London. Kemudian dia menarik tubuhku pelan, memelukku erat.
“entahlah, ini semakin sulit untukku Bell”
-to be continue-