# Previous Chapt
“kau senang bertemu kembali dengannya?”
“sepertinya dia masih mengharapkanmu”
“Oppa! bukankah pembicaraan mengenai hal ini sudah berakhir lebih dari dua tahun lalu, kenapa kau mengungkitnya lagi?!”
“aku tak ingin kehilanganmu lagi” Siwon Oppa berbisik pelan.
Maafkan aku yang mengkhianatimu sejauh ini, Oppa. Mianhae, jeongmal Mianhae. Lirihku dalam hati.
-Trapped in Choi’s Charm-
Biarkan takdir yang memilihkannya untukku. – Kim Raya –
-Trapped in Choi’s Charm-
Berkas cahaya mentari menerobos paksa kedalam jendela kamarku yang hanya dilapisi gorden tipis, aku yang terganggu akan kehadirannya terpaksa membuka mata.
Kamarku sudah terang sepenuhnya oleh cahaya matahari, kurasakan hari tak lagi pagi, ini sudah beranjak tengah hari. Kukerjapkan mataku yang masih terasa berat, mataku pasti bengkak karena aku menangis tanpa henti semalaman. Menangisi perbuatanku yang sekarang membawaku menjadi wanita paling egois, serakah dan tak berperasaan.
Duka yang semalam kutangisi kini kembali memenuhi pikiranku. Kuhembuskan nafasku secara perlahan, membebaskan udara yang kembali terasa menghimpit dadaku. Kupandangi langit-langit kamar yang berwarna putih. Aku tenggelam dalam lamunanku. Apa yang harus aku lakukan kini, semuanya sudah berjalan terlalu jauh, apa yang harus lakukan. Lagi-lagi aku tak mampu memilih, tapi haruskah aku memilih, kenapa tak kubiarkan saja ini berjalan sebagaimana mestinya, biarkanlah takdir yang mengatur semua yang kujalani. Toh aku sudah terlanjur menjadi wanita egois dan serakah.
Kurasakan perutku terasa sedikit perih, pantas saja mengingat aku melewatkan jam makan malamku semalam dan inipun sudah lebih dari brunch time. Kuputuskan untuk mencari sesuatu yang bisa kumakan didapur, Han Ajumma mungkin sudah menyiapkan makanan untukku.
Tapi ketika aku mencoba beranjak dari tempat tidur, Mendadak kepalaku disergap rasa pusing yang teramat sangat, pandanganku berputar. Kepalaku seperti ditusuk ribuan jarum, sangat sakit. Tenaga yang semalam sudah terkuras habis kini mulai pulih tapi disertai rasa sakit dikepala yang teramat sangat.
Kubaringkan lagi tubuhku ditempat tidur karena aku tak dapat menahan sakit yang mendera kepalaku. Aku meraba-raba sekitar tempat tidur berniat untuk mencari ponsel tipis milikku. Tak kutemukan benda itu disekitarku, aku teringat semalam setelah membalas pesan aku melemparkan benda itu entah kemana.
Aku menyerah mencarinya, kuputuskan untuk melanjutkan tidur dan melupakan makanku dengan harapan rasa sakit dikepalaku bisa berkurang, kutarik selimut tebalku hingga menutupi kepala, mencoba menghalau sinar matahari yang masih mengganggu. Kupejamkan mataku rapat sambil sesekali meringis menahan rasa sakit dikepalaku, tak lama ketidaksadaran meliputiku kembali.
-Trapped in Choi’s Charm-
Hangat. Itu yang pertama kali aku rasakan ketika kesadaranku berangsur pulih. Belaian lembut hangat diwajahku membangunkanku dari tidur panjangku hari ini, kurasakan kepalaku sudah tak begitu sakit hanya menyisakan sedikit pening.
Sapuan lembut diwajahku terus berlanjut, tak ingin moment ini berakhir, terus kupejamkan mata walau kesadaranku sudah sepenuhnya terkumpul. Aku menikmati sentuhan hangat sebuah tangan kekar yang masih dengan setia membelai pipiku.
Kugerakkan tanganku mencoba menggenggam tangannya yang masih intens membelai wajahku. Tanpa membuka mata, aku tersenyum begitu mengenali siapa pemilik tangan ini. Perasaan nyaman menyelimutiku seketika.
Terdengar kekehan kecil darinya melihat tingkahku yang terus menggenggam tangannya sambil tetap terpejam. “La Belle, mau sampai kapan kau tidur?” aku semakin melebarkan senyum mendengar suaranya yang lembut ditelingaku, memanggilku dengan panggilan sayangnya.
“hem, rasanya aku harus membangunkanmu seperti sleeping beauty” Yang selanjutnya kurasakan adalah sebuah material hangat yang menempel dibibirku dengan lembut.
Aku yang tak menduganya sempat terpaku karena kaget, namun detik selanjutnya aku tersadar dan membalas kecupannya di bibirku dengan lumatan menghanyutkan.
Bibirnya seperti obat mujarab, perasaan yang menggelayutiku sejak semalam terasa terhisap habis seiring hisapannya dibibirku, tubuhku terasa lebih ringan, tanpa kusadari kedua tanganku sudah bergelayut manja dilehernya mengeratkan ciuman kami, mencoba menepiskan jarak yang ada.
Perasaan dukaku hilang seketika aku merasa semuanya baik-baik saja. Sensasi ratusan kepakan sayap kupu-kupu terus bermain diperutku. Aku semakin tenggelam dalam cumbuannya. Bibirnya sudah menjadi candu bagiku, semakin dia memperdalam ciumannya, semakin aku tak ingin melepaskannya. Aku semakin terlarut dalam lumatan-lumatan panjang yang kubuat sendiri.
Namun detik berikutnya aku terkejut dengan aksinya yang menarik bibirnya seketika, melepaskan tautan antara bibir kami yang dalam dan melenakan.
“waeyo?” tanyaku yang langsung membuka mata dan memandangnya yang berada di atasku dengan sorot kecewa.
“hya! Dasar yeoja agresif, mana ada sleeping beauty sepertimu, aku Pangeran yang berniat membangunkanmu dengan cara yang romantis, tapi kau malah menyerangku” protes Siwon Oppa kepadaku yang masih berbaring ditempat tidur, karena menggagalkan adegan romantis kami.
Aku tekekeh melihat wajah cemberutnya. Kemudian aku menarik tengkuknya kembali dengan tanganku yang masih setia bertengger disana, mengecupkan singkat bibirku dibibirnya.
Kutatap wajahnya teduh, kusapukan tanganku diwajah tampannya itu, membelai pipinya dengan lembut. Dia memejamkan mata menikmati belaianku diwajahnya. Posisi dada kami yang saling bersentuhan membuatku dapat merasakan detak jantungnya yang berpacu keras akibat ulah sentuhan tanganku.
Aku tersenyum begitu melihatnya kembali membuka mata. Dia mendekatkan wajahnya kembali ke arahku, kemudian menggesek-gesekkan hidungnya yang panjang dengan hidungku. kelakuannya kali ini membuatku terkikik geli, debaran jantungku ikut meningkat ketika dia mengecup bibirku kembali, kali ini dengan kecupan yang sangat lembut seolah aku dandelion yang mudah pecah.
Aliran darah menuju wajahku meningkat ketika kurasakan tatapan matanya menatapku dalam, memenjarakanku dalam sorot menghipnotisnya. Wajahku semakin bersemu merah merasakan belaian lembut tangannya ikut bermain diwajahku. Perpaduan harum parfum serta tubuhnya yang menggiurkan semakin meracuni sistem kerja otakku saat ini.
“kau sedang ada masalah, eo?” tiba-tiba suaranya memecah keasikanku, dia bertanya padaku tanpa menjauhkan sedikitpun wajahnya dari wajahku yang hanya berjarak beberapa senti hingga aku masih dapat merasakan harum nafasnya menerpa wajahku. Pengendalian diriku mungkin akan runtuh saat ini juga, jika suara dalamnya tak menginterupsiku dari ketertarikan tubuhku akan dirinya.
“tidak, aku baik-baik saja” jawabku jujur dengan suara serak, tatapan khawatirnya semakin terlihat jelas setelah dia mendengar jawabanku. Aku benar-benar berkata jujur, keberadaanya dihadapanku membuatku merasa baik-baik saja. Keberadaannya adalah penawar dari setiap dukaku.
“you’re liar! Matamu sembab” dia menyentuh kelopak mataku. “kau masih memakai bajumu yang kemarin” kemudian menyentuh coat Dolce Gabbana putih gading yang tak sempat kulepaskan semalam. “dan kamarmu berantakan” sambil memutar matanya menatap bagian kamarku yang biasanya tertata rapi.
Aku menahan senyum mendengar kekasihku menyebutkan kondisiku pagi ini. Kemudian aku merasakan tatapan matanya menajam kearahku.
“ada yang kau sembunyikan dariku?” tanyanya lagi dengan nada menyelidik. Posisi wajahnya yang tepat diatasku membuat dia dapat melihat dengan jelas raut wajahku.
Aku menggeleng menjawab pertanyaannya, menandakan bahwa tidak ada masalah apapun yang aku tutupi darinya. Namun tatapan Siwon Oppa yang semakin tajam menyelidik membuatku semakin terdesak. Tatapan menuntutnya itu seolah mengisyaratkan agar aku tak mencoba menutup-nutupi masalah apapun darinya.
“aku memang tak dapat menyembunyikan apapun darimu” aku mendesah kalah. Aku mencoba bangkit dari tidurku. Bagian atas tubuh Siwon Oppa yang berada di atas tubuhku juga ikut bangkit, sehingga kini dia sudah duduk sempurna ditepian ranjang.
“ceritakan!” pintanya padaku sedikit memaksa setelah melihatku duduk rapi sambil menyandarkan bagian belakang tubuhku di kepala tempat tidur.
Aku meraih tangan kirinya, menggenggamnya erat dengan kedua tanganku.
“aku hanya merindukan Mommy dan Dad” ucapku memberikan jawaban kepadanya, tidak sepenuhnya bohong, karena aku memang merindukan kedua orang tuaku saat ini.
Dia menatapku lagi-lagi dengan tatapan yang seolah-olah berbicara, tatapannya itu seolah mengisyaratkan ‘jangan bohong kepadaku’.
“aku sangat merindukan mereka Oppa, aku juga merindukan kakakku” aku melanjutkan kalimatku mencoba menjawab tatapan matanya.
“kau merindukan mereka sampai menangis hingga matamu bengkak seperti ini?” lagi-lagi aku mendengar keraguan dalam pertanyaanya.
“kau taukan, aku bisa berubah menjadi sangat sensitive dan emosional kalau teringat kedua orang tuaku yang sudah meninggal, hingga terkadang aku tak mampu menahan rasa rinduku sendiri, apalagi yang bisa aku lakukan selain menangis” jelasku padanya diakhiri dengan wajah sedihku. “dan aku juga sangat merindukan kakakku” lanjutku lagi semakin sendu.
Siwon Oppa kembali menatap manik mata abu-abuku, kali ini tatapannya melembut terlihat ikut merasakan apa yang aku rasakan, dia kembali membelai pipiku dengan satu tanggannya yang bebas. “baiklah aku mengerti, tapi aku tidak suka melihatmu menangis hingga seperti ini, berjanjilah kepadaku kau tidak akan menangis sendirian, jika kau ingin menangis, menangislah didepanku, kau hanya boleh menangis dalam dekapanku, arasso” ucapnya dengan penuh perhatian. Perkataan Siwon Oppa barusan membuatku merasa sangat tenang, seketika aku merasa terlindungi, aku merasa sangat dicintai.
Kemudian dia menarik tubuhku, memelukku erat dalam dekapan protektif miliknya. Saat ini memang hanya ini yang aku butuhkan. Pelukkan hangatnya begitu menenangkanku, dalam dekapannya adalah tempat teraman bagiku saat ini.
Aku menjengit seketika mengingat nestapa yang kutangisi semalaman, tak ingin moment bahagiaku bersama Siwon Oppa rusak, kutarik kembali dukaku yang tiba-tiba muncul, kumasukkan kedalam laci memori yang tak ingin kubuka untuk saat ini.
Pelukkan Siwon Oppa benar-benar membuatku nyaman, aku semakin menenggelamkan kepalaku didadanya, diam-diam ku hirup wangi tubuhnya yang segar, maskulin dan menenangkan, kombinasi lemon segar, kayu dan bergamot mendominasi hidungku. Aku menyukai harum ini, Giorgio Black Code, aku menyukai harum tubuhnya.
Kunikmati kebahagiaan sederhana ini, keberadaanku dalam dekapannya, tak ingin saat-saat seperti ini berakhir. Namun tiba-tiba sebuah suara menginterupsi kenyamanan kami.
Kriuukk…
Sontak Siwon Oppa melepaskan pelukannya kemudian tertawa sangat keras hingga tubuhnya berguncang mendengar suara perutku yang kelaparan.
“hya Oppa!! Kenapa kau menertawaiku!” protesku dengan kencang sambil menahan rasa marah karena dia menertawaiku dan bisa kujamin wajahku memerah sekarang karena rasa malu yang mendominasi.
“mian.. mian.. kau lapar, eo? Kapan terakhir kali kau makan memangnya?” ucap Siwon Oppa sambil mencoba menahan sisa-sisa tawanya.
“kemarin saat makan siang bersamamu” jawabku ketus karena masih tidak terima dia menertawaiku.
“aigoo.. Kim Raya, sudah seharian kau belum makan, kau bisa sakit nanti” Siwon Oppa langsung menghentikan tawanya.
“aku malas makan!” jawabku seenaknya.
“Hya! Kau tau ini sudah mau jam 2 siang, dan kau belum makan apapun dari kemarin. Aish jinja! kau mau membuatku cemas eo?!” kini nada Siwon Oppa sedikit meninggi mendengar alasan kekanak-kanakkan yang keluar dari bibirku
“Mwo?! Ini jam 2 siang! Oppa kenapa kau ada disini, kau tidak kekantor?” tanyaku yang melenceng dari topik, mengingat ini masih jam kantor tapi dia berkeliaran dirumahku.
“hya! Kau yang membuatku berada disini, kekasih mana yang tak panik menghadapi kenyataan ponsel wanitanya sejak semalam tak bisa dihubungi, kemudian kau tidak ke butik hari ini dan kau juga tidak memberi kabar kepada pegawaimu, aku mencoba menghubungi ponselmu tetap tidak aktif, aku menghubungi nomor rumahmu dan bibi Han mengatakan dia menginap disini karena kau tidak keluar kamar semenjak kemarin sore, menurutmu aku tidak akan panik, eo?!” aku tertegun mendengarkan keluhan Siwon Oppa yang cukup panjang. Semalam aku memang tidak ingat apapun selain dukaku.
“ah… mianhae Oppa, jeongmal mianhae, aku lupa dimana ponselku” aku meminta maaf dengan wajah memelas sambil memeluk pinggangnya agar dia tidak beranjak berdiri.
“hya! Setelah membuatku kesal, panik dan meninggalkan seluruh pekerjaan pentingku, kau hanya bisa minta maaf, aish.. wanita ini!” rutuk Siwon Oppa lagi.
“Oppa, jangan marah eo, apalagi yang harus kulakukan agar kau memaafkanku? Apa ini-?” tanya ku kemudian mengecup pipi kirinya yang berada didepan wajahku.
Dia menatap wajahku dengan tatapan sipitnya “cih… dasar yeoja penggoda”
“biar saja, yang penting kau tidak marah lagi” ucapku riang, Siwon Oppa memutar bola matanya mendengar ucapanku.
“Oppa aku lapar, buatkan makanan untukku ne, jebal eo” lanjutku dengan wajah memelas, kubuat nada suaraku semerana mungkin agar dia mau menuruti kemauanku.
“Aish… mood swingmu sangat menyusahkanku, kau pintar sekali membolak balikkan perasaanku” kali ini Siwon Oppa menyerah kalah sambil beranjak bangun dan melangkahkan kakinya keluar dari kamarku.
“sambil menunggumu membuatkan makanan, aku akan mandi dulu okay” ucapku dengan nada kemenangan sebelum Siwon Oppa membuka pintu kamarku.
“terserah kau saja, Aish… dosa apa yang aku lakukan dimasa lalu sehingga aku bisa jatuh cinta pada wanita manja, sensitive, kekanak-kanakkan, egois, pemaksa dan agresif sepertimu” lagi-lagi Siwon Oppa mengejekku dengan menyebutkan sifat burukku, tapi entah mengapa aku merasakan ada nada kekaguman dalam suaranya. Dari ucapannya aku tau dia mencintaiku.
“I love you too Oppa, aku senang mendengar pujian darimu” ucapku tenang sambil melangkahkan kaki ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.
“oh iya, kau kurang menyebutkan dua lagi kelebihanku, aku cantik dan aku mempunyai kau yang mencintaiku” aku melangkah penuh keyakinan setelah mengucapkan kata-kata itu. Hingga baru kusadari kata-kata terakhir yang aku ucapkan justru memberikan lebih banyak kekuatan pada diriku sendiri.
“Aish! kenapa aku bisa menyerahkan seluruh hidupku pada wanita sepertimu” ucap Siwon Oppa frustasi ketika aku menutup pintu kamar mandi. Sementara aku hanya mampu tersenyum lebar mendengar apa yang dia katakan.
-Trapped in Choi’s Charm-
Selesai mandi aku mengenakan black Chanel Pullover sweater dipadukan dengan short pants berwarna putih, sebelum keluar kamar kupastikan dulu kondisi wajahku didepan cermin.
Dapat kulihat, wajahku terlihat begitu sembab bekas airmata semalam, lingkaran hitam tercetak jelas dibawah mata, wajahku juga terlihat pucat, ditambah rambutku yang kusut, aku terlihat kacau dan berantakan, pantas saja Siwon Oppa terlihat begitu khawatir.
Aku menyerah untuk merapikan rambut kusutku, kuputuskan untuk menggelung dan mengikatnya keatas, menyisakan rambut halus dibeberapa bagian, agar wajah putihku terlihat lebih segar kusapukan sedikit bedak tabur dan pewarna bibir tipis-tipis.
Setelah kurasa penampilanku terlihat cukup rapi dan tak menyeramkan seperti tadi, aku turun menuju dapur, begitu didapur kulihat Siwon Oppa masih berdiri di depan electric stove, ketika aku mendekat kulihat dua piring pasta sudah tersedia di atas breakfast bar.
“apa yang kau masak?” tanyaku sambil mendudukkan diri disalah satu kursi, membuat dia berhenti dari kegiatan yang dilakukannya dan menolehkan kepalanya menatapku.
“Italian linguine Carbonara”
“with extra egg?” tanyaku sambil mengendus sepiring pasta Linguine baru matang yang tersedia dihadapanku, harum keju membuat air liurku membendung.
“as your wish, baby”
“lalu itu apa yang sedang kau buat?” tanyaku penasaran melihat dia yang masih berdiri di depan counter kitchen sambil tangannya sibuk mengaduk sesuatu.
“Cinnamon tea with honey” ucapnya bak chef professional. Kemudian membawa dua cangkir teh yang masih mengepul kehadapanku.
“cha.. minumlah agar perasaanmu lebih tenang” ucapnya sesudah meletakkan salah satu cangkirnya dihadapanku kemudian dia sendiri duduk dikursi kosong disampingku.
“gomawo”
Wangi kayu manis langsung menyeruak dalam hidungku, tak hanya wangi kayu manis ada juga wangi vanila kesukaanku. Harumnya menyenangkan.
“plus vanilla essence as always” tambahnya lagi begitu melihat ekspresiku yang mengenali harum yang sangat kusukai.
Kuraih cangkir yang ada dihadapannya, kuhirup juga aromanya, “punyamu tidak” protesku karena wangi tehnya berbeda dengan teh milikku.
“kau tau aku tidak pernah menyukai selera anehmu terhadap teh” sanggahnya melihat aksi protesku. “sudahlah, cepat makan, aku juga sudah lapar” lanjutnya kemudian mengambil garpu, menyendokkan Linguine pasta ke dalam mulutnya.
Aku memilih diam, menikmati makananku, enak, ini bukan pertama kalinya dia memasakkan makanan untukku, makanan yang dia buat memang tidak pernah mengecewakan, tapi aku tidak pernah memuji masakkannya karena itu akan membuat dia besar kepala.
“bibi Han sudah pulang?” tanyaku padanya sambil terus menikmati hidanganku.
“semua pembantumu sudah pulang, Bibi Han pulang setelah aku datang, aku yang menyuruhnya untuk pulang, kau masih tidak mau mengijinkan semua pembantumu untuk menginap disini?” tanya Siwon Oppa sambil menatapku.
“aku tidak membutuhkan mereka berlama-lama di rumahku” jawabku santai.
“tapi setidaknya biarkanlah Bibi Han tinggal disini untuk menjagamu, jujur saja aku khawatir kau tinggal di rumah sebesar ini seorang diri” nada cemas jelas terdengar dari ucapan Siwon Oppa.
“aku bisa menjaga diriku sendiri, lagipula disini ada Park ajusshi yang menjaga rumah” ucapku tegas, tak ingin didebat.
Siwon Oppa menghembuskan nafasnya cukup keras mendengar ucapanku. “baiklah, terserah kau saja, tapi jangan bertingkah seperti hari ini lagi oke, atau aku akan memerintahkan semua pelayanmu untuk menetap dan tinggal disini” ancamnya tak kalah memaksa. Aku hanya menganggukkan kepala mendengar titahnya.
“kau tidak ke butik hari ini?” tanyanya lagi sambil menyesap air minumnya.
“aku lelah, ingin istirahat saja dirumah”
“kalau begitu hubungilah Cho Ahra, dia juga sangat mencemaskanmu tadi” aku menganggukkan kepala mendengar saran Siwon Oppa untuk menghubungi Ahra Eonnie, teman sekaligus rekan kerjaku.
Selanjutnya kami makan dalam diam, menikmati hidangan kami masing-masing. Sesekali aku menyesap teh ku, agak aneh memang menu makan siang kami saat ini, kombinasi antara pasta dan teh, tak ada yang peduli toh kami menikmatinya.
“bagaimana kalau kita ke Inggris?” tiba-tiba suara Siwon Oppa memecah kesunyian ditengah-tengah prosesi makan siang kami, aku yang sedang mengunyah makananku sempat tersedak dan terbatuk mendengar ide gilanya. Kutenggak air putihku dengan cepat.
“bukankah kau merindukan kakakmu, kita ke London untuk mengunjunginya, sudah hampir setahun kau tidak mengunjunginya-kan. Lalu kita bertiga naik kereta ke Manchester, menjenguk makam Mommy dan Dad, menikmati liburan di pedesaan dataran tinggi Inggris, bukankah menyenangkan” lanjut Siwon Oppa memaparkan rencana indahnya.
Aku ingat terakhir kali aku mengunjungi kakak laki-lakiku adalah disaat kondisiku sedang sangat terpuruk karena pengkhianatannya, dan saat itu pula yang menjadi awal pengkhianatanku. Tapi saat ini rencana yang keluar dari mulut Siwon Oppa terdengar sangat menakjubkan, berlibur di Inggris dengannya, melupakan semua masalah dan bebanku, bukankah itu sangat menggiurkan.
“tak usah berusaha menghiburku Oppa, aku sudah bisa mengatasi perasaanku sendiri” elakku tak ingin terlalu berharap dengan rencana indah yang baru saja diucapkannya, karena aku tau saat ini hal itu adalah hal yang paling tidak mungkin kami lakukan.
Pergi ke Inggris, berlibur disana ditengah kesibukan pekerjaannya yang begitu menggila. It’s just dreaming.
“aku serius” ucapnya lagi.
Aku meletakkan garpu yang kupegang ke atas meja. Ku tegakkan tubuhku, lalu kutolehkan wajahku agar bisa menatap matanya.
“kita memang mungkin bisa pergi ke Inggris saat ini, tapi apakah kau tau apa yang selanjutnya akan terjadi?” Siwon Oppa menggeleng tak mengerti mendengar ucapanku.
“begitu kita sampai di London, kau akan lupa tujuan kita berdua datang kesana. Karena apa?! karena kau akan sibuk dengan ponselmu, kau akan sibuk dengan Iphone padmu, kau akan sibuk dengan panggilan-panggilan penting bisnismu, mengenai masalah proyeklah, investorlah. Lalu apa yang selanjutnya akan terjadi?” tanyaku lagi, dia diam tak menjawab, terlihat sekali dia sedang mencerna kalimatku.
“Yang akan terjadi selanjutnya adalah kita akan bertengkar hebat. Karena kenapa?! Karena aku akan marah besar padamu, yang telah menghancurkan liburanku” ucapku tak sabar padanya, mencoba memprediksikan apa yang akan terjadi disana jika dia tetap memaksakan diri untuk mengajakku pergi ke Inggris saat ini.
Siwon Oppa masih diselimuti diamnya mendengarkan paparanku. “kau benar!” ucapnya singkat sambil menganggukkan kepala setelah memahami semua yang kukatakan.
“jangan selalu menjanjikan hal yang sulit kau kabulkan nantinya” aku mencoba mengingatkannya.
Pasalnya ini bukan pertama kali dia menjanjikan hal-hal seperti ini, tapi lagi-lagi semuanya hanya sekedar janji bila dihadapkan dengan kesibukannya. Dia terdiam setelah mendengar ucapanku, seperti memikirkan sesuatu.
“kali ini aku akan berusaha menepatinya, setelah proyek di Ulsan selesai, aku akan mengajakmu berlibur ke Inggris, I promise” ucap Siwon Oppa sungguh-sungguh seperti berjanji pada dirinya sendiri. Aku tersenyum melihat kesungguhannya.
-Trapped in Choi’s Charm-
Selesai makan siang, Siwon Oppa memutuskan untuk kembali ke kantornya, menyelesaikan tumpukkan pekerjaan yang ia tinggalkan begitu saja karena mengkhawatirkanku.
Ku bereskan sisa-sisa makan siang kami, mengingat Han Ajumma sudah pulang dan baru akan kembali besok pagi. Semua pembantuku memang hanya bekerja di pagi hari untuk menyiapkan keperluanku dan membantu merapikan rumah peninggalan kedua orangtuaku ini.
Selesai membereskan semuanya, aku kembali kekamar untuk mencari ponsel yang entah ku lempar kemana semalam. Berniat untuk menghubungi Ahra Eonnie. Setelah beberapa menit pencarian menyisir seluruh sudut kamar, ponsel itu kutemukan tergeletak di bawah meja rias dengan kondisi mati.
Kunyalakan kembali ponselku. setelah menyala sempurna, masuk beberapa pesan yang sebagian besar berisi panggilan tidak terjawab serta pesan tertulis dari Siwon Oppa yang menanyakan keberadaanku. Dari jumlah panggilan dan pesan-pesannya dapat kupastikan Siwon Oppa begitu mengkhawatirkanku.
Namun, ada satu pesan yang lebih menarik perhatianku, yang membuatku terdiam adalah nama pengirimnya yang sangat kukenal, kutarik nafasku dalam sebelum membuka pesannya.
‘From : tuan Choi’
‘Meskipun aku pacar rahasiamu tapi Aku juga milikmu, dan kau juga milikku’
-to be continue-