Semua mata akan mengarah ke aku ! Menatap aku yang akan memulai sebuah kehidupan baru, menjadi seorang mahasiswi baru pindahan dari Universitas La Sapienza Roma ke Universitas Oxford yang terletak di Wellington Square, Oxford. Aku mengambil jurusan Seni Rupa Kreatif dan Desain. Lahir dan dibesarkan disebuah keluarga dengan tradisi kota Roma yang sangat kental, aku ingin selalu menjelajahi dunia baru tetapi sebagai seorang anak baru, adalah keinginan yang sulit untuk dilakukan apalagi aku seperti seekor burung gereja dalam sebuah sangkar emas di tempat baru ini. Dengan banyak persuasi, aku berhasil keluar dari phobia anak baru. 6 bulan berlalu sejak aku menginjakkan kaki ini di kota yang terkenal akan orang – orang dengan disiplin tinggi. Aku sudah mulai memiliki beberapa teman akrab seperti Anthony, Christopher, Madison dan Emily, sedangkan aku adalah Belli. Aku tinggal bersama keluarga angkat Inggris di luar kampus, hingga suatu hari aku tersadar dari lamunan dan memalingkan kepala, mataku terbelalak sejenak, seorang laki – laki (Ethan) dengan pakaian santai berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Di sinilah awal pertemuan dan perkenalan kami, selanjutnya menjadi dua pasang sahabat yang selalu kemana – mana berdua menghabiskan waktu – waktu terindah.
Selama beberapa waktu berlalu, Ethan menunjukkan buku catatannya dimana ia telah menyimpan photo seorang gadis cantik mengenakan semacam peri gaun dengan banyak desain aneh pada detailnya, tetapi tetap kecantikan tersirat dari wajah gadis itu. Aku tidak begitu terkejut karena begitulah Ethan, favorit dan sahabat banyak gadis – gadis cantik seperti aku. Selama 2 tahun berikutnya aku hanya menghabiskan sebagian besar waktuku di sekolah ini saja sehingga aku kurang begitu mengetahui lagi kehidupan sosialku dimasa lampau, keindahan kota Roma dimana sebagian besar keluargaku masih hidup disana. Kami berdua, aku dan Ethan masih seperti hari – hari biasa kami, beberapa musim, dingin dan gugur juga waktu manis di musim semi, menikmati cuti sekolah, jalan – jalan keliling dunia masih bersama gadis lain selain aku, tetapi tetap menyisakan nuansa indah dalam kenanganku, hingga tiba waktunya untuk menyelesaikan studi, aku berbangga diri bisa menjadi seorang desainer muda. Aku kembali ke kota asalku untuk berkarir dan berpisah dengan Ethan hingga Ibuku menjodohkan aku dengan seorang teman lamanya bernama Michael.
Kembali ke kota Paris. Ethan memang selalu muncul tak terduga. Bersama ratusan model cantik yang menjadi obyek kerja dia setiap hari disalah satu majalah remaja terkenal di kota ini juga, tempat dia berkarir dengan posisi mantap, dia muncul begitu saja dihadapan kami berdua dan tidak bisa dielakkan lagi, terjadi perselisihan kecil. Empat hari berlalu setelah badai yang memalukan telah menampar hati kami di halaman parkir bandara internasional Charles De Gaulle Paris, Ethan menghilang. Dalam ruang hampa ini, aku dengan cepat mengambil keputusan, menelepon Momy di Roma, mengabarkan bahwa aku akan segera menikah dengan Michael.
Setelah pernikahan kami. Tiba – tiba di atas meja kerjaku, sebuah kartu undangan perkawinan tergeletak, membuat aku penasaran karena tidak ada satu pun mereka disekelilingku yang mempunyai rencana bahagia ini. Perlahan dengan seribu rasa penasaran, aku membuka … dalam balutan kasih dan bahagia, kami Ethan Jhonathan & Emily Chris, akan melangsungkan pernikahan, di aula kampus universitas Oxford London (bangunan Fakultas Seni Rupa Kreatif dan Desain).
Penerbangan malam, Paris – London. Aku berangkat sendiri dengan ditemani sebuah ciuman manis dari suami tercinta Michael yang hanya dapat mengantar aku sampai di bandara saja. Sementara pikiranku sibuk membayangkan bagaimana reaksi Emily bertemu aku lagi, sudah hampir sepuluh tahun kami tidak pernah berjumpa sejak acara wisuda terakhir dulu. Aku mendesain beberapa potong gaun pesta cantik untuk dia di pesta pernikahannya, bukan merupakan gaun pengantin tetapi aku merasa dia pasti menyenanginya.