home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Cinta Sebatas Cahaya Pelangi

Cinta Sebatas Cahaya Pelangi

Share:
Author : nilautami73
Published : 02 Sep 2014, Updated : 07 Dec 2014
Cast : Ethan, Belli, Christopher, Madison, Emily, & Michael
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |1096 Views |1 Loves
Cinta Sebatas Cahaya Pelangi
CHAPTER 1 : Cinta Sebatas Cahaya Pelangi

Anda tidak akan pernah mengerti apa yang aku rasakan, seperti masing - masing suami seharusnya bersedia mendengarkan keluh kesah istri mereka saat mereka sedang marah. Dalam keluargaku, kami tidak begitu keras mengatur pernikahan kami karena kami berdua saling mencintai. Kadang - kadang Anda hanya perlu berpikir bahwa Anda dapat mengubah waktu kearah mundur dan melakukan sesuatu dalam cara yang berbeda.

Semua mata akan mengarah ke aku ! Menatap aku yang akan memulai sebuah kehidupan baru. Apalagi postur tubuh tinggi semampai dan wajah imut dengan sepasang mata boneka Barbie, aku akan menjadi seorang mahasiswi baru pindahan dari Universitas La Sapienza Roma ke Universitas Oxford yang terletak di Wellington Square, Oxford. Aku mengambil jurusan Seni Rupa Kreatif dan Desain. Lahir dan dibesarkan disebuah keluarga dengan tradisi kota Roma yang sangat kental. Aku ingin selalu menjelajahi dunia baru tetapi sebagai seorang anak baru, adalah keinginan yang sulit untuk dilakukan apalagi aku seperti seekor burung gereja dalam sebuah sangkar emas di tempat baru ini.

Dengan banyak persuasi, aku berhasil keluar dari phobia anak baru. Gugup tentang kota baru, kuliah baru dan teman baru. Ini sangat melelahkan aku. Ditambah jarak rumah ke kampus menempuh perjalanan kurang lebih 30 jam dengan trem karena tidak ada satu pun di rumah ini yang membantuku walau hanya sekadar mengantar dan jemput, sehingga membuat aku merasa kangen rumah di Roma.

6 bulan berlalu sejak aku menginjakkan kaki ini di kota yang terkenal akan orang – orang dengan disiplin tinggi. Aku sudah mulai memiliki beberapa teman akrab seperti Anthony, Christopher, Madison dan Emily, sedangkan aku adalah Belli. Setiap sore tiba, aku berkemas – kemas untuk segera pulang karena jam pelajaran telah usai.

Ada pengalaman menarik setiap akan pulang ke rumah, aku biasanya mengambil rute trem yang melewati depan asrama perguruan tinggi. Ada beribu orang sepertiku dari mancanegara berjuang, belajar untuk menggapai cita – cita kami setinggi langit.

Pada hari – hari libur, aku tidak ada aktifitas menarik di rumah, aku biasakan diri untuk bangun pagi, mengontak beberapa teman untuk menikmati segarnya udara pagi kota Oxford, dengan lari pagi mengitari taman kota.

Tempat favorit aku untuk sekedar refresh waktu adalah bermain dan berkunjung kesalah seorang teman dekatku Emily yang memilih untuk menggunakan fasilitas asrama perguruan tinggi daripada tinggal di rumah bibinya yang terkenal galak dan cerewet. Emily adalah seorang gadis cantik blasteran Arab dan Asia (Philipina). Beberapa kesan pertama dari aku saat bermain kesini adalah asrama ini seperti sebuah kastil mewah dimana beberapa putri kerajaan dengan nyaman berlindung didalamnya.

Tidak hanya asrama kampus saja, Oxford menawarkan tempat yang aman dan menarik secara keseluruhan sehingga kita akan selalu memiliki semangat tinggi untuk tinggal dan belajar, dengan tidak kekurangan kegiatan untuk bersantai. Puluhan klub mahasiswa/wi dan team olahraga bertemu setiap hari di kampus Oxford International Academy. Direktur Kesiswaan selalu bertanggung jawab untuk mengorganisir klub dan tiap kunjungan sekolah setiap minggunya, mulai dari klub mendaki dan bersepeda hingga klub koran sekolah dan debat. Sebagai tambahan, siswa Oxford International Academy memiliki full access untuk pilihan pelajaran, museum dan seminar yang ditawarkan universitas Oxford. Toko - toko, restoran, kafe dan bioskop sangat mudah dijangkau dari sekolah. Siswa juga dapat menikmati fasilitas dari Universitas Oxford Brooks, hanya berlokasi beberapa menit dengan berjalan kaki dari kampus. Pada akhir minggu, siswa dapat menikmati beberapa pelajaran gratis pilihan disini atau hanya sekedar jalan – jalan naik bus selama satu jam keliling kota London.

Siswa disini, seperti aku dan Emily, mempunyai banyak pilihan untuk menjalani kehidupan kami masing – masing, seperti memiliki pilihan tempat tinggal di asrama kampus bersama rekan - rekan siswa/wi.

Atau tinggal bersama keluarga angkat Inggris di luar kampus. Mereka yang memilih untuk tinggal di asrama akan menikmati fasilitas modern yang lengkap dengan dapur kecil dan kamar mandi yang sama persis seperti disebuah hotel mewah. Pengasuh asrama tinggal di lokasi asrama dan selalu ada 24 jam sehari. Sedangkan mereka yang memilih untuk tinggal di luar kampus akan menikmati suasana kehidupan Inggris sepenuhnya.

Itu adalah kenangan manis hari pertama kuliahku dan aku terlambat untuk menyadarinya karena terlalu menikmati kegugupan dan panik yang selalu bersarang didalam hati. Melihat kembali sekeliling ruang kelasku yang megah dan elegan, seseorang bertanya padaku, “ Apa yang telah Anda lewatkan? ” Tidak banyak, betapa besar perguruan tinggi ini.

Great. Kata – kata dalam hatiku membuat aku tersadar dari lamunan dan memalingkan kepala, mataku terbelalak sejenak, seorang laki – laki dengan pakaian santai berdiri sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.

Kesan pertama aku, pria ini ganteng ! “Hi, namaku Ethan.” Dia memperkenalkan dirinya dan aku menyambut hangat. “Hi, aku Belli.” Disinilah awal pertemuan dan perkenalan kami, selanjutnya menjadi dua pasang sahabat yang selalu kemana – mana berdua menghabiskan waktu – waktu terindah kami.

Pelajaran hari ini berlangsung sedikit membosankan, hampir 50 menit berlalu dengan mata ini sangat berat ingin terpejam selamanya, aku mengantuk sekali. Melihat sebagian besar teman – teman juga memiliki lukisan wajah yang sama dengan aku, sudah bosan sejak kuliah jam pertama. Kuliah selanjutnya adalah lebih untuk torturing mengambil subjek lain dan sebuah sistem tapi sepertinya kami tidak begitu banyak tertarik didalamnya. Selama beberapa waktu berlalu, hari ini kebetulan Ethan dan aku mempunyai kelas yang sama. Ethan sedang sibuk menulis sesuatu dan tersenyum – senyum sendiri. Untuk mengusir jenuh, aku memulai sebuah percakapan, aku bertanya padanya apa yang dia lakukan. Dia menunjukkan buku catatannya dimana ia telah menyimpan photo seorang gadis cantik mengenakan semacam peri gaun dengan banyak desain aneh pada gaunnya, tetapi tetap kecantikan tersirat dari wajah gadis itu.

Aku tidak begitu terkejut karena begitulah Ethan, favorit dan sahabat banyak gadis – gadis cantik seperti aku. “ Tolong buatkan satu gaun cantik untuk gadis ini ? “ Wajah Ethan memelas menatap aku dan aku hanya meringis ……. Membayangkan malam minggu ini seharusnya Ethan berpikir untuk membuat satu gaun cantik buat aku.

Selama 2 tahun berikutnya aku hanya menghabiskan sebagian besar waktuku di sekolah ini saja sehingga aku kurang begitu mengetahui lagi kehidupan sosialku dimasa lampau, keindahan kota Roma dimana sebagian besar keluargaku masih hidup disana. Kami berdua, aku dan Ethan masih seperti hari – hari biasa kami, beberapa musim, dingin dan gugur juga waktu manis di musim semi, menikmati cuti sekolah, jalan – jalan keliling dunia masih bersama gadis lain selain aku, tetapi tetap menyisakan nuansa indah dalam kenanganku.

Tiba waktunya untuk menyelesaikan studi. Diakhir tahun ketiga, aku berhasil lulus dengan predikat memuaskan dan aku bisa sedikit berbangga diri dihadapan keluarga besar, terutama Ayah dan Ibu, aku adalah seorang desainer muda. Setelah menyelesaikan gelar ini, aku berencana kembali ke kota asalku, mungkin disana aku akan mendapat sebuah pekerjaan yang layak. Ethan sendiri masih seperti pertama aku bertemu, ganteng, cuek dan menjadi idola banyak gadis. Masih harus menyelesaikan beberapa pelajaran mungkin sampai dua tahun lagi karena dia menambah satu bidang khusus yaitu photography. Kami memutuskan untuk berpisah sementara waktu.

Seperti pengalaman ini hanya terjadi padaku. Kembali ke keluarga besar di kota Roma, aku mencoba untuk mendapatkan kehidupan sosialku dimasa sekolah dahulu disini seperti halnya ibu yang mencoba untuk menemukan seorang pangeran bagi aku.

Dia menatapku dan tersenyum,“Yes Mom, aku akan mencoba.“ Berusaha terdengar senang untuk beberapa ide gilanya karena meski hubungan kami jarak jauh, Ethan masih rutin berbagi cerita denganku. “ Aku akan berangkat besok, kuharap Momy baik – baik saja disini selama aku mencoba memulai sebuah karir kecil di kota Paris tentunya, aku mendapat sepucuk surat jawaban atas lamaran pekerjaan sebagai seorang desainer disalah satu butik Kristie Kelly Collection.”

Ibu seperti biasa hanya tersenyum, “ Bagaimana perasaanmu ? “ Dia baru saja bangun dari sofa menatapku sebentar lalu berjalan mendekati meja dimana ini adalah waktu tea afternoon kami, secangkir hangat teh hijau Jepang, beberapa macam kue dan roti lezat, diambil satu untukku. “ Pasti menyenangkan. “ Aku membuka selembar kertas kecil yang diselipkan Ibu di tanganku. Tertulis, Michael, alamat dan nomer – nomer yang bisa dihubungi, seorang ahli komputer di perusahaan yang bergerak dibidang jasa perbankkan, di Paris juga, kantornya tidak jauh dari butik tempat aku akan bekerja. Untuk menyenangkan hati beliau, catatan kecil ini aku simpan rapi.

Kota Paris.

Dalam beberapa saat, aku terdiam lalu mengambil tangannya dan memintanya untuk menjelaskan, alasan apa dia mengambil tindakan tersebut. Dengan mata berkaca – kaca marah, dia menjawab, “ Kamu adalah orang bodoh yang seharusnya mati disini. Mengapa kamu tidak bisa mengabarkan atau aku orang pertama yang kamu tulisi kabar berita ini, atau seharusnya kamu kembali ke kota London untuk memulai segalanya dari awal bersamaku dan sekarang, keadaan begitu sulit.” Mencoba untuk mencari tahu ada apa ? “ Aku sangat mencintaimu, tapi kamu adalah perempuan bodoh yang pernah aku kenal dalam hidupku! “ Ini adalah waktuku untuk menumpahkan seluruh air mata ini. Pada kenyataannya, di kota ini aku terlanjur dekat dengan teman ibu, Michael. Dia hanya menciumku di parkir bandara, meski itu bukan tempat terbaik tetapi menjadi tempat yang indah bagi kami berdua yang masih menjalani hubungan ini seperti dua teman baik. Ethan memang selalu muncul tak terduga. Bersama ratusan model cantik yang menjadi obyek kerja dia setiap hari disalah satu majalah remaja terkenal di kota ini juga, tempat dia berkarir dengan posisi mantap, dia muncul begitu saja dihadapan kami berdua dan tidak bisa dielakkan lagi, pertengkaran ini pun terjadi.

Empat hari berlalu setelah badai yang memalukan telah menampar hati kami di halaman parkir bandara internasional Charles De Gaulle Paris, Ethan menghilang. Dalam ruang hampa ini, aku dengan cepat mengambil keputusan, menelepon Momy di Roma, mengabarkan bahwa aku akan segera menikah dengan Michael.

Kami berencana akan melangsungkan pernikahan 3 bulan lagi. Ternyata kami saling mencintai. Benar - benar bodoh, aku berusaha keras untuk mengingat hari -hari indah tetapi singkat yang telah kami lalui bersama dan membuat kami berdua tertawa.  

Menjelang bulan ketiga pernikahan kami, aku sudah menyiapkan segalanya, tentu dibantu keluarga dan Michael tercinta. Hadiah terindah yang pernah aku dapatkan disepanjang hidupku adalah sebuah gaun pengantin rancangan managerku sendiri dan merupakan produk terbaru dari kain, desain maupun asesoris, Kristie Kelly Collection, dalam siluet putih bernuansa merah muda, hmmmmmmm aku membayangkan, betapa cantiknya diriku berdiri di altar pengantin dengan Michael disebelahku, menggenggam erat tangan kananku lalu bersama – sama mengikat janji sehidup – semati.

Setelah pernikahan kami.

Sudah 2 tahun kami telah menikah. Tiba – tiba di atas meja kerjaku, sebuah kartu undangan perkawinan tergeletak, membuat aku penasaran karena tidak ada satu pun mereka disekelilingku yang mempunyai rencana bahagia ini. Perlahan dengan seribu rasa penasaran, aku membuka … dalam balutan kasih dan bahagia, kami Ethan Jhonathan & Emily Chris, akan melangsungkan pernikahan, di aula kampus universitas Oxford London (bangunan Fakultas Seni Rupa Kreatif dan Desain).

Kami memiliki sejuta argumen sehingga air mataku jatuh lagi dan ada banyak celah untuk menyudutkan dan menuduh aku bahwa aku tidak pernah bisa mengerti, dan tidak pernah bisa keluar dari lingkaran masa lalu. Mungkin itu benar. Michael tidak mau bersama aku datang ke pesta pernikahan Ethan bersama salah seorang teman wanita terbaikku dulu, waktu kami sama – sama kuliah di London. Mungkin memang benar aku tidak pernah mengerti dirinya. Dia datang tepat saat aku membutuhkan seseorang lain untuk segera mengisi kekosongan hatiku waktu itu, dan mampu membeli sisi lain hidupku dimana aku dengan ringan meletakkan kepalaku di bahunya. Aku telah merasakan cinta dengan dia tiga kali, sekali di London, kedua di Roma dan ketiga sekarang.

Penerbangan malam, Paris – London. Aku berangkat sendiri dengan ditemani sebuah ciuman manis dari suami tercinta Michael yang hanya dapat mengantar aku sampai di bandara saja. Sementara pikiranku sibuk membayangkan bagaimana reaksi Emily bertemu aku lagi, sudah hampir sepuluh tahun kami tidak pernah berjumpa sejak acara wisuda terakhir dulu. Aku mendesain beberapa potong gaun pesta cantik untuk dia di pesta pernikahannya, bukan merupakan gaun pengantin tetapi aku merasa dia pasti menyenanginya.    

   

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK