home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Chajatta (Aku Menemukanmu)

Chajatta (Aku Menemukanmu)

Share:
Author : natadecocoo
Published : 20 Aug 2014, Updated : 26 Jan 2016
Cast : DO Kyungsoo, Park Minhye (OC), Xi Luhan, Lee Hyena (OC),INFINITE,EXO
Tags :
Status : Complete
2 Subscribes |19751 Views |4 Loves
Chajatta (Aku Menemukanmu)
CHAPTER 9 : H-4

Sheet 9: H-4

 


Trauma itu kembali menyerang Kyungsoo, sementara Festival Band tinggal 4 hari lagi… Apakah Minhye bisa mengatasinya?


                Terakhir kali, Kyungsoo mendengar Minhye sedang menguap. Tapi, kini, ia merasakan ada suatu beban di bahunya. Memberanikan diri, Kyungsoo menengok apa gerangan beban yang berada di pundak sebelah kirinya itu dan matanya langusng membulat begitu menyadari bahwa beban tsb adalah kepala Minhye.

                Ia mengerjapkan matanya berulang kali hanya untuk melihat pemandangan yang sama. Minhye menyandarkan kepalanya di bahu Kyungsoo sambil memejamkan mata.  Kyungsoo mulai salah tingkah. Ia tiba-tiba merasakan seluruh tubuhnya terasa panas. Kini tangannya bergerak, akan membangunkan yeoja yang tertidur di bahunya tersebut, tapi geraknya terhenti ketika melihat wajah menentramkan itu dari wajahnya. Wajah tidur Minhye yang menentramkan berhasil mencegah Kyungsoo untuk membangunkannya dan mengarahkan tangan Kyungsoo ke arah lain. Ke arah tengkuknya.

                Entah arwah apa yang baru saja menyambarnya, Kyungsoo tidak sadar mengembangkan sebuah senyuman tipis. Apalagi setelah mengingat semua yang telah mereka lakukan hari ini. Hari dimana hubungan mereka dapat berkembang begitu cepat.

                Memang benar kata orang, butuh waktu beberapa detik saja untuk jatuh cinta dan butuh waktu berabad-abad untuk melupakannya, tapi Kyungsoo masih bingung. Ia bingung akan semua perasaan itu. Cinta? atau karena ia lama tidak sedekat ini dengan yeoja? Dua tahun sudah ia tidak dekat dengan yeoja dan ia mengalami pengalaman pahit dengan makhluk bernama perempuan.

                Senyum tipis Kyungsoo kini berkembang menjadi sebuah tawa kecil. Saat ia mengingat betapa beberapa menit yang lalu, Minhye dapat begitu lepasnya menceritakan asal-usul EXOFINITE, keseharian EXOFINITE hingga betapa ia menyukai sepatu kets bermerk N*KE. Ia bahkan menceritakan mengenai siapa perintis sepatu itu dan model yang sedang ngetrend.

                Baginya, yeoja yang sedang merebahkan kepalanya ke bahunya itu berbeda dari yeoja lain. Di saat yeoja lain sedang memolek wajah mereka, menghabiskan uang mereka untuk bersenang-senang dan mengubah wajah mereka dengan sesuatu bernama operasi plastik, yeoja di sampingnya ini malah sedang terobsesi dengan festival band dan sepatu kets.

                “Ya, seharusnya kamu menyukai sepatu heels, flat dan semacamnya mengapa malah sepatu kets..” gumam Kyungsoo sambil melihat ke arah Minhye seolah-olah Minhye masih tersadar.

                Dilihatnya langit malam yang masih terhiasi bintang sambil menunggu sunbaenimnya yang tak kunjung datang meskipun jam tangan di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 21.10.

                “Bwoya?! Ya, sedang apa kalian?” suara itu memecah setiap lamunan Kyungsoo dan kini, wajahnya tampak panik karena adik dari sumber suara tsb masih menyenderkan kepalanya ke bahunya.

                Chanyeol melangkah mendekat. Diikuti oleh Dongwoo dan Sungyeol.

                “Omo..Jadi, gosip tentang kalian berdua berpacaran benar adanya?” goda Sungyeol, menaikkan salah satu alisnya.

                “A-a-aani..Sunbaenim..A-aku--” Kyungsoo berusaha menyangkal tapi terpotong oleh ucapan Chanyeol.

                “Benarkah? Ada gosip semacam itu?” tanya Chanyeol kepada Sungyeol. Sungyeol mengangguk dan kini dapat dilihat Kyungsoo wajah Chanyeol yang berbinar-binar. Mimik wajahnya berubah, seolah sedang memperagakan seseorang yang terharu saking senangnya. “Kyungsoo-yaa..Jaga yeo-dongsaengku baik-baik nae? Akhirnya kamu bisa membuat Minhye menjadi yeoja pada umumnya..” Chanyeol mendramatisir semuanya sambil menggeleng-geleng dan membuat gerakan yang tidak perlu.

                Sementara di sisi lain, Dongwoo dan Sungyeol tak mengacuhkan pentas drama solo yang Chanyeol buat dan mencoba membangunkan Minhye.

                “Minhye-a..Minhye-a..Ireona..”

                Diguncang-guncang oleh mereka bahu Minhye tapi Minhye hanya mendesah lalu kembali tidur tanpa membuka matanya sama sekali.

                “Ya, Park Chanyeol. Bisakah kau bangunkan adikmu ini?” kesal Sungyeol yang tak kunjung bisa membangunkan Minhye. Chanyeol mengalihkan perhatiannya dari Kyungsoo lalu memandang Minhye yang memang masih bergeming meskipun Sungyeol dan Dongwoo telah memberikan usaha mati-matian mereka.

                Oppa dari Minhye ini kemudian melangkah mendekat ke arah Minhye dan membisikkan sesuatu di telinganya.

                “Minhye-a, Ireona. Hari ini ada diskon sepatu N*KE.” Bisik Chanyeol, yang meskipun Chanyeol menganggapnya sebuah bisikan,Dongwoo,Sungyeol dan Kyungsoo masih bisa mendengarnya.

                Tak lama setelahnya, mata Minhye membuka penuh, mengangkat kepalanya dan ia dengan segera bangkit dari duduknya. Wajahnya tampak begitu antusias dibarengi oleh celingukan kepalanya ke segala arah. Tak lama, kesadarannya pun mulai kembali memasuki raganya. Ia baru saja menyadari bahwa ia ditipu oleh oppanya. Sementara Dongwoo, Sungyeol dan Kyungsoo hanya bisa membentuk mulut mereka dalam huruf o, terlalu bingung dengan Minhye yang begitu mudahnya dibangunkan oleh sebuah bisikan tawaran menggiurkan diskon sepatu.

                “Bwoya?! Chanyeol oppa!!” geram Minhye dan kini ia mulai melangkah, menyerbu Chanyeol dengan jurusnya; menendang.

                “Mati kau!” teriaknya, ketika Chanyeol dengan gesitnya dapat menghindari serangan Minhye. Sebenarnya serangan tendangan kaki Minhye sangat akurat dan jika mengenai kaki targetnya, percayalah, sangat sakit tapi Chanyeol sudah terbiasa dengan serangan yang yeo-dongsaengnya luncurkan sehingga ia dapat dengan mudah menghindarinya.

                Dongwoo, Sungyeol dan Kyungsoo yang berada di sana, menonton sebuah adegan ‘kemesraan’ hubungan kakak adik hanya bisa tertawa.

 

                Setelah melahap ayam serta snack yang Chanyeol bawa, mereka berlatih lagi. Kyungsoo mulai menyisipkan adlibnya ke dalam lagu, Chanyeol mulai meningkatkan kemampuan bergitarnya dan Minhye sepertinya masih off di beberapa nada. Untung saja ruangan studi kedap suara sehingga mereka bisa berlatih tanpa perlu mengganggu lingkungan sekitar. Toh, sekolah mereka juga lumayan luas sehingga suara yang sedikit terpendar keluar akan termakan oleh luasnya udara yang berada di sekolah.

                “Kyungsoo-ya..Cuma perasaanku saja atau memang suaramu sedikit bergetar ketika bernyanyi?” tanya Chanyeol penasaran.

                “Nae, Kyungsoo-ya. Apa kamu sedang ada masalah pada tenggorokanmu?” Sungyeol ikut bertanya.

                Kyungsoo bergeming. Wajahnya tampak begitu pucat dan bibirnya berubah menjadi keputihan. “A-ani sunbaenim. Aku baik-baik saja. Mungkin karena ini masih latihan pertama..” jawabnya pelan.

                Yang lain kemudian mengangguk mengerti mekipun mereka sepenuhnya belum puas dengan jawaban dari Kyungsoo.

                “Baiklah, lebih baik kita latihan lagi agar suaramu tidak bergetar lagi.” kini, Dongwoo berujar, menancapkan kembali kabel bass yang telah ia cabut beberapa menit yang lalu.

                Merka kemudian berlatih lagi. dimulai dari intro rock lalu melambat dan semakin mendayu-dayu menjadi musik ballad pop. Dan di saat musik menjadi ballad pop itulah Kyungsoo memulai perannya dengan diawali oleh humming khasnya. Kemudian musik kembali menjadi rock lalu melambat lagi menjadi pop dan ballad. Dan begitulah seterusnya. Mereka terus berlatih hingga Chanyeol mengangkat tangannya, menandakan untuk berhenti.

                “Cukup. Sudah pukul 23.45. Kalian ingin lanjut berlatih atau berhenti?” tanya Chanyeol sembari melihat ke arah anggotanya satu per satu.

                “Berhenti oppa. Kita butuh tidur. Apa oppa pikir kita bisa mengikuti festival band tubuh kita tidak sehat?” Minhye berkacak pinggang. Sesaat, ia tersadar bahwa ia baru saja mengutip kalimat seseorang. Wajahnya mulai panik dan ditengoknya Kyungsoo yang kini sedang memandangnya sambil terkekeh kecil.

                Minhye menjadi salah tingkah. Ia baru saja mengutip kalimat Kyungsoo ketika dirinya pingsan di UKS. Dan dirinya menjadi berpuluh-puluh kali lipat lebih malu ketika ia menyadari bahwa Kyungsoo terkekeh kecil karena menyadari kalimatnya dikutip oleh dirinya.

                “Ya, sejak kapan yeo-dongsaengku menjadi sebijaksana ini..” goda Chanyeol sambil menyadari ada sebuah interaksi di antara Kyungsoo dan Minhye. “Baiklah, cukup sampai di sini dulu. Besok kita latihan lagi nae?”

                Layaknya sekumpulan anak SD, semuanya menjawab “Nae” dengan sangat kompak.

                Semuanya menyambar selimut yang Chanyeol bawakan dan mengambil tas mereka sebagai bantal. Oh, tentu saja Chanyeol juga membawa tikar. Jadi, para namja tidur di atas gelaran tikar sementara Minhye tidur di atas sofa yang hanya ada satu-satunya di ruangan tsb.

               

                Tengah malam telah berlalu. Kini semuanya telah tertidur kecuali Minhye yang masih gusar di tempatnya.

                Ia ingin buang air kecil.

                Tapi, ia tidak berani untuk keluar sendiri sehingga dari tadi ia menahannya. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri mengapa tadi waktu oppanya masih terjaga ia tidak merasakan ingin buang air kecil sementara sekarang ini iya.

                Ingin sekali ia membangunkan oppa-oppanya tetapi niatnya itu terhenti karena ia iba dengan oppa-oppanya. Sekolah selama seharian penuh, latihan band, les,mengambil selimut, beli makanan lalu kembali berlatih band. Itu semua pasti sangat melelahkan.

                Pemikiran itulah yang membuat Minhye memutuskan untuk membangunkan Kyungsoo saja.

                “Kyungsoo-ya..” dipanggilnya pelan, agar oppanya tidak terbangun. “Do Kyungsoo..” kini diguncangnya bagu milik Kyungsoo.

                Awalnya Kyungsoo bergeming, namun kini tampak di mata Minhye, Kyungsoo membalikkan badannya. “Bwo..?” tanyanya malas dengan mata setengah tertutup.

                “Bisakah kau temani aku ke kamar kecil?” pinta Minhye dengan wajah penuh memelas.

                “Ya. Bukankah beberapa jam yang lalu kamu sudah ke kamar kecil?” tanya Kyungsoo, mulai benar-benar membuka matanya.

                “Ya! Tadi itu aku tidak buang air kec...cil..” awalnya Minhye mengatakannya dengan penuh tenaga tapi kemudian kalimatnya melamban dan dengan spontan ia menutup mulutnya. “Ah sudahlah, bisakah kamu temani aku?”

               

                “Do Kyungsoo. Jangan pergi dari sana, arrasso? Aku mendengar bahwa di malam hari toilet sekolah ini sangatlah angker.” Teriak Minhye dari dalam kubikel kamar mandi. Sementara Kyungsoo sendiri sedang menyandarkan tubuhnya dari luar kubikel sebelah kubikel yang Minhye tempati.

                “Bwoya..Ternyata kamu bisa takut juga.” Kyungsoo terkekeh kecil.

                “Bugh!!” terdengar suara dentaman keras di pintu kubikel milik Minhye yang ternyata suara tendangan Minhye karena kesal. “Diamlah!”

                Minhye sudah terbiasa dianggap tomboy, boy-ish atau yeoja semi namja oleh orang lain tapi baru kali ini ia marah dianggap seperti itu. Konyol memang, dan Minhye tidak tahu sejak kapan ia ingin dianggap perempuan seperti layaknya perempuan lainnya oleh seseorang.

                Satu menit telah berlalu, kini Minhye menggunakan kembali roknya. “Kyungsoo-ya. Kamu masih di sana, bukan? Ya bicaralah! Jangan buat keheningan seperti ini!” teriaknya.

                “Bwoya? Tadi kau menyuruhku untuk diam..” gumam Kyungsoo dari luar.

                “Paboya?! Aku menyuruhmu untuk berhenti mengejekku bukan untuk diam seperti ini.”


                “Aigoo..Apa kamu begitu takut dengan hantu?”

                Kini, Minhye mulai membuka pintu kamar mandi dan keluar dari kubikel. Ia langusng melangkah menuju Kyungsoo yang masih bersandar pada kubikel  sebelah. “Tentu saja. Chanyeol oppa sering memutar film horror dan mereka tampak menakutkan.” Jawab Minhye sambil bergidik ngeri.

                “Bwoya? Hanya di film saja, kan?” jawab Kyungsoo “Belum ada kasus manusia dibunuh hantu, kan?” lanjut Kyungsoo sambil menatap ke Minhye. Minhye membalas tatapannya dengan wajah bingung.”Mereka hanya termakan dan terbunuh oleh ketakutan mereka sendiri. Sampai sekarang jelas-jelas belum ada bukti nyata pembunuhan manusia oleh hantu.”

                Minhye terdiam sejenak, tertegun oleh ucapan Kyungsoo. Apa dia mendapatkan semua kata-kata seperti itu dari buku yang ia baca? Mengapa ia bocah seumuran dia sudah bisa mengeluarkan kalimat sebijak ini?

                Tak sadar, Minhye bertepuk tangan sambil tersenyum manis. “Daebak. Kamu benar Kyungsoo-ya.”  Kini, ia melangkah ceria dengan langkah ringannya. “Rasa takutku menjadi sedikit berkurang berkat kamu.” Lanjut Minhye, menengok ke arah Kyungsoo sambil menunjukkan senyum yang bagi Kyungsoo manisnya seperti madu dicampur gula itu. Sangat sangat manis.

                Rasa bergejolak itu datang lagi dari dalam tubuh Kyungsoo. Ia menunduk ke lantai, menyembunyikan wajah memerahnya.

                “Awalnya aku kira kamu tidak takut hantu karena wajahmu lebih menakutkan daripada hantu. Malah hantu yang akan takut denganmu” Canda Minhye, diikuti oleh sebuah kekehan kecil. Kyungsoo mendongak dan ikut terkekeh. “Bwoya? Ya, kamu berani denganku?” Kyungsoo mengangkat tangannya, berpura-pura akan memukul Minhye yang kini menjulurkan lidahnya.”Mehrong!” Minhye kemudian berlari dan berusaha menghindari serangan yang akan Kyungsoo luncurkan.

               

                Sampai di studio, Kyungsoo dan Minhye kembali ke ‘tempat tidur’ mereka. Kyungsoo kembali merebahkan tubuhnya di samping Sungyeol sementara Minhye kembali ke sofa.

                Beberapa menit telah berlalu. Tapi, siapa tahu bahwa kedua insan manusia itu tak kunjung menuju dunia mimpi mereka, masih tenggelam dalam dunia mereka masing-masing.  Sebenarnya, secara tak langsung, Kyungsoo dan Minhye tidur bersebelahan. Hanya saja, Minhye berada di atas sofa sementara Kyungsoo berada di tikar di dekat sofa Minhye berada.

                “Gomawo Kyungsoo-ya.” Bisik Minhye ke telinga Kyungsoo yang bagi Minhye menurut Minhye telah tertidur karena Kyungsoo telah memejamkan matanya.

                Sedikitpun Minhye tidak tahu bahwa Kyungsoo masih terjaga dan saat ini, sesuatu di dalamnya kembali bergejolak ketika mendengar bisikan lembut dari Minhye.

                Bisa dibilang karena bisikan itu juga Kyungsoo belum dapat memejamkan matanya sementara Minhye sudah terlelap.

 

                Menit berganti menit, jam berganti jam dan hari berganti hari. Cahaya surya di pagi hari menembus sebuah ventilasi kecil studio yang mereka tempati, satu per satu, membangunkan tidur nyenyak mereka. Membangunkan sukma dan raga mereka yang sepertinya belum enggan untuk terbangun.

                Lenguhan terdengar dari mana-mana. Tiga namja yang tertidur lebih dahulu kini juga terbangun lebih dahulu.  Perlahan, mereka buka penuh mata mereka.

                “Bwoya?! Ada apa ini?” Chanyeol terkaget ketika melihat suatu pemandangan di depan matanya.

                “Ya, kalian sedang apa? Minhye-a, bangun!” Kini, Chanyeol mulai melangkah ke arah Minhye yang kini tidak lagi berada di sofa, melainkan berada di tikar.

                Teringat akan isu mengenai Minhye dan Kyungsoo berpacaran yang masih ia belum ketahui jelas kepastiannya, Chanyeol mulai panik. “Ya, apa kalian melakukan sesuatu kemarin malam? Minhye-a, ireona!!!”

                Minhye hanya melenguh. Tapi, sepertinya teriakan oppanya yang berulang kali terlampau mengganggu kedamaian tidurnya hingga ia mulai membuka matanya pelan. Dan..hal pertama yang ia lihat adalah wajah tidur milik Kyungsoo.

                Ketika kesadarannya mulai penuh mengisi tubunya, Minhye terlonjak dan ia segera bangkit dari posisi tertidurnya.

                Lalu berteriak. “YAA! Kenapa kamu di sini?!!”

                Hal itu sukses membangunkan Kyungsoo. Kini, dilihatnya Minhye sedang panik di tempatnya, lari-lari kecil. “Eungh..Minhye-a, ada apa?” tanyanya sambil mengucek-ucek matanya pelan.

                “Ada apa kamu bilang? Kamu tidur di sebelahku!!” Minhye kembali berteriak.

                “Bwoya? Bukankah kamu yang tertidur di sebelahnya?” tanya Dongwoo sambil mengerjapkan matanya yang masih bengkak.

                Minhye menatap ke tempat ia tidur tadi dan tersadar bahwa seharusnya ia tertidur di sofa.

                “Aish..Kalian ini. Bisakah menunggu sampai lulus jika mau melakukan itu?” sahut Sungyeol yang berada di samping Kyungsoo.

                “Melakukan itu?!” teriak Kyungsoo dan Minhye secara bersamaan.

                “S-sunbaenim..Ini semua pasti sebuah kesalahpahaman..”

                “Oppa, geuge aniyo! Kami tidak melakukan apa-apa, jinjjha!”

                “Awalnya Minhye memang benar-benar berada di sofa sana ,aku melihatnya sudah  tertidur..”

                “Aku juga melihatnya, Kyungsoo tidur lebih dahulu tadi malam..”

                Jeleggar! Minhye dan Kyungsoo saling melihat satu sama lain. Bagaimana pernyataan mereka bisa berkebalikan? Sebenarnya siapa yang tertidur lebih dahulu? Minhye atau Kyungsoo? Minhye mengatakan Kyungsoo sementara Kyungsoo berkata sebaliknya. Hal itu membuat mereka bingung dan berpikir bahwa Minhye dan Kyungsoo sedang berusaha berbohong.

                “Bwoya? Ya, bukankah kamu tertidur lebih dahulu?”

                “...” Kyungsoo diam.

                “Aku..terbangun lagi.” Kyungsoo akhirnya beralasan. Menemukan alasan yang logis.

                Minhye tidak mendengarkan ucapan Kyungsoo. Kini, ia mengobrak-abrik rambutnya sendiri frustasi. Jadi..ia dengar aku berbisik kepadanya tadi malam? Aaaakh itulah yang Minhye pikirkan.

                Sementara Kyungsoo masih malu sendiri mengingat Minhye tertidur di sebelahnya.

                Minhye meraba-raba tubuhnya, memastikan bahwa pakaian dalamnya masih di sana atau tidak. Dan mendapatkan jawaban bahwa pakaiannya masih ia pakai. Kemudian ia melihat ke arah sekitar, untuk mengecek apakah ada benda asing seperti ‘permen karet’ atau tidak dan matanya melaporkan bahwa tidak ada benda yang ia maksudkan di dalam studio.

                Lali, ia picingkan matanya ke arah Kyungsoo. Dilihatnya bajunya masih melekat di tubuhnya. Serta wajah tulus dan polos itu...membuat Minhye bergeleng-geleng dan menghembuskan nafasnya berat.

                “Hah. Mianhae Kyungsoo-ah. Gerakku banyak ketika tidur jadi mungkin aku terguling tadi malam waktu tidur.”

                “Apa kamu yakin karena itu?” Chanyeol kini berada di depannya.

                “Oppa, aku berani bersumpah!” jawab Minhye sambil mengacungkan kedua jarinya. Lalu, ia menengok ke arah Kyungsoo “Ya, Do Kyungsoo! Tadi malam kau tidak macam-macam padaku kan?”

                “Aniyo..Aku tidak semudah itu melakukannya ke sembarang yeoja..” balas Kyungsoo kalem. Seperti itulah Kyungsoo, jika ia merasa bahwa ia tidak melakukan apapun, mengapa harus panik?

                “YA! Apa maksudmu dengan sembarang yeoja? Apa kamu pikir aku yeoja sembarang?” teriak Minhye, sambil melaserkan tatapan mematikannya ke arah Kyungsoo.

                “Aish..Bukan itu maksudku..Hanya saja, aku hanya akan melakukannya setelah menikah saja.”

                Pertengkaran yang Minhye dan Kyungsoo lakukan sepertinya tidak akan ada ujungnya. Chanyeol, Sungyeol dan Dongwoo yang tadinya menaruh curiga kini menghilangkan pemikiran kotor mereka dan mengambil kesimpulan bahwa Minhye terguling dari sofa secara tidak sengaja. Sementara Kyungsoo dan Minhye, mereka masih menyalahkan satu sama lain. Berebut sesuatu yang tidak pasti.

                Chanyeol kini melipat selimut dan memasukkannya ke sebuah tas besar. “Kajja, kita akan pulang sekarang.”

                “Ya, oppa! Urusanku dengan Kyungsoo belum selesai. Do Kyungsoo! Kamu benar-benar tidak memanfaatkan situasi aku terguling dari sofa bukan? Kamu tidak menyentuhku macam-macam bukan?”

                “Sudah kubilang, aku tidak semudah itu mau menyentuh yeoja..”

                “YA! Apa itu berarti bahwa aku tidak seberharga itu untuk disentuh? YA Berani sekali kau..”

                Bagi Minhye, saat ini, semua jawaban Kyungsoo terasa salah. Meskipun ia menyadari bahwa ini semua kesalahan Minhye.

                Setelah memutar bola matanya, Chanyeol bergerak menuju dongsaengnya dan melingkarkan lengannya ke leher milik Minhye.

                “Geumanhae..Kyungsoo tidak melakukan apa-apa. Kamu sudah menginvestigasinya selama lebih dari setengah jam.”

                Minhye mendesah panjang. “Baiklah..Kali ini, aku memaafkanmu.”

 

                “Aman!” bisik Chanyeol ketika melihat sang satpam tidak berada di manapun. Kini, mereka sedang mengendap-endap untuk keluar dari sekolah. Sungyeol,Dongwoo,Kyungsoo dan Minhye yang  bersembunyi agak jauh dari Chanyeol kini melangkah keluar dari persembunyian mereka dan berlari menuju gerbang, mengikuti gerak lari Chanyeol.

                Sehingga sampailah mereka sekarang ke luar gedung sekolah. “Aah..Seperti di film action saja.” ujar Sungyeol sambil mengelus-elus dadanya.

                Saat ini, mereka sedang megatur nafas mereka yang tidak teratur.

                “Oppa, motor kalian dimana?” tanya Minhye yang masih terengah-engah.

                “Aku titipkan ke rumah Sungyeol. Rumahnya lah yang paling dekat dari sini. Enak sekali dia bisa berangkat mepet setiap pagi.” Jawab chanyeol sambil melirik ke arah Sungyeol.

                “Karena sekarang hari libur, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke suatu tempat?” ajak Chanyeol dengan wajah ceria.

 

                Karena tempat yang Chanyeol maksud hanya beberapa ratus meter dari sekolah, mereka akhirnya memutuskan untuk jalan kaki. Sekalian menikmati segarnya udara pagi.

                Tanpa mereka sadari, seseorang sedang mengamati mereka. Seseorang yang sedang duduk di sebuah motor sport berwarna hijau.

                “Luhan-ya.Aku melihat EXOFINITE pagi ini.” Ia membuka helmnya. “Mereka sedang berada di depan gedung SW. Dan mereka sedang bersama seseorang.”

                “Seseorang? Nugu?” tanya Luhan dari ujung telpon.

                “Teman lamamu. Masih ingat Do Kyungsoo?” Kai menaikkan salah satu sudut bibirnya.

                “...” Diam. Kai sudah bisa menduga Luhan akan shock mendengar kabar ini.

                “Luhan-ya..Aku khawatir, dia bisa saja vokalis baru EXOFINITE.”

                ‘tet tot tet tot’ Panggilan terputus begitu saja.

 

                Setelah berjalan sekitar lima belas menit, mereka akhirnya tiba di suatu gedung yang besar dan menjulang tinggi. Sekitar 10 meter dari tanah, terpampang dengan indah suatu tulisan “SW”

                Wajah mereka berubah menjadi serius. Mengingat, keinginan mereka untuk menang begitu besar tahun ini. bagaimana tidak? Penyelenggara festival band kali ini diadakan oleh SW dan berada di SW, salah satu manajemen musik terbesar di Korea Selatan.

                Mereka lalu masuk dan melenggang menuju ke suatu ruangan besar. Dimana, ada satu panggung besar di dalamnya. Dan tanpa mereka sadari pula, seseorang daritadi sedang mengikuti mereka.

                “Inilah panggung kita besok.” Ucap Chanyeol sambil menghembuskan nafas. Bagaimanapun juga, ia sedikit nervous mengingat band yang ia pimpin akan unjuk gigi di sana.

                “Bersiap-siaplah.” Chanyeol mendekati anggota EXOFINITE satu per satu lalu memegang bahu mereka. “Terutama, kamu Kyungsoo-ya. Aku bersyukur akhirnya kami menemukanmu sebagai vokalis pengganti.” Lanjtu Chanyeol yang kini melihat ke arah Kyungsoo yang sedang memaksakan sebuah senyum.

                Minhye mengamati wajah oppa-oppanya dan didapatinya senyum mengembang di wajah mereka. Wajah penuh kesiapan. Senyum juga terkembang di wajah Minhye. Tapi ketika ia menengok ke arah Kyungsoo, ia mendapatkan wajah yang lain. Wajah yang pucat dan penuh ketakutan. Tatapan matanya tampak bagai sembilu, menatap sesuatu dengan begitu dalam. Meskipun samar, bibirnya tampak bergetar. Keringat sebiji janggung tampak mengalir dari pelipisnya. Apakah Kyungsoo baik-baik saja?Apa dia senervous itu? Batin Minhye.

                Ketika ia akan menanyakan Kyungsoo apakah ia baik-baik saja, Kyungsoo mengucapkan sesuatu terlebih dahulu.

                “Sunbaenim..Aku akan ke kamar kecil sebentar.” Pamitnya

                “Ya, Kyungsoo-ya. Apa kamu tahu dimana letak kamar kecilnya?” tanya Dongwoo.

                “Nae. Aku hafal dengan denah bangunan ini, sunbaenim.”

                “Baiklah.”

                Dengan itu, Kyungsoo melesat keluar dari ruangan besar itu dan melangkah menuju kamar kecil yang memang ia tahu dimana letaknya.

 

                Kyungsoo membenamkan kepalanya ke wastafel. Rasa mual itu datang lagi. Setiap kali ia melihat panggung itu, peristiwa dua tahun yang lalu kembali terputar di kepalanya. Kejadian yang sebenarnya tidak ingin ia ingat-ingat, kini terputar lagi di kepalanya. Wajah orang-orang itu..kembali membuat dada Kyungsoo sesak.

                Kepala manusia memang ajaib. Kenangan yang tidak ingin diingat oleh kepala terputar begitu saja meskipun sang pemiliknya tidak ingin hal itu terjadi. Berbeda sekali dengan sebuah komputer, yang hanya akan membuka ‘file’ jika kita menginginkannya. Membukanya,menutupnya bahkan menghapusnya. Hidup manusia akan terasa mudah bukan jika otak mereka bisa bekerja layaknya sebuah komputer. Tapi sayangnya tidak.

                Kyungsoo membasuh wajahnya dengan ari yang mengalir, tapi itu tidak mengubah apapun. Rasa mual itu datang lagi dan lagi.

                Kini ia terengah-engah dan menunggu hingga rasa mual itu hilang.

                “Aarrgh!” teriaknya sambil meninju kepalan tangannya ke tembok di samping wastafel.

                Luhan yang masih berada di sofa warna kremnya itu tampak sedang menggenggam erat ponselnya. Suatu kabar yang tidak enak baru saja terdengar dari ponsel hitam pipihnya itu. Ia tidak mau mendengarnya lagi sehingga ia menutup panggilannya sambil menggeram.

              Sebenarnya hari ini-- tepatnya pagi ini, ia ada janji dengan yeojachingunya. Namun ia tidak peduli. Ia keluar dari kamarnya dan memutuskan untuk membatalkan janjinya dengan yeojachingunya. "Ya Jang Mari. Kita batalkan rencana kita hari ini." Setelah memutuskan telpon, ia bergegas mengambil kunci motornya dan pergi meninggalkan apartemn yang telah ia tinggali selama dua tahun.

                Luhan tidak peduli lagi berapa angka yang ditunjuk oleh jarum spedometer motornya. Ia hanya ingin cepat sampai ke gedung yang saat ini ia tuju, gedung SW.

 

                “Oppa, aku juga ingin ke kamar kecil, buang air kecil.” Pamit Minhye

                “Kamu juga? Astaga, jangan lama-lama nae? Kita akan pulang setelah ini.” balas Chanyeol.

                Minhye mengangguk.

                Ia berbohong, ia baru saja berbohong. Padahal alasannya ke kamar kecil adalah untuk mengetahui keadaan Kyungsoo. Tapi, tentu saja alasan itu tidak bisa ia utarakan begitu saja.

 

                Luhan terengah-engah kemudian setelah mendengar sesuatu di dalam ruangan besar yang akan menjadi panggun mereka besok, ia berhenti. Didengarnya percakapan EXOFINITE dari dekat pintu dan ia bersembunyi di sana, di dekat pintu masuk ruangan.

                Percakapan mereka..membuatnya yakin bahwa Kyungsoo memang akan menjadi vokalis pengganti EXOFINITE.

                Dan hal itu..membuatnya diam-diam merasa takut sekaligus geram.

                Kenangannya saat dulu bersama Kyungsoo kembali terputar. Kenangan betapa Kyungsoo menghancurkan hidupnya saat kecil. Kenangan betapa Kyungsoo dapat mendapatkan segalanya yang tidak bisa ia dapatkan.

                Saat ia mendengar Kyungsoo akan berpamit menuju kamar mandi itulah ia bersembunyi ke tempat lain. Dan dilihatnya dari kejauhan wajah suram milik Kyungsoo.

                Melihat hal itu, Luhan mengembangkan sebuah senyuman lebar.

                Ketakutan yang tadi melanda Luhan, kini perlahan hilang.

                “Bwo? Kamu berani tampil di panggung setelah apa yang terjadi dua tahun yang lalu?” Ia kemudian terkikik kecil dan pergi menjauh dari sana.

 

fufufu aku akhirnya update! bayar aku dengan komenan kalian dong! atau seenggaknya love, subscribe atau apa kek :'''

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK