Pas baca coba dengerin BTS-Boys In Luv yaaaaaa....
jangan lupa comment sama lovenya
Ri melihat Yonghwa yang berdiri tak jauh dari mereka, memandangi Ra Chel dengan tatapan mengkerut biingung dan butuh penjelasan. Ri menggigit bibir bawahnya, memikirkan apa yang harus ia katakan sekarang? Ah bodohnya Ho Won mengatakan hal itu disini. Sekarang Yonghwa ada disini dan kemungkinan besar ia mendengar semua. Bahkan semuanya ia dengar, Paboya Ho Won.
“Bisa kalian jelaskan apa yang barusan kudengar? Apa kau akan berubah pikiran untuk menjadi Ketua Acara Ra Chel?”Tanya Yonghwa lagi.
Ho Won melirik Yonghwo dengan sudut matanya, ia menyeringai tersenyum meremehkan. Jangan bermimpi, Ho Won mendengus dalam hati.
Lalu Ho Won menatap Ri yang masih terlihat terkejut. Ho Won memindahkan tangannya yang semula menempel di dinding dan menekan bahu Ri ketembok. Lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Ri.
*******
Ra Chel berjalan menyusuri jalan setapak yang di kanan kirinya ditumbuhi semak belukar. Kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri yang kedinginan. Ia baru sadar kalau air di danau tadi sangat dingin dan membuat dirinya menggigil kedinginan ditambah gaunnya yang juga basah.
Ri menatap ke sekitarnya, sedikit mengernyitkan dahinya. Sepertinya ia tidak ingat tadi ia melewati jalan ini. Tapi tadi Savi menunjukkan ke arah sini jika ingin kembali ke Istana. Ia tertawa sendiri jika mengingat wajah bingung Savi saat Ra Chel bertanya arah ke Istana. Bingung siapa sebenarnya Ra Chel yang tentu saja dijawab ia hanya kerabat yang datang. Untung saja ia percaya, gumam Ra Chel.
Ia masih ingat bagaimana menyenangkannya Savi, lelaki hangat dari wilayah Kerajaan Fightern yang bekerja sebagai peternak kuda. Tujuannya tadi ia pergi ke air terjun untuk memandikan salah satu kuda peliharaannya. Harusnya ia meminta Savi untuk mengajarkannya berkuda. Pasti ia sangat terampil dalam berkuda, Ra Chel mengerucutkan bibirnya.
Dari kejauhan sayup-sayup terdengar langkah kuda yang berlari semakin mendekat. Ra Chel mengerutkan keningnya memikirkan siapa yang akan lewat jalanan setapak ini. Setelah sadar ada kemungkinan orang jahat, Ra Chel bersikap waspada.
“Bagaimana ini? Kalau mereka benar-benar orang jahat? Aku tidak punya kemampuan bela diri”Gumamnya.
Tapi Ra Chel tidak menyerah atau pasrah. Ia memasang kuda-kuda seperti yang ia ketahui dan memposisikan kedua tangannya bersiap memeukul dengan kedua telapak mengepal. Matanya terpejam memohon perlindungan pada Tuhan seiring semakin dekatnya langkah-langkah kaki kuda tersebut. Bahkan sampai langkah kaki kuda itu terasa di 10 meternya ia masih memejamkan matanya.
Namun, saat langkah kaki-kaki kuda tersebut berhenti di dekatnya, ia masih enggan untuk membuka matanya. Bibirnya komat-kamit merapalkan doa yang seperti jurus keberanian baginya.
“Apa yang kau lakukan dengan gaunmu yang basah itu?”Tanya seseorang.
Ra Chel mencoba menajamkan pendengarannya, ia merasa mengenal suara ini.
“Ri”Panggil seseorang itu lagi.
Perlahan Ra Chel membuka kedua matanya, mendapati sosok Tunangannya sedang turun dari seekor kuda berwarna cokelat.
“Ed”Cicit Ra Chel menyadari raut kesal, marah dan khawatir Edgar.
“Jawab aku apa yang kau lakukan dengan gaunmu yang basah itu!”Bentak Edgar setelah berdiri tepat di depan Ra Chel. membuat nyali Ra Chel menciut, tangan yang terkepal kini jatuh melunglai ke sisi tubuhnya. Ra Chel merapatkan kedua kakinya sambil menunduk.
“Aku…. Tadi aku terpeleset ke dalam danau. Tapi tidak dalam, aku malah senang”Jawab Ra Chel mencoba semanis mungkin. Seharusnya jurus ramahnya bisa mampu melelehkan hati setiap yang mendengarnya.
Edgar bertolak pinggang, “APA KAU TIDAK MENGERTI BAGAIMANA SEMUA ORANG KHAWATIR PADAMU?”Teriak Edgar jengkel, membuat bahu Ra Chel merosot.
Kini ia menundukkan kepalanya lagi, takut menatap Edgar yang kesal sekali.
“Maaf aku tak bermaksud begitu”Bisik Ra Chel, dingin kembali menghinggapi tubuhnya. Ia memeluk tubuhnya lagi.
Edgar menyadari gadis yang dihadapannya ini sednag kedinginan. Ia menghembuskan napas, membuka mantel Pangerannya dan membawanya ke bahu Ra Chel, menyelimuti Ra Chel agar tidak terlalu kedinginan. Ra Chel masih menunduk takut, baru kali ini ada lelaki yang membuat nyalinya sungguh terbang dari dirinya. Untuk mengangkat kepala dengan angkuh saja ia tidak mampu.
“Maaf aku hanya mengkhawatirkanmu, sebaiknya kita pulang sekarang”Ucap Edgar sambil memegang bahu Ra Chel lembut. Sudah tidak ada nada amarah lagi di suaranya.
Ra Chel mengangkat kepalanya perlahan, memberanikan diri menatap Edgar yang kini tersenyum. Lalu Ra Chel mengangguk. Edgar menuntun Ra Chel menuju kudanya, membantunya menaiki kuda itu baru dirinya sendiri yang menaiki kuda yang sama di belakang Ra Chel. Tangannya melingkar di pinggang Ra Chel, bukan untuk memeluknya tetapi untuk meraih pedal kuda. Wajah Ra Chel bersemu merasakan tangan yang seolah memeluknya itu. Mengapa ia suka sekali membuatku bingung dengan tingkahnya
Edgar memacu kudanya membawa Ra Chel kembali ke Istananya bersama para pengawalnya. Mereka semua tidak sadar jika ada sepasang mata menatapnya tajam.
*******
Ri menyadari kalau Ho Won mendekatkan wajahnya. Dengan gerakan cepat ia balik mendorong bahu Ho Won, mengambil pergelangan tangan kiri Ho Won lalu memelintirnya kebelakang. Ri membalikkan posisi dirinya yang kini ada dibelakang punggung Ho Won dan menekan tubuh Ho Won ke dinding.
Yonghwa melebarkan kedua matanya terkejut melihat reaksi Ri yang sungguh cepat. Ia menaikkan sebelah alisnya, menatap tindakan Ri barusan dengan heran. Ho Won pun tidak mengira Ra Chel yang ia kenal akan bertindak seperti ini.
“Kau tenang saja, aku tidak akan bergabung menjadi Ketua Acara itu”Ucap Ri pada Howon dengan geram.
Membuat Ho Won menyeringai senang meskipun rasa heran masih tertulis di keningnya. Berbeda dengan Yonghwa yang terkejut atas ucapan Ri dan berniat ingin melayangkan pertanyaan.
“Dan aku juga tidak akan bergabung dalam kompetisi itu, jadi menjauhlah dariku”Lanjut Ri, ia menekan tubuh Ho Won semakin merapat ke tembok lalu melepaskannya.
Kemudian ia berbalik pergi, meninggalkan rasa tak terima di hati Ho Won yang menatap langkah Ri dengan tatapan tajam, dan rasa penasaran Yonghwa atas semua ucapan Ri dan tindakannya.
Ri mengambil earphone yang ia selipkan di sebuah saku kecil di tas selempangnya yang bergambar menara Eiffel. Tangan lainnya mengambil iPhonenya yang ia taruh di saku lain yang lebih besar. Lalu ia memasukkan kedua sisi earphone itu ketelinganya setelah mengkoneksikan ujung earphone dengan ponselnya. Tinggsl beberapa waktu di dunia yang biasa ditinggali Ra Chel ini membuatnya banyak belajar dengan benda-benda yang awalnya aneh untuknya, dan kini terasa terbiasa. Begitu pula dengan sifat-sifat orang-orang yang berbeda-beda disini.
Ri menyetel sebuah lagu dari playlist yang dibuat oleh Ra Chel, sebuah lagu berjudul You Think mengalun seirama dengan rasa kesalnya akibat kejadian beberapa saat lalu. Bagaimana mereka bisa bersikap seenaknya? Mereka pikir mereka keren?