home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > My Cool Neighbour

My Cool Neighbour

Share:
Author : hyenichan
Published : 09 Jul 2014, Updated : 02 Aug 2014
Cast : Park Chanyeol, Yoon Se Kyung (OC), Byun Baekhyun, Lee Eun Ji (OC), Kai, Sehun, D.O
Tags :
Status : Ongoing
2 Subscribes |21507 Views |9 Loves
My Cool Neighbour
CHAPTER 4 : Shocking Time

Tittle : My Cool Neighbour (part 4)---Shocking Time

Author : Hyeni Chan

Genre : Romance, School Life, Family, Friendship

Length : Chaptered

Main Cast : Park Chanyeol, Yoon Se Kyung, Lee Eun Ji, Byun Baekhyun

 

 

Author’s POV

 

(Flash Back)

 

Eun Ji segera pergi setelah mengobrol singkat dengan Se Kyung ketika kelas telah berakhir. Dia dengan cepat menyusuri koridor dan beberapa anak tangga untuk menuju sebuah ruang kelas yang sejak tadi ingin dia datangi. Hatinya begitu berbunga-bunga, karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan seorang namja yang sudah dicintainya sejak masih duduk di sekolah dasar.

 

“Apakah ini memang benar kelasnya?”, pikir Eun Ji saat sampai di depan ruang kelas bertuliskan XI-IPA III.

 

Perlahan, dia membuka pintu ruang kelas itu dengan hati berdebar. Dan ketika pintu terbuka, di sudut ruang kelas telah duduk seorang namja tampan berambut kecoklatan tengah sibuk memainkan handphonennya.

 

“Chanyeol-ah”, gumam Eun Ji.

 

Air matanya seketika meleleh. Dia tak percaya pada apa yang dilihatnya sekarang. Ini seperti mimpi yang dia alami selama tiga tahun belakangan. Tiga tahun bukanlah waktu singkat bagi Eun Ji untuk melepas kepergian Chanyeol ke Tokyo. Rasa rindunya yang begitu membuncah mendorong Eun Ji segera berlari menghampiri Chanyeol.

 

“Chanyeol-ah”, sapa Eun Ji seraya memeluk tubuh Chanyeol dengan begitu erat.

“Ya, apa yang kau lakukan? Hentikan!”, Chanyeol memberontak, berusaha melepaskan tangan Eun Ji yang tengah melingkari tubuhnya.

 

“Ya, ada apa denganmu?”, tanya Eun Ji.

 

Air mata kebahagiaan yang meleleh dari bola mata Eun Ji seketika berubah menjadi air mata kekecewaan setelah melihat perilaku Chanyeol yang menurutnya berubah.

 

“Apa kau tidak lihat? Aku sedang menyelesaikan permainanku ini, Eun Ji-ssi”, protes Chanyeol tanpa melihat ke arah Eun Ji. Matanya masih tetap terfokus pada game yang dia mainkan lewat handphonennya.

 

“Bisakah kau melihat ke arahku Chanyeol?????”, tanya Eun Ji dengan nada meninggi.

 

Chanyeol pun lalu meletakkan handphonennya di atas meja dan memfokuskan pandangan ke arah Eun Ji yang tengah menangis.

 

“Cepat katakan, ada hal penting apa sampai-sampai kau menelpon dan mengirimiku sms hingga puluhan kali?”, tanya Chanyeol santai.

“Aku mengkhawatirkanmu”, ucap Eun Ji lirih.

“Mengkhawatirkanku? Aku sudah besar Eun Ji-ah, aku bisa jaga diri baik-baik”, jawab Chanyeol.

“Aku tahu itu. Tapi mengapa kau tidak memberitahuku terlebih dahulu kalau kau masuk ke sekolah hari ini? Mendengar kedatanganmu di sekolah dari orang lain, benar-benar membuatku sakit. Aku khawatir kau telah melupakanku. Tidakkah kau tahu bahwa tindakanmu ini membuatku merasa dinomorduakan?????”. Bulir-bulir air mata semakin deras mengalir di pipi Eun Ji setelah mengucapkan kalimat-kalimatnya tadi.

 

“Berhentilah menangis. Setelah mendengar penjelasanmu itu, ku rasa aku tahu siapa sebenarnya yang lebih kau khawatirkan”, ujar Chanyeol seraya melipat tangan di atas dada.

“Apa maksudmu?”, Eun Ji bertanya heran.

“Kau bilang kau merasa dinomorduakan, bukankah itu artinya kau lebih mengkhawatirkan dirimu dari pada aku, eoh?”

“Ya, Chanyeol-ah. Apa sebenarnya yang kau katakan itu?”

“Sudahlah, hentikan semua ini. Aku lelah, aku ingin pulang”, kata Chanyeol sambil memasukkan handphonennya ke dalam tas kemudian segera beranjak dari tempat duduknya.

 

Sebuah genggaman hangat dirasakan Chanyeol saat dirinya hendak melangkah pergi. Tangan Eun Ji rupanya telah menggait tangan Chanyeol dan membuat namja bertubuh jangkung itu berhenti. Eun Ji menatap penuh harap pada Chanyeol. Dia tak ingin Chanyeol meninggalkannya sendiri di sini.

 

“Aku merindukanmu”, lirih Eun Ji.

 

“Lepaskan aku, aku ingin pulang”, hanya kalimat dingin itu yang meluncur dari bibir Chanyeol.

 

Dengan sekali sentakan, dilepaskannya genggaman tangan Eun Ji. Eun Ji hanya diam tak bergeming. Lelehan air matanya kian deras mengalir di pipinya. Sungguh sulit dipercaya, namja yang sangat dirindukannya ternyata mengabaikannya.

 

Ya, Chanyeol memang benar-benar mengabaikan Eun Ji. Dia lebih memilih melangkahkan kakinya menjauh dari Eun Ji daripada harus menggunakan jemarinya untuk menghapus air mata Eun Ji.

 

Dan ketika Chanyeol telah sampai di mulut pintu, dari kejauhan dia melihat Se Kyung yang tengah berjalan menyusuri koridor dari sebelah kanan. Bahkan sesekali Se Kyung masuk lalu keluar lagi dari setiap ruangan yang ada. Chanyeol tak tahu apa yang dicari oleh Se Kyung sekarang. Tapi yang pasti, Chanyeol tahu kemana selanjutnya Se Kyung akan melangkahkan kakinya.

 

Dengan sigap, Chanyeol segera menutup pintu ruang kelas dan menguncinya. Dia menoleh ke arah Eun Ji yang masih berdiri mematung di ujung ruangan lalu menghampirinya. Tangan Chanyeol refleks merangkul Eun Ji dan menuntunnya untuk segera bersembunyi dibawah meja.

 

Mata Eun Ji membelalak tak percaya dengan apa yang dilakukan Chanyeol pada dirinya. Eun Ji juga tek mengerti ada apa yang terjadi di luar sana hingga Chanyeol menutup pintu dan bahkan menguncinya.

 

“Ya, apa yang kau lakukan, Chanyeol-ah?” tanya Eun Ji memberontak.

“Sssstttt,,,,,,diamlah”, bujuk Chanyeol seraya mengacungkan telunjuk dan mendekatkannya ke bibir.

“Aku tidak mau, aku ingin keluar. Aku ingin melihat sebenarnya apa yang terjadi”, Eun Ji masih menolak dan bahkan meronta-ronta dari pelukan Chanyeol.

 

“Eun Ji-ah, lihatlah aku!”, pinta Chanyeol.

 

Eun Ji yang sedari tadi ingin melepaskan diri dari pelukan Chanyeol seketika diam tak bersuara. Kedua bola matanya menatap Chanyeol penuh tanda tanya.

 

“Mianhae”, satu kata itu tiba-tiba meluncur dari mulut Chanyeol.

 

“Mianhae, Eun Ji-ah, aku telah menyakitimu. Aku tidak bermaksud membuat marah apalagi mengeluarkan air mata. Aku hanya ingin memberimu kejutan dengan tidak memberitahumu sebelumnya mengenai kedatanganku hari ini di sekolah. Tapi, rupanya kau telah mendengar dari mulut orang lain. Apa itu membuatmu kesal?” tanya Chanyeol.

Eun Ji hanya mengangguk pelan.

 

“Arraseo. Jadi jangan menangis lagi, ya”, seulas senyum terkembang dari bibir tipis Chanyeol.

“Ne”, ucap Eun Ji seraya memeluk erat Chanyeol.

 

Namun tangan Chanyeol hanya terangkat lemah di balik punggung Eun Ji. Sepertinya dia enggan membalas pelukan Eun Ji. Pikirannya terlalu kacau. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Se Kyung. Dia bahkan rela meminta maaf dan bersikap manis di hadapan Eun Ji demi Se Kyung.

 

Ya, ini dilakukan Chanyeol agar Eun Ji tak keluar dari kelas terlebih dahulu. Akan sangat berbahaya jika Se Kyung mendapati keadaan Eun Ji seperti ini. Se Kyung pasti berfikiran macam-macam jika dia melihat dirinya dan Eun Ji hanya berdua di dalam ruang kelas yang sepi.

 

Tak lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara pintu yang hendak dibuka. Chanyeol menyadari itu. Kepalanya mencoba menengadah ke atas dan menatap cemas pintu ruangan dari balik meja. Tapi percuma, pintu tetap tertutup rapat tak bisa dibuka. Ini sungguh melegakan, apalagi ketika Eun Ji sama sekali tidak menyadari siapa dan apa yang terjadi di luar sana, dia terlalu menikmati pelukan Chanyeol yang tak pernah dia nikmati sebelumnya.

 

Setelah dirasa aman dan tak ada tanda-tanda Se Kyung di luar sana, Chanyeol pun segera melepas Eun Ji dari pelukannya.

 

“Baiklah, sudah cukup. Ayo kita pulang”, ajak Chanyeol.

“Maukah kau pulang bersamaku?”, tanya Eun Ji sedikit merajuk.

“Tentu”, balas Chanyeol singkat.

“Tapi kau harus janji. jangan pernah membuatku menangis lagi. Arrrseo?”, pinta Eun Ji.

“Ne, arra”, ujar Chanyeol mengiyakan.

 

Eun Ji pun tersenyum manis pada Chanyeol. Tapi sayanganya, senyuman itu sedikit diabaikan olehnya. Chanyeol hanya tersenyum sekilas lalu memalingkan wajahnya dari Eun Ji. Jika boleh jujur, sebenarnya Chanyeol agak sedikit muak dengan tingkah laku Eun Ji. Apalagi kini tangan Eun Ji melingkar di lengan Chanyeol bak borgol yang menawan seorang tahanan. Nampaknya, siang ini akan menjadi siang terberat bagi Chanyeol.

 

Ketika Chanyeol dan Eun Ji tiba di halaman sekolah, di sana telah terpakir sebuah mobil mewah berwarna hitam milik Eun Ji. Seorang sopir sekaligus asisten pribadinya tengah menunggu di samping mobil mewah itu. Sebelum Chanyeol masuk ke dalam mobil, sejenak dia mengedarkan pandangan ke sekitar area sekolah. Di depan pintu gerbang sekolah, matanya menangkap sesosok yeoja yang sangat dikenalinya.

 

“Bukankah itu Se Kyung? Mengapa dia juga belum pulang?”, pikir Chanyeol.

“Akan sangat berbahaya jika dia tahu kalau aku pulang bersama Eun Ji”, sambungnya.

 

“Ya, Chanyeol-ah. Apa yang kau lihat? Kenapa tidak langsung masuk ke dalam mobil saja?”, tanya Eun Ji dari dalam mobil.

“Emmmm,,,,,sepertinya aku lapar. Apa kau tidak ingin makan siang terlebih dulu, Eun Jia-ah?”, Chanyeol balik bertanya.

“Ya,,,,,,mengapa kau tidak bilang dari tadi? Baiklah, ayo kita ke cafetaria dulu. Aku juga sudah mulai lapar”, ucap Eun Ji seraya keluar dari mobil.

“Ne”, Chanyeol tersenyum lega.

 

“Setidaknya ini akan mengalihkan perhatian Eun Ji sementara waktu”, gumam Chanyeol dalam hati.

 

(Flash Back End)

 

Se Kyung’s POV

 

“ Mwoooo?????”

Aku benar-benar kaget setelah mendengar pengakuan Baekhyun tentang dirinya yang merupakan teman lama Chanyeol. Ah,,,,,bagaimana bisa si kunyuk itu adalah teman lama Baekhyun?

 

“Ada apa Se Kyung-ah? Apa kau sudah tahu siapa Chanyeol?”, tanya Baekhyun penasaran.

“Ne, tentu saja aku tahu”, sahutku cepat.

“Bagimana kau bisa tahu? Kau bahkan tidak satu kelas dengannya”, bantah Baekhyun. Sorot matanya menyiratkan ketidakpercayaan terhadap apa yang baru saja ku katakan.

 

“Ya jelas aku tahu, dia kan sekarang menjadi tetangga baruku”, ucapku.

“Mwoooo?????”, kini giliran Baekhyun berteriak.

“Kenapa? Woles saja lah, Baekhyun”, kataku ringan.

 

Namun ucapan ringanku tidak seringan ekspresi Baekhyun sekarang. Setelah mendengar bahwa aku dan Chanyeol sekarang bertetangga, ekspresi Baekhyun berubah seperti bingung. Ah,,,,tidak tidak. Menyesal? Bukan bukan. Khawatir? Ya, khawatir. Ekspresi wajahnya seperti khawatir. Tapi kalau dia khawatir, khawatir apa dia? Ah, sudahlah, aku tak mau memikirkannya.

 

“Sudah ya, aku pulang dulu. Selamat tinggal”, ujar Baekhyun datar. Dia lalu menyalakan mesin mobilnya dan sedetik kemudian, mobil yang dikendarainya itu segera melesat meninggalkanku yang tengah terpaku di depan pintu gerbang sekolah.

 

“Mengapa dia tiba-tiba menjadi seperti itu? Ah, molla”, pikirku dalam hati.

 

 

Author’s POV

 

Mobil mewah yang ditumpangi oleh Chanyeol dan Eun Ji telah merapat di depan rumah Chanyeol. Pintu mobil itu terbuka dan menampakkan Chanyeol yang tengah keluar dari mobil dengan tas ransel dan kameranya. Eun Ji pun lalu menggeser tempat duduknya menjadi lebih dekat dengan kaca pintu mobil. Dia melambai kecil ke arah Chanyeol dan tersenyum manis padanya. Mobil mewah itu pun segera melesat jauh ketika perjumpaan Chanyeol dan Eun Ji berakhir.

 

Chanyeol bernafas lega. Akhirnya dia bisa melepaskan diri dari Eun Ji. Dia pun segera membuka pintu gerbang rumah dan masuk ke halaman. Di situ dia bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Chanyeol tak mengenalnya. Tapi wanita paruh baya itu tersenyum ramah pada Chanyeol. Chanyeol hanya bisa membungkuk dan membalas senyum dari wanita paruh baya itu.

 

“Aku pulang,,,,,,,!!!”, ujar Chanyeol ketika dia memasuki ruang tamu rumahnya.

 

Di situ eomma Chanyeol tampak sedang membereskan dua cangkir teh yang ada di atas meja.

 

“Oh,,,,kau sudah pulang rupanya”, eomma Chanyeol tampak senang ketika melihat puteranya itu sudah kembali ke rumah.

“Ne”, jawab Chanyeol singkat seraya menghempaskan tubuh ke sofa.

“Bagiaman hari pertama mu di sekolah? Menyenangkan?”, tanya eomma Chanyeol

“Ya, begitulah”

“Tidak bertemu dengan Eun Ji?”

“Bertemu”

“Kau tidak bingung menentukan pilihan, kan?”

 

Chanyeol yang sedari tadi diam dan memejamkan mata tiba-tiba terlonjak kaget setelah mendengar pertanyaan terakhir dari eommanya itu.

 

“Maksud eomma apa?”, tanya Chanyeol polos.

“Entahlah, eomma juga tidak tahu”, balas eomma Chanyeol seraya meningglkan putranya kebingungan di ruang tamu.

 

@Se Kyung’s House

 

Setelah pulang dari sekolah, Se Kyung segera mandi dan berganti pakaian. Eommanya tak ada di rumah dan makan siang masih belum tersaji. Dengan terpaksa, Se Kyung akhirnya memasak ramen dan memakannya sambil menonton TV.

 

“Se Kyung-ah, kau sudah pulang?”, sapa eomma Se Kyung yang baru saja tiba di rumah.

“Ne. Kemana saja eomma sampai-sampai tidak menyiapkan makan siang untukku, eoh?”, tanya Se Kyung sedikit kesal. Matanya masih tetap terfokus pada film kartun yang tengah ditontonnya.

 

“Aaahhh,,,mainhae Se Kyung-ah. Eomma baru saja pulang dari rumah Chanyeol”, balas eomma Se Kyung.

“Mwoo????”. Se Kyung tak percaya. Seketika itu juga pandangannya teralih pada eommanya dengan mata bulatnya yang melotot. Mi ramen yang masih di mulutnya berayun-ayun bebas karena mulut Se Kyung yang ternganga.

 

“Aisshhh,,,,,apa-apaan kau ini? Makanlah ramenmu itu, baru bertanya pada eomma”, balas eomma Se Kyung yang kemudian duduk di sebelah Se Kyung.

 

Se Kyung menelan kasar mi ramennya dengan sekali kunyahan.

 

“Apa Chanyeol sudah pulang, eomma?”, tanya Se Kyung penasaran.

“Iya, dia baru saja pulang. Dan ketika dia pulang, dia diantar oleh temannya yang mengendarai mobil mewah”, jawab eomma Se Kyung.

“Apa eomma tahu siapa teman yang mengantar Chanyeol pulang siang ini? Namja atau yeoja?”, tanya Se Kyung lagi.

“Yak, mana eomma tahu. Lagi pula kau bertanya seperti polisi yang mengintrogasi maling saja. Sudahlah, eomma mau istirahat dulu. Jika sudah jam 4 sore, tolong bangunkan eomma, ya. Eomma harus menyiapkan makan malam”, pinta eomma Se Kyung.

 

Eomma Se Kyung pun segera naik ke lantai dua meninggalkan Se Kyung yang tengah sibuk dengan pikirannya untuk menebak siapa teman yang mengantar Chanyeol siang ini. Tak lama kemudian, telpon rumah berdering keras dan membuyarkan lamunan Se Kyung. Se kyung pun bangkit dari sofa dan berjalan ke arah sumber suara.

 

“Ne, yoboseo?”, ujar Se Kyung setelah mengangkat gagang telpon.

“Annyeong wajah tomat”, sapa seseorang di ujung sana.

“Ya, nuguya?”, tanya Se Kyung kesal. Siapa pun orangnya pasti akan marah jika dirinya dikatai wajah tomat oleh seseorang tak dikenal yang tengah menelponnya.

 

“Hahahah apa kau tidak mengenali suaraku?”, tanya orang itu.

 

Se Kyung menjauhkan gagang teleponnya sebentar. Dia berfikir sejenak.

 

“Tunggu, sepertinya aku mengenal suara itu. Omo, bukankah itu suara Chanyeol?”, pikir Se Kyung.

 

“Ya, ada apa kau menelponku, Chanyeol-ah?”, tanya Se Kyung setelah mendekatkan gagang telepon di telinganya.

“Oho,,,,,rupanya kau bisa mengenali suaraku, ya. Jangan-jangan kau selalu teringat padaku”, goda Chanyeol.

“Cih,,,percaya diri sekali. Bagaimana aku tidak mengenali suaramu itu, bodoh. Suaramu itu sangat mirip dengan gemuruh halilintar di siang bolong. Me-na-kut-kan”, kata terakhir yang diucapkan Se Kyung itu diucapkan dengan penuh penekanan. “Cepat katakan, ada perlu apa?” sambung Se Kyung ketus.

“Tunggu aku malam ini, aku ingin bermain ke rumahmu”, ujar Chanyeol.

“Tapi,,,,,,,,,,,,,,,”, kata-kata Se Kyung terpotong.

“Tidak ada tapi, Nonan Yoon. Kau harus menuruti apa kataku”, pinta Chanyeol.

 

Tuuttt,,,,tuuuutttt,,,ttuuuuuttt

 

Sambungan telepon langsung terputus.

 

“Ahhh,,,,dasar namja gila. Berani-beraninya dia memerintahku seperti itu, eoh? Memangnya dia siapa?”, umpat Se Kyung seraya membanting gagang telepon di atas meja.

 

Namun ternyata, umpatan dan ekspresi kesal Se Kyung pada Chanyeol tidak bertahan lama. Sudut bibir Se Kyung sedikit terangkat hingga membentuk sebuah senyum kecil. Se Kyung dengan refleks melompat kegirangan. Dia amat senang ketika tahu bahwa Chanyeol akan datang ke rumahnya malam ini.

 

Se Kyung lalu berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Di dalam kamar, Se Kyung tengah sibuk memikirkan pakaian apa yang akan dia kenakan saat Chanyeol mengunjunginya. Dia mengeluarkan begitu banyak pakaian dari dalam lemari dan mencobanya satu per satu.

 

“Aaaahhhh,,,,,,tidak ada yang cocok. Bagaiaman ini????”, tanya Se Kyung kesal.

“Hmb, apa peduliku? Dia kan bukan pacarku. Lagi pula, ini kan bukan kencan”, sambung Se Kyung sambil melempar blouse warna putih ke lantai.

 

“Bukan pacar dan bukan kencan”, kata Se Kyung dalam hati. Entah kenapa jika menyadari kenyataan ini, hati Se Kyung menjadi sakit. Oh,,,,,apakah Se Kyung telah jatuh cinta pada Chanyeol dan berharap bisa mejadi kekasih Chanyeol, eoh? Entahlah, yang tahu hanyalah Tuhan dan Se Kyung.

 

Setelah membereskan kamarnya, Se Kyung merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dan tanpa terasa, dirinya telah menjelajah alam mimpi bersama impian dan harapannya.

 

 

***********************************************************

 

Malam pun tiba. Tak ada pergerkan apa pun di kamar Se Kyung. Rupanya Se Kyung masih tertidur pulas di atas ranjang empuk dengan banyak boneka yang mengelilinginya. Sampai pada akhirnya, handphone Se Kyung berdering keras. Se Kyung terlonjak kaget hingga membuatdirinya jatuh ke lantai.

 

“Yaaa,,,,appo. Siapa sih yang tiba-tiba menelponku? Mengganggu saja”, keluh Se Kyung. Dia menggosok kepalanya yang sakit karena terbentur lantai. Dia pun mengangkat handphonenya yang sedari tadi berdering, menggaumkan nada dering overdose yang tengah populer di kalangan yeoja seusianya.

 

“Hoaaammmm,,,,Yoboseo?”, tanya Se Kyung seraya menguap.

“Ya, tidak sopan sekali kau. Se Kyung-ah, kau baru bangun tidur?”, namja yang tengah menelpon Se Kyung malah balik bertanya.

 

Mendengar suara namja yang menelponnya, membuat Se Kyung seketika bangkit dari duduknya. Matanya membelalak tak percaya. Dia menoleh ke arah jam dinding yang tergantung di atas dinding kamarnya. Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Se kyung ingat, malam ini Chanyeol akan datang ke rumahnya.

 

“Oh,,,,baiklah. Aku akan segera bersiap-siap. Tunggu ya, aku baru bangun tidur”, jawab Se Kyung panik.

“Baiklah, jangan lama-lama”.

 

Sambungan telepon diputus. Dan dengan sekali gerakan, Se Kyung melempar Handphonennya di atas kasur. Kemudian, dia langsung berlari meuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum bertemu dengan Chanyeol.

 

 

Chanyeol’s POV

 

Ting tung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

 

Ku tekan bel pintu rumah Se Kyung. Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya yang ku lihat siang ini membukakan pintu rumahnya untukku. Ah, apa mungkin ini eomma Se Kyung? Aku pun memberi hormat padanya dan menyerahkan sekotak kue brownis yang baru saja ku beli bersama Baekhyun sore ini.

 

“Annyeong, eommanim, apakah Se Kyung ada di rumah?”, tanyaku basa basi.

 

Ya, meskipun aku tahu sebenarnya Se Kyung ada di rumah, aku tetap harus menjaga sopan santun di hadapan eomma Se Kyung.

 

“Ada, silahkan masuk”, ucap eomma Se Kyung ramah.

 

Aku pun masuk ke dalam rumah Se Kyung. Dan ketika aku hendak duduk di ruang tamu, eomma Se Kyung melarangku. Dia malah memintaku bergabung di ruang keluarga bersama appa dan eomma Se Kyung yang tengah menonton drama Korea. Hm,,,,,,meskipun mereka sudah berusia hampir separuh abad, tapi jiwa mereka seperti anak muda, ya.

 

“Chanyeol-ah, bisakah kau mengantar minuman ini ke kamar Se Kyung?”, pinta eomma Se Kyung padaku.

 

Apa???? Kamar Se Kyung???? Apa mereka bercanda??? Aku melirik sebentar ke arah appa Se Kyung. Ku lihat beliau sedang tersenyum padaku,  kepalanya mengangguk penuh yakin. Tapi aku hanya bisa menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

 

“Jangan sungkan, Chanyeol-ah. Anggap ini adalah rumahmu. Nanti kau juga bisa mengobrol dengan Se Kyung di kamarnya”, ucap eomma Se Kyung lembut.

 

Melihat perlakuan eomma dan appa Se Kyung yang begitu baik dan ramah padaku, rasanya akan tidak enak jika aku menolak permintaan mereka.

 

“Ne, eommanim”, jawabku seraya beranjak menuju kamar Se Kyung dengan membawa segelas susu yang ku terima dari eomma Se Kyung.

 

Saat berada di lantai dua rumah Se Kyung, aku melihat sebuah tulisan Yoon Se Kyung menggantung di pintu kamar. Aku pun mendekat ke kamar itu. Ku coba membuka knop pintu dan ternyata tak terkunci. Aku ragu antara masuk atau tidak. Tapi membiarkan susu ini menjadi dingin, rasanya akan tidak baik bagi Se Kyung.

 

Aku pun membuka pintu kamar Se Kyung dan masuk ke dalamnya. Tak ada orang, di kamar Se Kyung sepi. Aku melangkahkan kaki lebih jauh. Dan ketika aku hendak menaruh segelas susu di atas nakas, ku dengar sebuah pintu lain terbuka. Aku pun segera menoleh ke asal suara. Ternyata itu adalah suara pintu kamar mandi terbuka.

 

Aku semakin kaget ketika ku lihat Se Kyung keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk yang menutupi dada hingga paha. Dia tak menyadari keberadaanku. Dia masih serius mengeringkan rambutnya yang kering dengan handuk kecil.

 

Sungguh ini adalah saat yang mengejutkan buatku. Aku tak pernah melihat hal seperti ini sebelumnya. Aku juga baru sadar bahwa Se Kyung begitu cantik dengan tubuh yang indah dan kulitnya yang putih. Aku hanya bisa berdiri mematung tanpa berkata apa pun. Hingga pada akhirnya, Se Kyung berteriak keras karena menyadari keberadaanku.

 

“AAAAHHHHHH”, teriak Se Kyung.

 

Aku yang panik langsung menghampiri Se Kyung. Ku dorong tubuhnya ke dinding. Ku tutup mulutnya dengan tangan kananku, berharap dia tak lagi mengeluarkan teriakan yang dapat membuat eomma dan appa Se Kyung salah paham.

 

“Tenanglah, aku tidak akan berbuat macam-macam. Melihatmu seperti ini, tidak akan membuatku terangsang”, bisikku pada Se Kyung seraya melepaskan tangan kananku dari mulutnya

 

“Ck, dari awal sudah ku duga, namja sepertimu bukanlah namja yang manly. Kau mana mungkin terangsang dengan yeoja yang memakai pakaian seperti ini, eoh? Kau pasti lebih tertarik pada namja yang hanya memakai pakaian dalam. Iya kan?, oceh Se Kyung.

 

Aku yang telah mengambil jarak dari Se Kyung segera kembali mendekat ke arahnya setelah mendengar kalimatnya tadi. Rupanya yeoja ini sedang menantangku. Perlahan tapi pasti, langkahku ini telah membuat Se Kyung terpojok, membuatnya bersandar di dinding.

 

“Ya, apa yang kau lakukan?”, tanyanya dengan nada gugup.

“Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku juga bisa terangsang oleh yeoja sepertimu, Yoon Se Kyung”, ancamku.

 

Aku berhasil mengunci tangan Se Kyung. Kini dia tak lagi bisa bergerak atau menahan diriku yang semakin merapat ke arahnya. Jarak kami hanya sepersekian senti. Se Kyung meronta-ronta meminta melepaskan diri. Tapi aku enggan melepasnya. Ku lihat handuk yang menutupi dadanya mulai sedikit melorot. Aku menggoda Se Kyung dengan terus memandangi dadanya.

 

“Ya, apa yang kau lihat, Chanyeol-ah? Tolong lepaskan aku!”, pinta Se Kyung.

“Tidak akan. Karena malam ini, akan ku buat nama margamu berubah menjadi Park, Park Se Kyung”,

 

To Be Continued

 

Akhirnya finish juga nih part empat,,,,,*sambil ngusapin keringat.

Bagaimana chingu, masih mau lanjut????

Tolong kasih jempol dan komentarnya ne------Bow

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK