Tittle : My Cool Neighbour (part 5)---Is She Your Bestfriend?
Author : Hyeni Chan
Genre : Romance, School Life, Family, Friendship
Length : Chaptered
Main Cast : Park Chanyeol, Yoon Se Kyung, Lee Eun Ji, Byun Baekhyun
(PREVIEW)
“Ya, apa yang kau lihat, Chanyeol-ah? Tolong lepaskan aku!”, pinta Se Kyung.
“Tidak akan. Karena malam ini, akan ku buat nama margamu berubah menjadi Park, Park Se Kyung”.
Se Kyung’s POV
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Chanyeol benar-benar membuat bulu kudukku merinding. Aku hanya bisa memalingkan muka dan menutup mata ketika Chanyeol semakin mendekatkan wajahnya ke leherku. Entahlah, aku tak tahu apa yang akan dilakukan oleh Chanyeol selanjutnya padaku. Aku hanya bisa diam mematung ketika Chanyeol berhasil mengunci semua pergerakanku dengan tangannya yang menggenggam erat kedua tanganku. Sungguh sangat sia-sia jika aku berusaha melawan, sebab Chanyeol sama sekali tak memberiku ruang gerak bahkan hanya sekedar menarik nafas.
“Appa, eomma, maafkan aku. Aku telah mengecewakanmu. Karena puteri semata wayang kalian ini, sebentar lagi akan kehilangan keperawanannya”, kataku dalam hati.
“Fiuuuuuhhhhhh”
Ku rasakan hembusan nafas kecil mengenai pundakku. Aku sungguh tak berani membuka mata apalagi menoleh ke arah Chanyeol. Akan sangat menjijikkan jika aku harus melihat ekspresi mesum Chanyeol yang seolah ingin menelanku hidup-hidup.
“Hahahahahaahahahaha”
Tiba-tiba ku dengar suara tawa Chanyeol yang begitu menggelegar. Aku yang terkejut sekaligus penasaran langung membuka mata dan menatap Chanyeol dengan heran. Terlebih ketika ku rasakan tangan Chanyeol tak lagi mengunci tanganku. Dia malah berjalan menjauh menuju tempat tidurku. Berguling-guling di sana dengan tawa yang masih belum bisa berhenti.
“Ya, apa yang kau tertawakan, eoh? Apa menurutmu ini lucu?”, tanyaku dengan amarah yang meluap. Jika kejadian ini terjadi dalam film animasi, mungkin efek yang akan keluar adalah sebuah api merah berkobar dari tubuhku dengan tanduk iblis yang tiba-tiba muncul di atas kepalaku.
“Hahaha,,,,coba lihat ekspresimu, lucu sekali Se Kyung-ah. Apalagi ketika aku mendekatkan wajahku ke lehermu. Kau benar-benar terlihat sangat ketakutan hingga wajahmu menjadi pucat. Hahahaha”, jawab Chanyeol masih dengan tawanya yang konyol.
“Aissshhh,,,,kau ini. Kau kira aku ini mainan sehingga bisa kau permainkan begitu saja, eoh? Yeoja mana pun pasti akan sangat ketakutan jika dalam posisi seperti yang ku alami tadi”, bantahku seraya mengambil mantel untuk menutupi tubuhku yang hanya memakai handuk ini. Aku tidak mau melihat Chanyeol seperti orang kerasukan setan lagi. Benar-benar menakutkan.
“Jadi kau berfikir bahwa aku akan berbuat macam-macam padamu? Hah, percaya diri sekali. Aku kan sudah bilang, aku sama sekali tidak terangsang olehmu meski kau tidak memakai baju sekalipun”, balas Chanyeol.
“Lalu mengapa kau bertindak aneh-aneh seperti tadi?”, tanyaku.
“Aneh-aneh bagaimana Se kyung-ah. Aku kan hanya ingin membuatmu berhenti berteriak. Dan ketika jarak kita hanya sepersekian senti, ku lihat beberapa helai rambut rontok di pundakmu. Oleh karena itu, aku mendekat ke arahmu dan meniup beberapa helai rambut yang rontok itu”, jelas Chanyeol.
Aku memutar bola mata malas. Namja ini benar-benar terlalu banyak alasan. Membuatku jengah. Bilang saja kalau hanya ingin memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Tidak usah membawa-bawa rambut rontok dalam urusan seperti ini. Siapa pun dan dimana pun, otak para namja semuanya sama. Jika sudah melihat yeoja berpenampilan minim, mereka pasti berfikir yang macam-macam.
“Ahhh,,,,,sudahlah, jangan terlalu banyak alasan. Sekarang aku meminta pertanggungjawabanmu atas apa yang kau lakukan padaku malam ini, Tuan Park!”, pintaku pada Chanyeol.
“Tunggu, pertanggungjawaban atas apa, Se Kyung-ah? Aku bahkan tidak menyentuhmu sama sekali. Astaga,,,,,,,,,,,,jangan-jangan sebenarnya kau ingin aku melakukan ‘itu’ padamu? Ck, aku benar-benar tidak percaya, ternyata kau punya pikiran sejauh itu”, ujar Chanyeol seraya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurku.
“Aissshhhh,,,,bukan itu maksudku. Kau kan sudah masuk ke kamarku tanpa izin, jadi bagaimana pun juga kau harus bertanggung jawab atas kelancanganmu ini. Kau pikir ini rumahmu sendiri, eoh? Ingat, kau hanya tamu di sini dan aku adalah tuan rumah. Jadi aku bebas meminta pertanggungjawaban darimu. Aku bahkan bisa menyuruhmu keluar dari kamarku ini kapan saja”, jelasku dengan nada penuh kemenangan. Aku pun segera beranjak ke tempat tidurku. Ku tarik lengan Chanyeol sekuat tenaga pertanda aku menyuruhnya bangkit dan pergi dari kamar ini.
“Ayo, cepat keluar sari kamar ini”, perintahku.
“Shiro”, balas Chanyeol singkat.
“Wae?”, tanyaku tak percaya. Namja ini benar-benar menyebalkan. Dia tetap tidak mau keluar dari kamar ini meski aku telah menyuruhnya keluar. Memangnya dia pikir dia ini siapa?
“Se Kyung-ah, aku punya alasan tersendiri mengapa aku tidak mau keluar”, ujar Chanyeol. Dan kalimat yang diucapkannya tadi telah sukses membuatku penasaran.
“Apa itu?”, tanyaku heran. Lengan Chanyeol yang sedari tadi ku tarik, kini langsung ku lepaskan.
“Eommamu menyuruhku mengantar segelas susu ke kamarmu. Dan eommamu bilang padaku untuk menganggap rumah ini seperti rumah sendiri. Bukankah itu sudah menjadi bukti kalau aku dapat melakukan apa pun yang ku mau di kamar mu ini, Nona Yoon? Dan rasanya juga tidak masuk akal jika aku harus bertanggung jawab. Karena bagaimana pun juga, kau ikut bersalah dalam hal ini. Mana ada kamar seorang yeoja tidak terkunci seperti kamarmu?”, jawab Chanyeol panjang lebar. Dia mengatakan semua kalimatnya seperti tidak memiliki dosa apapun.
Ya, aku akui aku memang salah karena tak mengunci kamar sebelum aku mandi. Tapi satu hal yang membuatku tidak percaya adalah bisa-bisanya eomma menyuruh seorang namja masuk ke kamarku seperti ini? Ah, ini sama saja dengan memasukkan seekor singa ke dalam kandang kucing. Bagaimana jika namja ini melakukan sesuatu yang berbahaya pada puterinya? Gara-gara ide gila eomma ini, aku hampir saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku.
“Baiklah kalau kau tidak mau keluar dari kamar ini. Cepat tutup matamu. Ah, tidak tidak. Berbaliklah, pandangi terus tembok yang ada di belakangmu itu!”, suruhku pada Chanyeol seraya mendorong tubuhnya berbalik.
“Untuk apa?”, tanya Chanyeol penasaran.
“Aku mau ganti pakaian, bodoh. Gara-gara berdebat denganmu, sampai detik ini aku tidak juga berganti pakaian”, jawabku kesal.
“Itu salahmu sendiri, siapa yang menyuruh berdebat denganku, eoh?”
“Cerewet sekali, cepat berbaliklah”, bentakku pada Chanyeol yang masih berbaring di atas tempat tidurku.
“Iya iya, aku akan berbalik”, jawab Chanyeol pasrah sambil berbalik ke arah dinding yang ada di belakangnya.
Chanyeol’s POV
Malam ini aku sungguh senang karena bisa mengerjai Se Kyung sepuas hatiku. Mungkin aku sangat jahat dan keterlaluan karena telah mengerjai Se Kyung dengan cara seperti ini. Tapi bagaimana lagi, aku sangat suka melihat ekspresi Se Kyung saat dia takut, marah, dan kesal. Itu benar-benar membuatku gemas.
Apalagi ketika aku akan mendekatkan wajahku ke lehernya. Ekspresi takut sangat terlihat jelas di wajahnya dan membuatku tak bisa menahan tawa. Seandainya Se Kyung bisa sedikit rileks, mungkin aku bisa sedikit memberikan kecupan selamat malam di leher jenjangnya. Tapi setelah melihatnya ketakutan seperti tadi, aku jadi tidak tega. Terpaksa, aku hanya meniup lembut beberapa helai rambut yang terjatuh di pundaknya. Tubuh indah Se Kyung memang sulit untuk tidak disentuh. Tapi aku mencoba mengontrol diri. Aku tidak ingin sembarang menyentuh anak orang.
Aku hampir saja terlonjak kaget ketika ku rasakan ada sesuatu yang bergetar di bawah perutku. Ketika aku memeriksanya, ternyata itu adalah ponsel Se Kyung. Ku coba membuka ponselnya yang tak terkunci dengan sangat hati-hati. Dan ketika aku berhasil membuka ponselnya, ada sebuah pesan masuk.
From : Eun Ji
To : Se Kyung
Se Kyung-ah. Aku ada di perjalanan menuju rumahmu. Ku harap kau ada di rumah sekarang. Maaf telah memberitahumu secara mendadak.
Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui bahwa si pengirim pesan itu adalah Eun Ji. Bagaimana bisa Eun Ji mengirim pesan kepada Se Kyung? Apakah mereka saling berteman? Ini gawat, aku tak seharusnya ada sini saat Eun Ji juga akan kemari. Apa yang harus aku lakukan?.
“Kau boleh berbalik. Aku sudah selesai berganti baju”, ucap Se Kyung tiba-tiba.
“Ahh,,,ne”, jawabku gugup. Aku pun segera berbalik dan mataku segera menangkap sosok Se Kyung yang nampak manis di balik balutan piyama kebesaran miliknya. Tanpa ku sadari, seulas senyum terkembang di bibirku begitu saja.
“Ya, kenapa tersenyum? Apa ada hal aneh lain pada diriku?”, tanya Se Kyung khawatir. Saking khawatirnya, dia jadi bingung sendiri dan berulang kali memeriksa piyamanya.
“Ahhh,,,anni. Hanya saja kau terlihat cantik Se Kyung-ah”, ujarku tanpa melepas pandangan ke arahnya. Lihatlah, dia sekarang salah tingkah karena ucapanku tadi.
“Ehm,,ehm,,,dimana ponselku? Apa kau melihatnya?”, tanya Se Kyung mengalihkan pembicaraan.
“Ini ponselmu”, kataku seraya mengacungkan benda berwarna pink itu pada S Kyung.
Se Kyung yang tadinya berdiri di dekat meja rias miliknya kini berjalan menghampiriku. Aku tak langsung menyerahkan ponselnya. Aku ingin sedikit menggodanya dengan cara menaikturunkan ponselnya dan menggerakkannya ke segala arah.
“Yak, apa yang kau lakukan? Cepat berikan ponselku!”, pinta Se Kyung.
“Shirreo, kau harus bisa mengambil ini dariku, Nona Yoon”, balasku dengan smirk kecil di bibirku.
Tiba-tiba ku rasakan geli yang luar biasa di perutku. Ternyata Se Kyung mengeluarkan jurus menggelitiknya untuk menggoyahkan pertahananku. Dan usahanya berhasil, aku dengan terpaksa memberikan ponselnya. Dengan sekali gerakan, ponsel itu akhirnya berpindah tangan pada Se Kyung.
Se Kyung lalu memeriksa ponselnya. Alisnya sedikit terangkat ketika layar ponsel itu menyala. Biar ku tebak, dia pasti terkejut dan marah saat tahu aku telah membuka pesan masuknya.
“Yak, kau membuka ponselku ya?”, Se Kyung bertanya dengan nada meninggi.
Benar kan, dugaanku. Dia sekarang sudah tersulut api amarah. Dan jika boleh jujur, dia makin terlihat cantik meski kalau sedang marah.
“Kalau iya, kau mau apa? Melempar bantal ke arahku? Ayo, lempar saja!”, tantangku padanya.
Dan tanpa ku duga, Se Kyung melayangkan sebuah bantal ke kepalaku.
“Aaaakkk,,,,appo”, rintihku.
“Mau lagi?”, tanya Se Kyung. Tatapan matanya benar-benar menakutkan.
“Tidak, satu saja sudah cukup”, jawabku seraya mengelus kepalaku yang sakit karena pukulan Se Kyung.
“Se Kyung-ah”, panggilku pelan.
“Hm”, Se Kyung sama sekali tak bergeming. Dia tetap fokus pada layar ponselnya.
“Siapa Eun Ji?”, tanyaku hati-hati.
“Apa urusanmu?”, bukannya dijawab, Se Kyung malah balik bertanya padaku.
“Aku hanya ingin tahu saja. Mungkin kau berniat mengenalkannya padaku”, godaku pada Se Kyung.
“Tidak akan”, jawab Se Kyung singkat.
“Wae???”, tanyaku lagi.
“Karena dia sahabat terbaikku. Aku tidak akan mengenalkannya pada orang sombong, menjengkelkan, dan mesum sepertimu”.
Aku hanya bisa diam setelah mendengar kalimat terakhir Se Kyung. Sahabat terbaik? Jadi benar dugaanku, Se Kyung dan Eun Ji sudah lama berteman. Dan entah mengapa aku merasa begitu khawatir. Ya, aku kahwatir jika Eun Ji tahu bahwa aku sekarang dekat dengan Se Kyung. Sesuatu yang buruk bisa saja terjadi pada Se Kyung meski Se Kyung adalah sahabat terbaik Eun Ji. Aku tahu persis bagaimana watak dan karakter Eun Ji. Dia tak akan pernah membiarkan sesorang menghalangi jalannya untuk mendapatkan sesuatu yang sangat dia inginkan. Dan sesuatu yang diinginkannya itu adalah cintaku yang selama ini masih belum bisa didapat Eun Ji meski kami sudah lama saling kenal.
“Kau mau kemana?”, tanyaku saat melihat Se Kyung berjalan berbalik arah.
“Aku mau ke bawah. Eun Ji nampaknya sudah ada di halaman rumah”, jawab Se Kyung.
“Mwoooo???”, teriakku pada Se Kyung.
Apa? Eun Ji sudah ada di halaman rumah? Tidak tidak, tidak boleh. Aku harus mencegah Se Kyung agar tidak bertemu dengan Eun Ji di bawah. Jika mereka bertemu, Se Kyung dengan wajah polosnya akan mengenalkanku di hadapan Eun Ji.
Tanpa pikir panjang lagi, aku pun segera melompat turun dari tempat tidur ketika melihat Se Kyung hampir saja menuju ambang pintu. Sebelum Se Kyung menyentuh knop pintu, aku sudah terlebih dahulu menyentuhnya. Tubuhku yang jangkung tentu menghalangi langkah Se Kyung selanjutnya. Dengan gerakan cepat, ku kunci pintu kamar Se Kyung dan menyembunyikan kuncinya di saku celanaku
“Yak, apa yang kau lakukan pada pintuku, Chanyeol-ah? Mana kuncinya?”, teriak Se Kyung.
“Ambil saja kalau kau bisa”, tantangku sambil menunjuk saku celana jeansku.
Se Kyung kemudian mengejarku, berusaha mengambil kunci yang ada pada diriku. Ketika kami berada di sisi tempat tidur, ku tarik tubuh Se Kyung ke dalam pelukanku hingga memposisikan tubuhnya tepat di atasku yang tengah rebahan di atas tempat tidur.
“Kau mau ke mana, Se Kyung-ah? Jangan tinggalkan aku. Tetaplah di sini, di sampingku”, bisikku lembut, selembut ciuman yang sekarang ku tujukan pada bibir tipis Se Kyung.
To Be Continued