Tittle : My Cool Neighbour (part 2)---Punishment
Author : Hyeni Chan
Genre : Romance, School Life
Length : Chaptered
Cast : Park Chanyeol, Yoon Se Kyung, Cho Kyuhyun, Kai, D.O, Baekhyun, Sehun
Se Kyung’s POV
“Apa yang kau lakukan di sini, Se Kyung-ssi?”, terdengar suara seseorang yang mendekat ke arah kami. Suara itu tak lain dan tak bukan adalah suara Kyuhyun songsaenim. Dia berjalan ke pintu gerbang dengan ditemani Shin ahjussi, seorang penjaga sekolah.
“Tamatlah riwayatmu, Se Kyung. Untuk ke sekian kalinya, kau akan mendapat hukuman”, kataku dalam hati.
Kyuhyun songsaenim adalah guru yang paling ku takuti di sekolah ini. Meski banyak murid perempuan yang menyukai Kyuhyun songsaenim karena wajahnya yang tampan, tapi bagiku dia tetap seorang guru yang menakutkan. Karena itulah aku tidak begitu menyukai Kyuhyun songsaenim.
“Maaf, songsaenim, kami datang terlambat”, aku berkata dengan sopan dan sangat hati-hati. “Maaf? Apakah pelanggaranmu ini bisa ditebus dengan ucapan maaf, hah? Bahkan setiap hari kau selalu datang terlamabat. Se Kyung-ssi, hari ini kau harus menjalani hukuman”, ucap Kyuhyun songsaenim dengan nada kasar.
Mendengar ucapannya itu, aku hanya bisa diam dan mengumpat dalam hati. Sedangkan Chanyeol malah menunduk dengan menahan tawa.
Setelah puas memakiku, Kyuhyun songsaenim lalu mengalihkan pandangannya ke arah Chanyeol sambil sesekali melihat beberapa lembar kertas yang ada di genggamannya.
“Apa kau murid baru?”, tanya Kyuhyun songsaenim.
“Iya. Lalu dari mana songsaenim tau?” Chanyeol balik bertanya.
“Ini, di tanganku sudah ada foto dan data-data mengenai dirimu. Sejak pagi tadi, kepala sekolah sudah memintaku untuk mencarimu”, jawab Kyuhyun songsaenim seraya mengacungkan lembaran kertas di tangannya.
“Oh,,,begitu. Apakah aku juga harus menjalani hukuman?”, tanya Chanyeol lagi.
“Tidak perlu. Murid baru pada hari pertama masuk ke sekolah ini akan dibebaskan dari segala bentuk hukuman. Karena hari pertama dianggap sebagai hari perkenalan bagi murid baru. Itu adalah salah satu bentuk toleransi dari pihak sekolah. Tapi untuk hari-hari selanjutnya, dia akan mendapat hukuman seperti anak-anak yang lain, jika dia terbukti melakukan sebuah pelanggaran”, jelas Kyuhyun songsaenim.
Gara-gara mendengar penjelasan Kyuhyun songsaenim, mulutku ternganga. Sungguh tidak bisa dipercaya. Di sekolah yang demikian ketat peraturannya, ternyata memiliki sebuah peraturan yang sungguh tidak memberatkan bagi murid pindahan seperti Chanyeol. Apa ini adil? Ku rasa tidak. Aku bahkan bisa melihat seringaian dari wajah Chenyeol yang seolah menyiratkan sebuah ekspresi kemenangan.
“Awas kau Chanyeol”, umpatku dalam hati.
“Baiklah, kalau begitu ayo masuk!”, ajak Kyuhyun songsaenim.
“Dan Shin ahjussi, bisakah kau memarkir motor Se Kyung ke tempat parkir? Anak ini harus ku giring ke toilet untuk menjalani hukuman”, lanjut Kyuhyun songsaenim.
“Ah,,,,,iya, tentu saja”, jawab Shin ahjussi suka rela.
Aku berjalan dengan lesu di belakang Chanyeol yang tengah tersenyum gembira. Aku hanya bisa pasrah menerima segala bentuk hukuman yang akan menantiku. Karena sering terlambat, aku jadi hafal dengan beragam hukuman yang diberikan Kyuhyun songsaenim kepadaku. Mulai dari berdiri di bawah tiang bendera, memotong rumput, menyiram semua tanaman di taman sekolah, dan membersihkan seluruh toilet wanita. Ketika mendengar ucapan Kyuhyun songsaenim yang hendak menggiringku ke toilet perempuan, aku jadi tahu hukuman apa yang akan menantiku.
“Pasti membersihkan toilet”, tebakku dalam hati.
“Kita mau kemana?”, tanya Chanyeol penasaran ketika kami berjalan menyeberang lapangan sekolah.
Mendengar pertanyaan itu, Kyuhyun songsaenim menghentikan langkahnya.
“Ke toilet perempuan yang ada di lantai dua. Kau tahu, kan, aku harus mengantarkan Se Kyung untuk menjalani hukuman”, kata Kyuhyun songsaenim seraya menggeretku mendekat ke arahnya.
Benar, kan, dugaanku. Aku pasti mendapat hukuman untuk membersihkan toilet.
“Kau tunggu di sini saja!”, perintah Kyuhyun songsaenim pada Chanyeol.
“Tidak mau, aku tidak mau disini sendirian. Aku takut”, Chanyeol menolak.
“Hahahahha, kau ini. Heh, ingat berapa usiamu. Kau bukan anak TK lagi. Jadi buat apa takut ditinggal sendirian disini? Lagi pula ini kan siang hari. Hahahah”, aku tertawa lepas.
Sungguh menggelikan mendengar alasan yang dipaparkan Chanyeol tadi. Takut sendirian di siang bolong.? Huh, yang benar saja.
“Bukan begitu. Aku ini, kan, tampan. Jadi siapa tahu ada yang berniat menculikku”. Chanyeol berkata seraya tersenyum, menunjukkan deretan giginya yang putih dan rapi.
“Apa? Tampan? Yang benar saja. Kau bahkan tidak lebih tampan dari dumbo. Berani taruhan, tidak akan ada orang yang ingin bersusah-susah untuk menculik orang aneh sepertimu”, kataku seraya menjulurkan lidah.
“Aissshhh…kau ini ternyata sangat menyebalkan, yah!”, seketika ekspresi Chanyeol berubah. Dia melotot ke arahku.
“Sudah sudah. Hentikan pertengkaran konyol kalian ini. Se Kyung, ayo ikut aku!”. Kyuhyun songsaenim lalu mengajakku ke lantai dua.
“Aku ikut”, teriak Chanyeol seraya berlari membuntuti kami yang hendak ke lantai dua.
Author’s POV
“Nah, sudah sampai. Se Kyung, kau sudah tahu tugas apa yang harus kau laksanakan, kan?”, tanya Kyuhyun songsaenim ketika mereka tiba di mulut pintu toilet perempuan.
“Nde, arraseo, songsaenim”, jawab Se Kyung singkat.
Se Kyung lalu masuk ke toilet perempuan, menggantungkan tasnya di salah satu gantungan yang terletak di belakang pintu, kemudian mengambil alat-alat pembersih yang sudah tersedia di ujung ruangan.
Merasa tak perlu memberi instruksi lebih lanjut lagi pada Se Kyung, Kyuhyun songsaenim lalu mengajak Chanyeol untuk pergi ke kelas.
“Kajja, kita masuk ke kelas!”.
“Ke kelas?”, tanya Chanyeol yang masih berdiri mematung di depan pintu toilet.
“Ya, ke kelas. Wae?”, Kyuhyun songsaenim bertanya.
Tapi Chanyeol sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan Kyuhyun songsaenim. Chanyeol malah semakin mendekati pintu toilet.
“Jadi, dia akan membersihkan toilet ini, songsaenim?” Chanyeol bertanya seraya mengintip ke dalam toilet perempuan.
“Ya, dia harus membersihkan toilet ini sampai jam istirahat tiba. Kajja, akan ku tunjukkan dimana ruanganmu!”
“Tidak, songsaenim. Aku di sini saja”, tolak Chanyeol.
“Wae?”, Kyuhyun songsaenim semakin penasaran
Chanyeol yang tadinya masih merapat di mulut pintu, akhirnya berbalik dan berjalan ke salah satu tiang yang ada di depan toilet. Menyandarkan tubuh dan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.
“Izinkan aku ikut membersihkan toilet ini, songsaenim. Bagaiamana pun juga, aku sudah datang terlambat. Rasanya tidak adil jika aku tidak dihukum”, pinta Chanyeol.
“Tapi peraturannya,,,,,,,”
“Aku tidak peduli, songsaenim. Aku hanya tidak ingin mendapat perlakuan istimewa seperti ini”.
“Baiklah jika itu yang kau inginkan, kau bisa membantu Se Kyung-ssi membersihkan toilet”
“Terima kasih, songsaenim, terima kasih”, ucap Chanyeol seraya membungkukkan badan.
“Ya, ku harap kau tidak menyesal setelah melaksanakan hukuman ini. Aku tidak akan mempedulikan keluhanmu jika terjadi apa-apa nanti. Aku ke kelas dulu”, Kyuhyun songsaenim menepuk pelan pundak Chanyeol. Kemudian dia berlalu meninggalkan Chanyeol menuju ruang kelas untuk mengajar.
Setelah mendapat izin dari Kyuhyun songsaenim, Chanyeol pun masuk ke toilet. Dilihatnya Se Kyung yang tengah menggosok lantai dengan sikat. Peluhnya mengalir membasahi wajah cantik yang sedikit tertutup oleh beberapa helai rambut yang terurai.
“Hei, jelek. Apa kau tidak butuh bantuan?”, tanya Chanyeol.
Se Kyung benar-benar kaget melihat kemunculan Chanyeol yang menurutnya sangat tiba-tiba
.
“Kau,,,,,,kenapa ada disini? Apa yang kau lakukan? Aku tidak butuh bantuan”, Se Kyung berkata dengan menunjukkan ekspresi ketusnya pada Chanyeol.
“Kau ini, selain menyebalkan, ternyata kau juga gadis yang keras kepala, ya”, Chanyeol berkacak pinggang.
“Aku disini untuk menjalani hukuman juga”, sambung Chanyeol.
Mendengar perkataan Chanyeol itu, Se Kyung langsung menghentikan aktivitas menggosok lantainya dan menatap Chanyeol dengan tatapan tidak percaya.
Seolah mengerti maksud tatapan itu, Chanyeol berkata santai. “Ya ya, aku tahu kau pasti terkejut dan tidak percaya. Tapi inilah kenyataannya”.
Tanpa basa-basi lagi, Chanyeol kemudian menggantungkan tasnya di sebelah tasnya Se Kyung. Melepas jas dan melipat lengan kemejanya sampai siku.
“Sini, berikan sikatmu”, Chanyeol berusaha merebut sikat yang ada di tangan Se Kyung.
“Untuk apa? Kau, kan, bisa ambil sikat yang lain”, bantah Se Kyung seraya menjauhkan sikatnya dari jangkauan Chanyeol.
“Sudahlah, jangan banyak bicara”. Dengan sekali gerakan, sikat yang ada pada Se Kyung itu, kini telah beralih ke tangan Chanyeol.
“Kau duduk yang manis saja. Dan lihat aku bekerja”, lanjut Chanyeol sambil tersenyum manis.
Se Kyung tidak membantah. Dia hanya diam sambil melihat Chanyeol yang tengah menyikat lantai dengan susah payah. Dia tidak menyangka Chanyeol bisa bersikap seramah dan sebaik ini. Padahal pagi tadi sikapnya sangat menyebalkan dan acuh tak acuh.
“Gomawo”, ucap Se Kyung lirih.
“Apa? Kau bilang apa? Aku tidak dengar”, Chanyeol seketika mendongak, menatap Se Kyung yang tengah duduk berjongkok di sebelahnya.
“Ya sudah kalau tidak dengar. Aneh sekali, punya telinga sebesar itu tapi tidak bisa mendengar ucapan yang baru saja ku ucapkan”, ucap Se Kyung sambil mengerucutkan bibir.
“Hahahahha, aku bisa dengar Se Kyung-ah. Telingaku ini sangat tajam pendengarannya. Kau tidak perlu berterima kasih seperti itu. Aku melakukan ini bukan karena ingin membantumu atau meringankan beban hukumanmu. Aku melakukan ini, karena ku pikir ini adalah pekerjaan yang menyenangkan. Apa kau tahu? Seumur-umur baru kali ini aku membersihkan toilet”, jelas Chanyeol. Dia menatap sebentar wajah Se Kyung, tersenyum, lalu kemblai fokus pada pekerjaannya.
“Tapi kau sendiri, kan, yang menawarkan diri untuk membantuku membersihkan toilet?” tanya Se Kyung.
”Dan kau menolak. Jadi ku lakukan pekerjaan ini bukan karena dirimu. Tapi untuk diriku sendiri”, jawab Chanyeol tanpa menoleh ke arah Se Kyung sedikit pun.
Se Kyung memutar bola matanya malas. Berdebat dengan Chanyeol bukanlah ide bagus dan hanya membuang-buang waktu saja. Sebenar apa pun argumen yang kau buat, kau akan tetap kalah melawan argumen gila yang dilontarkan Chanyeol.
Se Kyung akhirnya mengalah.
“Baiklah, terserah kau saja”, ucap Se Kyung seraya berdiri.
Chanyeol hanya diam, tidak menoleh, apalagi menjawab. Dia masih fokus dengan pekerjaannya.
Titik-titik keringat telah nampak di wajah Chanyeol. Rambut dan bajunya yang rapi mulai basah karena keringat, membuatnya agak sedikit berantakan. Se Kyung memandangi Chanyeol dalam diam.
“Dasar anak manja. Belum apa-apa keringatnya sudah bercucuran seperti itu. Bisa-bisa, selesai membersihkan toilet ini, dia jatuh pingsan”, gumam Se Kyung dalam hati.
“Apa? Pingsan? Bagaimana jika dia benar-benar pingsan?”. Ekspresi wajah Se Kyung yang awalnya menghina, tiba-tiba berubah menjadi ekspresi yang menyiratkan kekhawatiran. Se Kyung menggelengkan kepala, menghapus segala bayangan mengenai kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada Chanyeol.
“Tidak boleh. Dia tidak boleh pingsan”.
Sedetik kemudian, Se Kyung mengambil sebuah sikat yang ada dalam kotak penyimpanan barang di sudut ruangan. Dan ketika dia kembali ke tempat Chanyeol menyikat lantai, Se Kyung terpeleset hingga mengenai tubuh Chanyeol dan mendorongnya ke dinding. Kepala mereka berbenturan dan membuat bibir mereka saling bersentuhan. Mata Se Kyung melotot, tak berkedip sama sekali. Begitu juga Chanyeol, dia terlihat sangat kaget dengan kejadian yang terjadi secara tiba-tiba ini. Dunia seakan berhenti berputar. Suasana tiba-tiba hening. Yang terdengar hanya deru nafas mereka yang saling beradu dan detak jantung yang berdetak cepat.
Se Kyung yang tersadar, langsung melepaskan bibirnya dari bibir Chanyeol. Dia lalu berdiri. Merapikan seragam dan berpura-pura tidak melihat Chanyeol yang tengah berusaha berdiri. Chanyeol berdehem keras, berusaha menutupi segala kegugupan yang tengah menyelimuti dirinya. Se Kyung hanya bisa menunduk. Perasaannya campur aduk, antara bingung, malu, canggung, atau bahkan senang. Entahlah, dia tak tahu. Dia hanya bisa menunduk dan menggigit bibir. Susana canggung menyelimuti keduanya. Tak ada yang berani menatap, mereka hanya bisa tertunduk malu.
“Mianhae”, ucap mereka hampir bersamaan.
Hal ini semakin membuat suasana menjadi lebih canggung. Sekilas Chanyeol memberanikan diri menatap Se Kyung meski terlihat agak sedikit malu. Sedangkan Se Kyung, dia tak berani menatap, hanya menunduk.
“Mianhae. Aku tidak bermaksud,,,,,”, Chanyeol kehilangan kata-kata. Dia mengusap kasar rambutnya.
“Kau tidak usah meminta maaf seperti itu. Aku yang salah karena tidak berhati-hati ketika melewati lantai licin seperti ini”, Se Kyung yang sedari tadi menunduk, kini memberanikan diri mengangkat wajah memandang Chanyeol yang berdiri gusar di hadapannya.
“Ah,,,,,,tidak apa-apa. Tidak perlu minta maaf. Aku juga salah, tidak mengingatkanmu terlebih dahulu. Lain kali, hati-hati, ya”, Chanyeol berkata sambil tersenyum manis.
Melihat senyum itu, Se Kyung jadi ikut tersenyum. Suasana yang dingin dan canggung telah berubah hangat berkat sebuah senyum tulus dari Chanyeol.
“Iya”, jawab Se Kyung singkat.
*******************
Teeetttttt,,,,tttteeeeeettttt.
Bel tanda istirahat telah berbunyi. Terdengar suara riuh rendah para murid yang berhamburan keluar untuk membeli makanan di kantin, bermain di lapangan, atau hanya sekedar duduk di bangku taman.
“Wah, sudah waktunya istirahat. Tidak terasa pekerjaan kita telah selesai”, celetuk Chanyeol seraya mengusap peluh di dahi.
“Iya, lega sekali rasanya”, Se Kyung lalu meregangkan tangannya yang pegal karena hampir satu jam membersihkan toilet.
Chanyeol kemudian bangkit. Mencuci muka di wastafel, merapikan kemeja dan memakai jasnya kembali.
“Aku duluan, ya”, pamit Chanyeol.
“Kau mau kemana?”, tanya Se Kyung penasaran.
“Ke kelas. Gara-gara pekerjaan ini. Aku jadi belum tahu dimana kelasku”
“Siapa suruh membersihkan toilet ini?”,
“Ya, bagaimana pun juga, membersihkan toilet ternyata menyenangkan”
“Aku baru tahu sekarang. Ternyata, Dumbo juga bisa membersihkan toilet juga, ya. Hahaha”, Se Kyung tertawa lepas.
“Yak, kau ini. Tidak bisakah kau memberiku julukan lain selain Dumbo?”, protes Chanyeol.
“Tidak ada. Karena Dumbo adalah julukan yang paling pas untukmu, telinga besar”, goda Se Kyung
“Terserahlah, yang penting aku tampan. Hahahah”,
Chanyeol pun meraih tasnya dan berlari keluar dari toilet. Se Kyung hanya bisa menggeleng melihat tingkah Chanyeol yang kekanak-kanakan itu.
Kemudian dia berjalan menuju pintu dan melihat Chanyeol yang tengah berlari menjauh dari toilet. Bibirnya membentuk seulas senyum. Dan tanpa sadar sebuah kalimat manis tiba-tiba meluncur dari bibirnya, “Semoga harimu menyenangkan, Chanyeol-ah”.
Chanyeol’s POV
Ini adalah hari pertamaku masuk ke Shinhwa Senior High School. Aku adalah murid baru di sekolah ini. Ku pikir, hari pertamaku akan menjadi hari yang istimewa seperti yang dialami oleh murid baru pada umumnya. Tapi dugaanku salah. Hari pertamaku diawali dengan kejadian yang sama sekali tidak menyenangkan. Aku terlambat masuk kelas dan menjalani hukuman membersihkan toilet bersama seorang yeoja yang menyebalkan dan keras kepala. Walau harus ku akui, dia berhasil mendapatkan kesepuluh jariku untuk mengungkapkan bagaimana kecantikan dan pesona gadis itu di mataku. Dan jika boleh jujur, hanya dia satu-satunya yeoja dalam hidupku yang mendapat nilai sepuluh setelah eommaku.
Apa kalian berpikir aku tidak laku sampai-sampai semudah itu memberi nilai sempurna pada seorang gadis? Kalian keliru jika menganggapku seperti itu. Lihat, ketika aku berjalan menyusuri koridor sekolah ini, semua yeoja melihat dan membicarakan diriku. Bagaimana tidak? Aku tampan, memiliki tinggi badan ideal, dan mempesona. Jadi, siapa yang tidak terpikat pada namja sepertiku?
Setelah menemui Kyuhyun songsaenim di ruang guru untuk menanyakan dimana kelasku, aku pun segera menaiki tangga ke lantai tiga. Sesampainya di depan kelas yang dimaksud, ku lihat seorang namja yang wajahnya sangat familiar bagiku tengah berkumpul bersama teman-temannya di kelas.
“Apakah dia Baekhyun? Teman masa kecilku dulu? Tidak, dia tidak mungkin setampan itu” gumamku dalam hati.
Ku beranikan diri masuk kelas. Bingung karena tidak tahu tempat duduk mana yang kosong, aku pun bertanya pada gerombolan namja yang sedang berkumpul itu.
“Maaf, apakah ada tempat duduk yang masih kosong?”.
Namja yang memakai topi merah yang ku duga Baekhyun, menatapku dengan tatapan aneh. Dia mengamatiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kemudian dia tiba-tiba tersenyum tipis.
“Kau Park Chanyeol, kan?”, tanyanya sedikit ragu.
“Nde, Park Chanyeol imnida”, aku menjawab seformal mungkin lalu membungkukkan badan.
“Ah, kau ini. Kenapa seformal itu? Seperti baru kenal saja. Aku Byun Baekhyun, teman masa kecilmu. Apa kau sudah lupa?”, ucap namja yang mengaku Baekhyun itu dengan senyum sumringah.
“Baekhyun?”, tanyaku seraya mengamati dirinya. Dia mengangguk penuh semangat.
Setelah ku amati, ternyata benar dugaanku, namja ini memang Baekhyun.
“Maafkan aku, teman. Bukannya aku lupa terhadapmu. Hanya saja sekarang kau jauh berbeda, lebih tampan. Jadi aku tidak berani menyapamu, takut salah orang”, kataku bersemangat.
“Bisa saja kau ini. kau juga semakin tampan dan tinggi. Lihat, tinggi badan kita jauh berbeda”, Baekhyun tiba-tiba melompat turun dari meja dan mencoba mengukur tinggi badannya denganku. Aku tertawa melihat tingkah Baekhyun. Ternyata sifatnya tidak berubah, tetap lucu dan menyenangkan seperti terakhir kali kami bertemu di sekolah dasar.
“Kau tidak lupa untuk mengenalkanku dengan teman-temanmu ini, kan, Baekhyun?”, tanyaku sambil menunjuk ketiga teman Baekhyun itu.
“Oh,,,,saking senangnya aku bertemu denganmu, sampai-sampai aku lupa untuk memperkenalkan dirimu dengan teman-temanku. Hehehehe, mianhae”, ucap Baekhyun nyengir. “Oke, perkenalkan, ini Kai, D.O, dan Sehun. Mereka adalah temanku selama di SMA ini. Dan sekarang, secara otomatis mereka adalah temanmu juga”, jelas Baekhyun.
“Chanyeol imnida”, aku membungkukkan badan.
Dan secara bersamaan, mereka juga membungkukkan badan padaku.
“Senang berkenalan denganmu, Chanyeol”, ucap salah satu namja yang bernama Kai.
“Aku juga”, sahutku sambil tersenyum.
“Perkenalan telah usai, kau mau ikut dengan kami ke lapangan basket indoor, Chanyeol?”, tanya Baekhyun.
“Tidak, terima kasih. Aku sedang ada urusan. Lain kali saja, ne”, jawabku dengan nada menyesal.
“Baiklah kalau begitu. Kami duluan, ya!”, pamit Baekhyun.
“Nde, semoga menyenangkan”, ku tepuk pundak Baekhyun.
“Jika butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan untuk datang pada kami”, Sehun menawari.
“Iya, tentu saja. Terima kasih semua”, ujarku.
Setelah bersalaman dan berpamitan, mereka pun akhirnya meninggalkan kelas.
“Pasti sangat menyenangkan jika bisa bergabung dan bermain bersama mereka. Tapi sebaiknya tidak hari ini. Karena aku masih harus bertemu dengan gadis sepuluh jariku”, kataku dalam hati.
To be Continued
Jangan lupa like dan komentarnya ya
Gomawo