“Siapa dia?” Hyukjae berdiri di hadapan Eunah menyilangkan tangannya di depan dada. Sedangkan Eunah merasa suaranya terdengar berbeda dari pada biasanya.
“Namanya Cho Kyuhyun. Dia... sepupuku.”
“Sepupu? Lalu kau kira aku akan peduli kalau aku tahu bahwa dia sepupumu? Kenapa kau berani membawanya kesini tanpa meminta ijin padaku terlebih dulu?”
“Aku hanya ingin membantunya, Hyukjae-ah. Dia juga diusir dari rumahnya sama sepertiku. Aku tidak tega meninggalkannya sendirian di tempat yang tidak dia kenal.”
“Memangnya dimana rumahnya sampai-sampai dia tidak mengenal Korea? Bagaimana bisa dia diusir juga tepat setelah kau diusir dari rumahmu?”
“Maaf, tapi aku belum bisa menceritakan tentang itu kepadamu.”
“Mudah saja kalau begitu! Suruh dia pergi dari sini sekarang juga!”
“Kau ini kenapa hah? Tidak biasanya kau bertingkah seperti ini!”
“Tau apa kau tentangku?! Aku bahkan baru bertemu denganmu dua hari lalu tapi kau bertingkah seolah kau sudah lama mengenalku!” Eunah terdiam di tempatnya setelah kata-kata menyakitkan itu keluar begitu saja dari mulut Hyukjae. Dia bisa merasakan matanya mulai memanas. Hyukjae yang dapat melihat air mata Eunah mulai menggenang tersadar bahwa tidak seharusnya dia berkata seperti itu. Eunah bangkit dan berdiri tepat di depan Hyukjae dan tatapan kecewa terpancar dari matanya.
“Lalu kau sebut apa dirimu? Kau bahkan berani memintaku untuk menjadi malaikatmu pada saat baru beberapa jam saja mengenalku. Apa kau pikir aku begitu bodoh sampai-sampai begitu mudahnya aku percaya padamu padahal aku belum mengenalmu?!” Saat itu Hyukjae dapat melihat aura Eunah yang berubah menjadi menyeramkan. Bahkan aroma yang menguar dari tubuhnya pun bukan lagi campuran wangi vanilla dan ambrosia, namun seperti harum pohon Cypress tua yang baru saja terguyur hujan besar. Dan dia tahu jelas apa arti dari pohon Cypress, hanya dua yaitu duka dan kematian.
“Eunah-ya, maafkan aku karena telah mengatakan hal buruk seperti itu kepadamu. Aku sudah mengatakannya padamu, kan? Aku tidak suka jika kau dekat dengan laki-laki lain” Hyukjae meletakkan kedua tangannya di pundak Eunah dan memegangnya erat. Entah kenapa suaranya terdengar lemah.
“Aku bisa memberinya uang untuk tinggal di tempat lain, asalkan bukan disini. Apartemen ini hanya untukku dan kau. Kau mengerti?” Entah datang dari mana, tiba-tiba saja Hyukjae merasa seperti angin musim gugur bertiup pelan disekitarnya dan kembali membawa harum tubuh Eunah yang tercium seperti vanilla dan ambrosia.
“Kau kembali...” Hyukjae bergumam pelan dan membuat Eunah mengerjap-ngerjapkan matanya.
“Jadi kau ingin membantunya? Bagaimana jika kau belikan dia ponsel juga? Aku pikir dia membutuhkannya.” Hyukjae terpana melihat sosok gadis di depannya. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa dalam satu raga terdapat dua kepribadian yang sangat berbeda dan dapat dengan sangat cepat berubah.
“Kenapa kau melakukan ini padaku?” Hyukjae menggerakkan tangan kanannya ke arah pipi Eunah dan menyentuhnya dengan telunjuknya lembut sehingga membuat mata Eunah melebar tidak mengerti.
“M...maksudmu?”
“Aku bahkan tidak dapat menemukan alasan kenapa aku bisa begitu terpesona olehmu. Karena sekarang aku menyadari bahwa bukan kecantikanmulah yang membuatku terpesona.” Eunah dapat merasakan tatapan dalam Hyukjae di matanya sehingga seakan-akan dia dapat merasakan seperti tenggelam di samudra atlantik yang membuat tubuhnya membeku. Tanpa sadar wajah Hyukjae sudah sangat dekat sehingga dia bisa merasakan nafasnya berhembus di wajahnya. Diapun baru menyadari kalau ternyata Hyukjae memiliki bau tersendiri. Seperti wangi pohon Elm yang baru saja terguyur hujan di tengah musim panas. Sesuatu yang bisa membuatnya terlindung dari terik matahari, membuat sejuk dan aman sehingga menginkannya untuk kembali lagi kepadanya setelah lelah seharian penuh, membuatnya selalu merasa rindu. Dia...menginginkannya.
“Hyuk-ah, Kyu sudah menunggu kita diluar.” Ucap Eunah tepat pada saat Hyukjae menempelkan bibirnya di bibir Eunah.
“Aissh! Bodoh, kau merusak moodku!” Hyukjae mengerang dan menjauhkan dirinya dari tubuh Eunah lalu melempar dirinya di atas tempat tidur. Diam-diam berusaha menghindari karena keinginannya untuk menyeret gadis itu ke atas tempat tidur terlalu besar.
“Cepat keluar dan buatkan aku makanan jika kau tidak ingin aku menarikmu dan menguncimu di atas tempat tidurku!”
***
Kami duduk mengelilingi meja makan. Saling diam tanpa ada yang berani untuk bicara sedikitpun. Kyuhyun menyalahkanku setelah aku menceritakan kejadian di dalam tadi karena telah seenaknya saja membawanya kesini tanpa memikirkan reaksi seperti apa yang diberikan Hyukjae nanti. Dasar makhluk tidak tahu diri! Sudah untung karena aku menyelamatkan dia dari kelaparan dan kepunahan manusia tampan. Dia pikir menjadi manusia itu sama seperti malaikat yang tidak membutuhkan makanan dan minuman untuk bertahan hidup?! Dia menginjak kakiku saat mendapatiku mendelik ke arahnya. Awas kau Cho!
Oh ya aku belum memberitahu kalian, bukan? Kami para malaikat di kerajaan langit hanya memakan Daffodil dan meminum air dari mata air sumber kehidupan yang ada disana. Itulah salah satu faktor mengapa para malaikat abadi adalah karena Daffodil yang tumbuh di kerajaan langit memiliki sihir kehidupan abadi yang tidak bisa ditemui di bagian dunia manapun lagi selain disana. Begitu pula dengan mata air sumber kehidupan. Jika dilihat dengan mata biasa, airnya hanya terlihat seperti air putih biasa namun memiliki rasa yang akan berubah tergantung dengan keinginan si peminum air tersebut. Mungkin itulah salah satu yang akan aku rindukan jika aku berubah menjadi manusia nanti, selain sahabatku Hyejung tentu saja.
“Jadi, kau ingin aku carikan tempat tinggal dimana?” Hyukjae memulai pembicaraan setelah dia menghabiskan makanannya dan berdiri menuju lemari pendingin untuk mengambil sekotak susu stroberi.
“Bisakah tolong ambilkan aku stroberinya?” Ucapku menunjuk ke dalam lemari pendingin.
“Apakah disini masih ada apartemen kosong?” Hyukjae menghentikan gerakannya dari kegiatannya mencari stroberi yang terletak di bagian paling bawah lemari pendingin saat mendengar Kyuhyun bicara, menoleh menatapnya curiga.
“Kenapa kau ingin tinggal disini?”
“Aku...harus mengawasi rumah di belakang apartemen ini. Ada satu hal penting yang harus aku lakukan.” Hyukjae mengalihkan tatapannya kearahku yang hanya aku balas dengan tatapan meyakinkan seakan berbicara dari hati ke hati bahwa Kyuhyun mengatakan hal yang sebenarnya.
“Baiklah. Besok aku akan mengeceknya. Malam ini kau boleh tidur di sofa ruang tamu.” Aku menatap Kyuhyun dan mendapati senyumannya. Senyum pertama yang kulihat semenjak dia sudah menjadi seorang manusia.
“Terima kasih banyak hyung.” Aku menatap Kyuhyun bingung. Bagaimana bisa dia menyebut Hyukjae hyung sementara kami para malaikat sudah tidak bisa menghitung berapa umur kami sebenarnya. Yang pasti kami sudah ada semenjak dunia ini diciptakan.
“Kenapa kau menyebutnya hyung?” Tanyaku penasaran.
“Eung~ kemarin orangtuaku bilang bahwa umurku sekarang 25 tahun. Eunah-ssi, apa kau lupa kalau tadi aku sempat menanyakan umur Hyukjae hyung kepadamu?” Aku berusaha menahan tawaku untuk tidak meledak setelah mendengarnya berbohong. Sebelumnya aku sudah mengira bahwa dia akan menjadi manusia yang tidak biasa jika mengingat seberapa hebatnya dia saat masih menjadi malaikat di kerajaan langit.
“Eunah-ya, apa kau sudah melihat mobil baruku di bawah? Aku lupa mengatakan padamu kalau si cantik itu sudah tiba tadi.”
***
Mereka tiba di depan pusat perbelanjaan untuk membelikan Kyuhyun ponsel baru. Saat tiba di tempat parkir, Eunah sempat melihat ke arah kursi penumpang dimana Kyuhyun duduk dan mendapati wajahnya yang terlihat sangat bodoh. Dia harus berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawanya karena tentu saja kesempatan untuk melihat wajanya yang seperti itu akan sangat langka.
“Ya Kyuhyun-ah, apa yang kau lihat hah?” Dia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu dengan cepat wajahnya kembali berubah dingin dan menakutkan. Kali ini Eunah tidak bisa menahan tawanya lagi dan akhirnya meledak.
“Yak! Diam kau!” tangan Kyuhyun melayang keatas kepalanya dan berhasil membuat Eunah terdiam merengut kesal.
“Aissh! Kalian ini ingin tetap disini atau ikut aku turun?!” Hyukjae yang jengah melihat tingkah kedua orang itu berteriak gusar sehingga membuat Eunah dan Kyuhyun menunduk menatap kakinya. Kyuhyun berpikir bahwa menurut dengan perkataan orang lain itu sangat bukan gayanya. Tapi mau tidak mau dia harus tahu diri karena Hyukjae-lah yang sudah membantu hidupnya untuk menjadi manusia di saat-saat seperti ini. Dia akan membalasnya jika dia sudah memiliki semua hal yang seharusnya dimiliki seorang manusia nanti.
“Kyu bilang dia tidak ikut turun. Kakinya masih terlalu pegal karena berjalan cukup jauh denganku tadi.” Kyuhyun menoleh menatap Eunah dengan tatapan mematikan saat gadis itu dengan seenaknya menjawab pertanyaan Hyukjae tadi.
“Baiklah biar aku dan Eunah saja yang pergi, kau tunggu disin.” Eunah langsung membalas tatapan Kyuhyun dan berniat memukulnya saat Hyukjae keluar dari mobilnya.
“Kau harusnya berterimakasih padaku karena tidak membiarkan wajah tampanmu terlihat memalukan di dalam sana, bodoh!” Eunah menyusul langkah Hyukjae yang sudah berjalan beberapa langkah di depannya ketika keluar dari mobil, membuat Kyuhyun terhenyak di kursinya. Dia tidak pernah berpikir sebelumnya bahwa akan sesulit ini saat menjadi manusia.
Hyukjae membawa Eunah ke sebuah toko penjualan ponsel ternama dan mendatangi salah satu penjaganya. Dia mengeluarkan ponsel dalam kantongnya dan menunjukkannya pada penjaga tersebut.
“Berikan saya satu yang sama persis seperti ini.”
“Dimohon tunggu sebentar.” Eunah menjulurkan lidahnya mengejek saat memandang wajah Hyukjae yang tidak lepas dari penjaga perempuan itu. Bahkan kecantikannya tidak bisa mengalahkannya sepersekian persen pun.
“Hei, kau tidak bertanya padaku kenapa aku tidak membelikanmu ponsel sedangkan aku membelikan satu untuk Kyuhyun?”
“Ah iya! Sama sekali tidak terpikirkan olehku. Kenapa memangnya?”
“Karena kau tidak akan butuh barang seperti ini. Kau hanya perlu untuk selalu berada dalam jangkauanku sehingga aku bisa terus mengawasimu. Aku peringatkan padamu, jangan pernah kau pergi lagi tanpa sepengetahuanku seperti tadi siang. Kau mengerti?!”
“Aish~ kau ingin mengekangku, begitu?”
“Bukan mengekangmu tapi hanya mengikatmu.” Hyukjae tertawa kecil mendengar perkataannya barusan. Dia bahkan tidak pernah mengira bahwa akan begitu mudahnya mengatakan hal memalukan seperti itu terlebih lagi pada seorang gadis yang baru dikenalnya. Dia hanya merasa benar ketika berada di dekatnya. Merasa seperti gadis itu bisa melengkapi semua kekurangannya. Semakin dia berada di dekatnya yang dia pikirkan hanyalah dapat menatap wajahnya ketika pertama kali dia membuka mata di pagi hari, dan menunggunya pulang ke rumah pada malam hari.
“Tapi, kenapa kau mau membelikan dia barang mahal seperti ini padahal kau baru saja mengenalnya?”
“Entahlah. Aku hanya merasa bahwa dia bukan orang jahat. Bahkan aku dapat melihatnya melalui matamu saat kita bertengkar tadi sore. Sudah berapa lama kau mengenalnya?”
“Eum...Aku tidak tahu. Sudah terlalu lama sehingga aku tidak dapat mengingatnya lagi. Dia satu-satunya keluargaku yang aku kenal sekarang ini.” Matanya menerawang memandang etalase tempat berbagai macam ponsel di pajang. Hyukjae yang menatapnya dari samping hanya berusaha untuk mengendalikan dirinya agar tidak hilang kendali untuk menarik gadis itu kedalam pelukannya. Dia tidak suka ketika gadisnya mendapati tatapan orang-orang yang berjalan melewati toko dimana mereka berada.
“Tapi aku merasa sepertinya hubungan yang kalian miliki ini bukan hubungan biasa. Maksudku, seperti kalian berada dalam hubungan darah yang isi keseluruhan keluargamu itu bukan manusia biasa. Aish! Bagaimana caraku menjelaskannya?!” Hyukjae menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.
“Belum waktunya untukmu mengetahui tentang kehidupan kami. Persiapkan saja dirimu untuk menghadapi segala kemungkinannya. Di dunia ini, apa saja bisa terjadi, bukan?”
***