Kau tahu apa itu takdir?
Takdir itu adalah ketika kau dan dia
bertemu di satu tempat dalam waktu yang sama..
Dan saat itu kau dapat langsung merasa dan berkata :
“Ya, dialah takdirku”
Aku membuka mataku dan mengintip ke arah jam di atas nakas kecil samping tempat tidur milik Hyukjae dan menyadari bahwa aku sudah 2 jam tertidur. Aku merasakan tangan Hyukjae yang masih melingkar memeluk pinggangku. Dengan sangat perlahan aku memindahkan tanganya dan terduduk di tepi tempat tidur. Aku meregangkan ototku yang terasa pegal karena terlalu lama tidur dalam posisi yang sama.
Sebelum keluar kamar, aku sempat mengecek suhu tubuhnya yang ternyata sudah menurun. Aku menuju kamar mandi dan membasahi wajahku dengan air dingin lalu berjalan masuk ke dalam kamarku sendiri.
Ini sudah hari kedua tetapi aku belum menjalani progres sama sekali. Aku berjalan mendekati jendela kamarku yang terbuka dan berdiri memandang ke langit siang musim gugur di luar jendela.
“Apa yang harus aku lakukan?” Aku menggumam pelan dan mengalihkan pandanganku ke arah sebuah rumah besar di belakang apartemen Hyukjae tinggal. Keningku mengkerut saat mataku menangkap sesosok laki-laki yang sudah tidak asing lagi bagiku. Dia terlihat sedang menyenderkan bahunya di tiang lampu pinggir jalan tepat di depan apartemen tersebut.
“Sedang apa dia disini?” Aku langsung berlari keluar apartemen menuju dimana laki-laki itu berada. Saat aku tiba di tikungan jalan yang mengarah ke depan rumah itu, aku melihat laki-laki itu sedang berbicara dengan seorang perempuan yang terlihat cukup cantik dan membuat keningku makin mengkerut.
“Maaf, tapi aku tidak mengenalmu! Lepaskan tanganku atau aku akan berteriak dan berkata bahwa kau sedang berusaha menculikku!” Perempuan itu menghempaskan tangan yang sedang menggeam tangannya dengan keras dan raut kekecewaan terpampang jelas di wajah laki-laki itu.
“Kali ini aku akan melepaskanmu. Tapi aku bisa menjamin bahwa suatu hari nanti, kau tidak akan pernah bisa melepaskan diri dariku.” Aku berjalan mendekati mereka dan dapat mendengar nada dingin yang dikeluarkan laki-laki tersebut.
Tanpa mengatakan apa-apa, perempuan tadi mendelikkan matanya tajam dan berjalan cepat meninggalkan laki-laki tadi yang berdiri mematung di depanku.
“Cho Kyuhyun?” Wajah tampan itu menoleh ke arahku saat aku memanggil namanya. Seketika wangi tubuhnya yang menyerupai pinus segar bercampur dengan aftershave menyeruak masuk kedalam rongga hidungku. Bahkan saat melihatnya seperti ini, aku masih bisa membaca aura kematian di sekitar tubuhnya.
“Bagaimana kau bisa ada disini?!”
***
Aku membawa Kyuhyun untuk duduk ke tepi sungai Han tepat di bawah jembatan dan memandang lurus ke arah sungai Han di depan kami. Aku mendapati tatapan tertarik dari orang-orang yang berjalan di sekitar kami. Mungkin mereka tidak mempercayai bahwa akan ada sepasang manusia yang terlihat sangat tidak manusiawi di depan mereka. Mereka bahkan mungkin mengira bahwa kami adalah sepasang kekasih. Tapi sayangnya, aku tidak akan pernah tertarik untuk jatuh cinta kepada makhluk di sebelahku ini.
“Kau belum menjelaskan apapun kepadaku, Cho!” Aku mendengarnya membuang nafas berat dan dia berbalik menatapku dengan tatapan dinginnya.
“Apa yang ingin kau ketahui, Eunah~ya?” Suara rendah beratnya membuat bulu kuduk di sekitar lenganku meremang.
“Bagaimana kau bisa ada disini?” Aku berusaha untuk menjaga suaraku agar tidak terlihat bahwa aku benar-benar sedang ketakutan.
“Kenapa kau selalu terlihat takut jika bertemu denganku? Apakah aku terlihat semengerikan itu?!”
“Diam dan jawablah pertanyaanku!”
“Aku mendengar kabar tentangmu di dunia malaikat kematian. Kau mencintai Redyarn-mu dan memohon kepada dewa-mu untuk menjadikanmu manusia dan tinggal di bumi bersama Redyarn-mu. Jujur saja itu... itu membuatku menjadi memberontak. Kau lihat perempuan tadi? Aku... mencintainya.”
“M... Mwoya?! Kau... mencintainya?” Aku menjaga suaraku untuk tetap terdengar wajar sedangkan aku merasa seperti ada sesuatu yang menohok dadaku sangat keras.
Cho Kyuhyun, seorang malaikat kematian jatuh cinta kepada seorang gadis di bumi?! Bagaimana bisa?! Aku cukup dekat dengannya saat berada di kerajaan langit. Predikatnya sebagai malaikat kematian pun cukup disegani. Wajahnya terlihat lebih menyilaukan walaupun aura kematiannya telihat sangat jelas jika dibandingkan dengan malaikat kematian yang lainnya. Dia memiliki nasib yang sama sepertiku sehingga membuat kami lebih dekat. Para malaikat kematian di dunia malaikat kematian iri dengan wajahnya yang terlihat lebih tampan jika dibandingkan dengan yang lainnya. Percaya atau tidak, aku sering mendengar gosip yang membicarakan tentang kedekatan hubungan kami berdua yang menurutku tidak masuk akal. Bagaimana bisa seorang malaikat kematian menjalin hubungan dengan seorang malaikat pelindung?
“Iya. Terdengar sangat bodoh memang. Selama ini aku yang bertugas mengurus masa aktif hidupnya di bumi. Seharusnya, dia sudah mati sejak 4 tahun yang lalu. Tapi aku tidak tega untuk mencabut nyawanya dan melihat cahaya kehidupan melayang dari tubuhnya.” Aku mencengkeram ujung bajuku saat menyadari bahwa tanganku sudah bergetar mendengar ceritanya.
“Siapa namanya?”
“Lee Suri.”
“Tapi... bagaimana bisa kau memperpanjang masa aktifnya sehingga dia hidup sampai sekarang?”
“Aku menundanya. Walaupun semua masa aktif makhluk di bumi sudah di tentukan oleh Dieu de la mort, tapi dia berada dalam tanggung jawabku. Kau tahu kan jika satu malaikat kematian memegang kendali hidup 1 orang dalam tiap minggunya? Saat dalam jangka waktu yang sudah di tentukan itu, Suri mengalami kecelakaan dan tenggelam di laut saat dia sedang pergi berlibur dengan kekasihnya. Jujur saja saat itu aku sedikit cemburu dan hampir membuatku mengambil nyawanya. Tapi aku sudah terlalu gila karena mencintainya sehingga aku membiarkan nyawanya tetap bertahan di dalam tubuhnya. Saat itu, Dieu de la mort mengetahui hal itu dan dia marah besar kepadaku. Kau ingat kan apa yang terjadi padaku 4 tahun lalu?”
“Ya. Kau dikurung di penjara kerajaan langit dan sel-mu dijaga oleh gargoyle dan chimera berkepala tiga yang siap membunuhmu kapan saja, bukan? Aku dengar itu sangat menakutkan.”
“Aku masih dapat merasakan rasa sakitnya sampai sekarang. Hanya dengan cara kau duduk di lantainya saja, kau dapat merasakan seakan seluruh kulitmu terbakar dan seperti ada rantai berduri mencekik lehermu. Karena itulah aku tetap menjaga tubuhku untuk tetap berdiri dalam waktu 1 minggu. Kau beruntung tidak diciptakan untuk menjadi malaikat kematian.”
Aku menghela nafasku dan mengusap-usap telapak tanganku yang basah oleh keringat walaupun udara disini cukup dingin karena angin musim gugur bertiup cukup kencang. Di dunia kami, tempat yang paling menakutkan adalah dunia malaikat kematian. Dengan masuk kedalamnya saja, kau dapat merasakan aura dingin tak biasa. Jika sedikit saja kau lengah, kau bisa saja terhipnotis dan dengan sendirinya masuk kedalam lubang tak berujung tempat dimana para arwah disimpan.
“apa Dieu de la mort tahu bahwa aku telah merusak daftar list masa aktifnya karena menggagalkan kematian Hyukjae?” tanyaku takut-takut dan tanpa sadar suaraku terdengar tercekat.
“Iya. Awalnya dia sangat marah dan memutuskan untuk menghukummu seperti dia menghukumku 4 tahun lalu. Tetapi kau beruntung karena dewa-mu, Dieu Patron masih melindungimu dan tetap memberimu kesempatan untuk mengambilnya kembali.”
“Astaga! Lalu, bagaimana reaksi Dieu de la mort saat kau meminta dia untuk mengubahmu menjadi manusia?”
“Dia mengatakan bahwa dia menyesal telah menciptakanku. Saat itu aku mengira bahwa aku akan mati karena diinjak oleh gargoyle raksasa yang berada di sebelahnya. Tapi ternyata dia telah mempertimbangkan seluruh perbuatanku selama menjadi malaikat kematian dan sudah lelah untuk mengurusku sehingga akhirnya membiarkanku melakukan apa saja termasuk menjadi manusia sekalipun. Aku sempat berpikir mungkin dia sudah gila karena telah memutuskan hal semudah itu, tapi ternyata syarat yang di ajukannya cukup sulit dan membuatku khawatir.” Kyuhyun tersenyum masam sambil memandang kosong ke arah sungai Han di depan. Aku dapat melihat wajahnya memucat dan raut mukanya terlihat khawatir.
“Apa syaratnya?” Ucapku hati-hati.
“Hanya satu syarat. Dia hanya memberiku masa aktif selama 5 tahun dan 3 tahun untuk Suri untuk hidup di bumi. Jadi setidaknya, aku harus mendapatkannya dalam waktu 3 tahun ini dan tersiksa selama 2 tahun berikutnya karena terpaksa hidup tanpa eksistensinya.”
“Kau... kenapa kau berani mengambil resiko bodoh seperti itu, Cho?!”
“Aku tidak bisa menahan perasaanku terlalu lama, Eunah~ya!! Kau juga pasti mengerti bagaimana rasanya menyimpan perasaan seperti ini sedangkan tugas kita setiap harinya adalah memperhatikan setiap detik kehidupannya!!” Aku terkesiap ke belakang ketika mendapati suaranya meninggi. Dia selalu serius dengan segala ucapannya dan aku tahu itu.
“Tapi apa kau akan sanggup menjalani 2 tahun tanpa dapat merasakan nafasnya di sekitarmu?! Kalau aku jadi kau, aku tidak akan bisa melakukannya. Mungkin aku akan ikut mati bersamanya ketika masa aktifnya itu tiba.”
“Untuk kali ini pendapat kita sama. Itu jugalah yang akan aku lakukan nanti.”
Setelah itu kami berdua terdiam cukup lama. Sibuk memperhatikan riak air yang ditimbulkan oleh water taxi di atas sungai Han. Aku melihat makhluk di sampingku melalui ujung mataku. Rambutnya yang sudah cukup panjang berantakan ditiup angin dan membuatku tidak bisa melihat wajahnya cukup jelas dari tempatku duduk.
“Jadi, kau tinggal dimana sekarang?”
“Aku tidak tahu. Aku baru diubah tadi malam dan sejak aku berada di bumi ini, aku hanya berdiri di tempat kau menemukanku tadi untuk menunggunya keluar.”
“Jangan katakan padaku bahwa kau belum memakan apapun semenjak malam pengubahanmu?” Kyuhyun mengangguk tanpa menoleh ke arahku.
“Kau tidak lapar?”
“Kau bodoh jika bertanya seperti itu! Tentu saja aku lapar!”
“Yak! Tidak usah membentakku seperti itu, bodoh!” aku menjitak kepalanya dan membuatnya meringis.
“Ayo ikut aku ke apartemen Hyukjae! Aku tidak punya uang untuk membelikanmu apapun.” Aku berdiri tanpa menunggu jawaban apapun darinya. Saat menyebut nama Hyukjae tadi, tiba-tiba saja aku merasa seperti ada perasaan tidak enak diam-diam menelusup kedalam dadaku.
***
Aku membuka mataku perlahan dan bergerak mencari remote AC karena merasa suhu kamarku terlalu dingin. Aku menoleh ke sebelahku saat menyadari bahwa Eunah sudah tidak ada di tempatnya. Sudah 4 jam lebih aku tertidur dan mulai merasakan perutku berteriak minta diisi. Aku terduduk di tempat tidurku dan merasakan kepalaku menjadi sangat ringan. Beruntung demamku tadi hanya demam yang mudah hilang seperti biasanya.
Aku keluar kamarku dan mataku mencari-cari di dalam sekeliling apartemen mencari Eunah, namun tidak menemukan tanda-tanda keberadaannya dimanapun didalam sini. Setelah membasuh mukaku, aku duduk di ruang makan dan memandang nasi omlet yang sudah dingin di atas meja dan mulai memakannya.
Merasa sepi dan seperti ada sesuatu yang hilang. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku berpikir tentang perasaan yang tiba-tiba saja aku rasakan. Seingatku, aku bahkan tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Belum habis nasi omlet yang aku makan, aku sudah berjalan masuk ke depan kamar Eunah karena belum sempat memeriksanya di dalam sana tadi. Aku mengetuk pintunya namun tidak terdengar suara apapun dari dalam. Setelah tiga detik berpikir, akhirnya aku membuka pintunya dan melangkah masuk ke dalam.
“Eunah-ya?” Sepi. Aku hanya mendapati jendela kamarnya yang terbuka. Aku melangkah ke arah lemari dan melihat beberapa baju, 2 buah tas kecil dan 1 tas besar yang aku lihat saat pertama kali bertemu dengannya disana. Entah kenapa dengan sendirinya tanganku bergerak untuk mengambil ketiga tasnya dan memeriksa ketiganya. Jujur saja sebenarnya aku sangat penasaran dengan asal-usul siapa dia sebenarnya. Bukannya merasa curiga tapi hanya berpikir bahwa aku harus mengetahui segala sesuatu tentangnya jika ingin mengikatnya, bukan?
Tapi sayangnya aku tidak menemukan barang-barang penting seperti dompet, ponsel, atau kartu identitasnya. Aku kembali meletakkan tasnya di tempat seperti semula. Karena pemilik tas ini sedang tidak ada disini, jadi mungkin semua barang-barang berharga itu dibawa juga bersamanya. Dimana dia? Bodoh sekali aku karena tidak terpikir untuk meminta nomor handphonenya.
Aku baru saja keluar dari kamar Eunah saat terdengar suara bel pintu dari luar. Aku melirik ke layar intercom dan mendapati wajah Eunah disana dan langsung buru-buru membukakan pintunya.
“Yak! Kemana saja kau, hah?!” aku terpaku di tempatku saat melihat Eunah tidak datang sendiri. Ada seorang laki-laki tinggi berkulit pucat berdiri di belakangnya. Dia sedikit menundukkan tubuhnya kaku saat melihatku. Aku dapat mencium wangi pinus segar yang dibawa masuk oleh angin musim gugur menyeruak ke dalam apartemenku. Saat melihat mereka dari tempatku berdiri, aku berpikir bahwa mereka terlihat serasi. Namun tiba-tiba saja ada perasaan tidak suka melintas di benakku.
“Maaf aku tidak memberitahumu saat aku pergi tadi.” Suara Eunah membuyarkan lamunanku. Aku memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kakinya, dia terlihat baik-baik saja. Tapi tidak seperti dugaanku, karena ternyata dia pergi tanpa membawa tas ataupun menenteng dompet sama sekali.
“Silahkan masuk. Kau boleh duduk disana.” Ucapku berusaha untuk ramah kepada laki-laki itu sambil menunjuk kearah sofa di ruang tamu.
“Ikut aku. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.” Aku menarik tangan Eunah masuk kedalam kamarku lalu mendorongnya ke tempat tidurku setelah mengunci pintunya rapat.
***