“PFFFTTTTT....”
Chanyoung memutar kedua matanya dengan kesal.
“Kalau kalian mau ketawa, tertawa saja. Tak perlu ditahan begitu. Daripada nanti ada angin busuk keluar dari bawah-_-“
“MUAHAHAHAHAHA.......”
“BUAHAHAHAHA.......”Chanyoung tersenyum selebar mungkin seraya menunjukkan deretan giginya yangg putih bersih. Dari dulu memang ia merasa begitu bahagia seperti berada di surga kalau teman-temannya tertawa karena ucapan konyolnya.
Ia menoleh ke kiri dan melihat salah satu teman kesayangannya tersebut masih menunjukkan ekspresi datar dan serius –tidak seperti 3 temannya yang lain yang tengah tertawa keras.
“Kau tidak tertawa, Sehun-ah?”
Sehun menggeleng pelan lalu berkata,”Tidak, aku tidak bisa tertawa saat kau sedang menahan sakit.”
Mendengar suara Sehun yang sarat dengan nada dingin membuat 3 orang yang tengah tertawa itu terdiam lalu berdehem pelan.
“Oh iya, benar juga kata Sehun.”
“Aduh, mian aku malah tertawa diatas penderitaanmu Chanyoung-ah.”
“Ya ampun, kok aku bisa tertawa seheboh tadi.”
“Kalian kebiasaan,” sahut Sehun sinis membuat senyum lebar Chanyoung hilang.
“Ini hanya luka biasa, tidak usah dibesar-besarkan kali. Aku kan sudah biasa kena luka begini jadi –HEY! Jangan memukul lukaku!”Chanyoung menaikkan nada suaranya saat melihat tangan kanan Sehun yang terkepal erat hampir saja menyentuh, mengelus, atau memukul (entahlah, hanya Sehun dan Tuhan yang tau) luka di bahu Chanyoung yang hanya terbalut perban saja.
“Kalau tidak sakit harusnya kau tidak mencegah.”
Chanyoung terdiam beberapa saat lalu menunjukkan cengiran bodohnya saat teringat sesuatu yang menarik.
“Ayo kita bertanding dengan mereka lagi!”ujar Chanyoung bersemangat –terutama saat melihat Baaekhyun di ujung lapangan yang tengah menatapnya. Ia langsung menggulung lengan baju kanannya seperti gulungan di lengan kirinya.
“Hanya karena kau baru saja di perban jadi kau ingin melawan mereka lagi? Itu keputusan bodoh. Sana ke kelas!!” seru Sehun, Chen, Luhan, dan Kyungsoo keras tapi tidak mampu membuat Chanyoung yang keras kepala ini menyerah dan diam begitu saja.
“Urusanku dengan-”
“Kau bisa menyelesaikannya lain waktu,” potong Chen.
“Nanti aku atau kita dikira-”
“Untuk sekali ini biarkan kita dikira pengecut,” potong Luhan.
“Aku dibilang pengecut itu biasa, mungkin karena status perempuanku. Tapi kali-”
“Diledek pengecut sekali-kali mungkin menarik dan patut dicoba,”potong Chen dengan senyuman lebarnya. Meskipun asbun (asal bunyi), 2 orang temannya mengangguk tanda setuju.
“Atau kita yang menyelesaikannya tanpamu? Bagaimana?”
“No,”jawab Chanyoung pendek tanpa perlu berpikir panjang. Ini masalahnya bukan masalah teman-temannya. Teman-temannya hanya membantu jadi dia tidak mungkin menurunkan masalahnya kepada teman-temannya yang hanya tau kalau dia hanya direndahkan oleh Baekhyun.
Maaf-maaf saja, dia tidak seperti para siswi di sekolahnya yang kebanyakkan menyerahkan masalahnya kepada teman lelakinya begitu saja karena kalau ia bertindak seperti itu –menyerahkan semuanya ke laki-laki maksudku–, itu sama sekali tidak gentle.
“Kalau begitu, cepat istirahat di UKS atau masuk kelas,”kata Kyungsoo pelan. Bukannya membalas perkataan Kyungsoo, Chanyoung malah menadahkan tangannya di depan Luhan membuat Luhan yang bisa mengerutkan keningnya.
“Aku pinjam blazer-”
“Lukamu belum kering karena belum dijahit jadi jangan memakai pakaian tertutup dulu.”
“Tapi Sehun, nanti-”Sehun membalikkan badannya, menghadap Chanyoung yang sudah duluan menghadap ke arahnya.
“Dengarkan aku kali ini anak kepala batu,” meskipun ada embel-embel tak mengenakkan seperti ‘anak kepala batu’, Chanyoung tetap saja tidak bisa mencegah dirinya untuk menegak air liurnya dalam-dalam.
Sehun jarang sekali menggunakan berbicara dengan nada memohon serta susunan kalimatnya yang halus juga lembut, biasanya kan anak itu spontanitas berkata sesuai apa yang ia pikirkan –tak peduli yang dia ucapkan itu kasar atau tajam dan menunjukkan ekspresi memelas kecuali kalau itu memang benar-benar penting. Chanyoung tau jelas hal itu.
“Tapi-”
“Jebal.....”Sehun menggenggam kedua tangan Chanyoung dan meremasnya pelan.
“Oh cerita roman picisan,” sahut Chen malas kemudian ia menutup mulutnya karena menguap dan karena hal itu juga ia mendapatkan jitakan manis gratis tanpa bayar dari Luhan tepat di ubun-ubunnya.
“ChanHun moment....Omo, HunHan moment dikalahkan oleh ChanHun. Aku iri....huhuhuhu,”Luhan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya –maksudnya ia berpura-pura menangis tapi itu malah membuat dia terlihat berlebihan dan terlalu mendramatis. Berkat itu, dia berhasil membuat Chen dan Kyungsoo menatapnya aneh.
Bahkan Chen yang masih dendam karena ubun-ubunnya mendapatkan jitakannya mulai menunjukkan tanda-tanda tak wajar yaitu wajahnya yang mengungu –seakan memberikan tanda kalau si pemilik wajah siap untuk mengeluarkan isi perutnya–, seungu mainan bebek karetnya setelah mendengar komentar Luhan yang agak –mungkin lebih memuakkan.
“Chanyoung-ah, kali menurut pada Sehun lah.....Kau tau kan kalau Sehun sudah bersikap sok romantis –ah mungkin memang benar-benar romantis– begini itu tidak bisa dibantah lagi?”tanya Kyungsoo membuat Chanyoung meneguk air liurnya lagi.
Selain karena ucapan Kyungsoo yang tepat sasaran itu, Sehun mulai menatap Chanyoung dengan tatapan yang tidak biasa dan itu mampu membuat Chanyoung yang tetap wanita ini menjadi sedikit paranoid sendiri.
“B-Baiklah,”Sehun melepaskan tangan Chanyoung dari genggamannya lalu tersenyum tipis.
“Bagus. Kau memilih di kelas atau di UKS? Setelah pulang sekolah, kita HARUS pergi ke klinik untuk menjahit lukamu. Arra?”
“Tidak bisakah-”
“Tidak. Tidak ada kata penolakkan,” ujar Sehun tegas. Chanyoung mengalihkan pandangannya ke kanan dan melihat teman-temannya sudah kabur duluan menuju ke kelas masing-masing.
“Dasar, teman macam apa itu-_-”gumam Chanyoung kesal lalu dia melirik ke arah jam tangannya.
“Di UKS. Ini sudah waktunya pelajaran Astronomi. Aku sama sekali tidak mau kena semprot guru Kang karena melihat siswi ‘kesayangannya’ yang kepala batu dan nakal ini menggulung lengan bajunya dan tidak memakai blazer.”
“Biar aku yang menunggumu.” Dahi Chanyoung berkerut, dengan buru-buru Sehun menambahkan, “Aku sedang pelajaran Olahraga, anak lain sedang menganti baju. Jadi tak apa-apa kan?”
“B-baiklah.”
-TBC-