“Kupikir kau takut dan tidak akan kesini. Ternyata kau mau nunjukkan bahwa aktingmu ini benar-benar asli,” Chanyoung mengerutkan keningnya saat mendengar kata ‘akting’ masuk ke indra pendengarannya lagi.
Oke, dia memang sudah bisa mendengar kata asing itu tapi yah...dia masih tidak mengerti apa hubungannya dengan dirinya dan si akting. Dia tidak pernah berpacaran dengan si akting atau berkenalan dengannya. Sama sekali tidak pernah.
“Aku tidak mengerti maksudmu tapi terserahlah. Err...”Chanyoung menoleh ke belakang punggung Baekhyun dan melihat gerombolan orang tengah melakukan pemanasan ringan.
Saat itu juga Luhan refleks berlari dan tak sengaja mendorong Chanyoung ke belakang sampai Chanyoung hampir jatuh ke depan dengan senyumannya yang tak sampai mata.
“Aku tau kau ingin menjadi kapten dan tidak mau diperintah seorang gadis, Xiao Lu. Tapi kali ini aku yang berurusan dengan orang itu.”
“Tapi kupikir memang ada baiknya seorang gadis-”Chanyoung mengangkat tangan kanannya membuat Chen bungkam menyadari tangan Chanyoung bergerak cepat seperti orang ingin menamparnya. Dia tak takut dengan Chanyoung hanya saja tamparan seorang wanita biasanya terasa perih.
“Anggap aku bukan gadis ok? Minggir Lu. Biar aku yang di depan,” Luhan mundur dengan bibirnya yang komat-kamit karena memaki-maki Chanyoung dan gadis berambut hitam kemerahan itu hanya bisa menyeringai lebar karenanya.
“Biak aku absen. Wu fan, Jongin, Suho, dan Tao. Wah seru sekali.”
“Biarkan kita main satu ronde dulu bersama 4 orang lain lalu bermain satu lawan satu. Bagaimana?”
“Boleh saja. Hey, Tuan Xi boleh aku-”
“Mengganti rokmu dengan celana? Kau takut kena masalah dengan ketua kesiswaan?” Kedua alias Baekhyun bertaut, seperti orang mencari masalah dan itu mampu membuat Chanyoung cukup merasa panas. Apalagi saat melihat Baekyon songsaengnim memandangnya dengan tatapan ‘awas kau nak’.
“Bukan. Aku capek diomeli bibi karena rokku robek,” ujar Chanyoung menahan sekeras mungkin perasaan panasnya dengan sikap santai.
“Aku tidak mengizinkannya. Ayolah. Waktu itu sangat berharga walaupun hanya sedetik saja.”
“Seberharganya waktu, tim kami harus melakukan pemanasan dulu,” dan setelah itu Luhan, Kyungsoo, Chanyoung, Chen, dan Sehun mulai melakukan pemanasan riang seperti menggerak-gerakkan kepala, tangan, dan kaki mereka secara beurutan.
“Yak! Mari kita mulai!”
Sorakkan mulai terdengar dari belakang, berusaha menyemangati tim andalan mereka yang mereka jagokan tapi yang paling mendominasi tentunya sorakkan untuk tim-nya Baekhyun.
“Dalam waktu 5 menit kau pasti kalah dariku. Berhentilah sebelum kupermalukan. Bagaimana?” tawar Baekhyun dengan tangannya yang terus men-dribble bola saat dia berhadapan dengan Chanyoung yang fokus menatap pergerakkan si bola yang terus memantul itu.
“Akting apanya? Aku tidak akan menyerah, bodoh,” Chanyoung menangkap bola dari dribble-an Baekhyun meski dengan resiko tangannya harus memerah akibat terpukul tangan Baekhyun yang kuat.
“Lain kali jangan berbicara sambil dribble. Merong!”
“Benarkah?” Chanyoung hampir saja terjatuh ke belakang kalau saja dia tidak mengerem dadakkan saat Wu fan menghadangnya dengan badan menjulangnya itu.
“Tentu saja. Chen!” Chanyoung yang sebenarnya gadis-jago-lompat itu melompat lalu melempar bole ke arah Chen dan.....berhasil! Tentu saja! Dengan tingginya yang 165 itu lalu melompat –apalagi dia atlet lompat– jadi bisa mengalahkan Wu fan yang hanya mengandalkan tampan, kharismatik, serta tubuh menjulangnya.
“Chen-ah, bersiaplah,” Chen yang tersenyum lebar karena dia sudah berada di posisi pas untuk men-shoot bola ke arah ring saat ia melihat Tao berlari ke arahnya dari sudut matanya.
“LUHAN!” Luhan buru-buru berlari dan lompat saat menyadari shoot gagal plus mepet dari Chen itu mengarah ke arahnya.
“Sehun!” Luhan yang sebenarnya tidak siap –apalagi saat menyadari di depan sudah ada Jongin dan Suho yang menghadang– langsung melemparnya ke belakang –lebih tepatnya ke arah Sehun yang sedang tidak dijaga siapapun –kebanyakkan dari mereka tentu saja menjaga Chanyoung dan Chen yang terlincah disini.
Hup!
Sehun lompat untuk mendapatkan bola itu saat menyadari Baekhyun berlari ke arahnya. Sehun hanya berlari 4 langkah untuk menghindari Baekhyun yang kecil namun gesit itu lalu...
“Ya! Team Sehun berhasil mendapatkan three point!”
“Three pointner!!!”sorak Chanyoung memberat-beratkan suaranya yang memang sudah berat lalu meninju kepalan tangan Sehun yang mengarah ke dirinya.
“Yo yo yo yo!”seru Chen sok-sok bergaya seperti rapper lalu ber-high five ria dengan teman satu team-nya.
“Ahahahaha-” Chanyoung berhenti tertawa saat menyadari bahu kirinya ditabrak –atau sengaja ditabrak. Chanyoung menggigit bibirnya saat rasa ngilu dari luka di bahu kirinya –yang sepenuhnya belum sembuh– mulai merambat sampai ke tulang-tulangnya.
“Kenapa? Sakit? Lalu kau akan menangis? Jangan sesenang itu, itu bukan shoot-anmu,”ejek Baekhyun tersenyum meremehkan kembali sedangkan Sehun sudah menatap tajam ke arah Baekhyun yang berjalan seperti seorang pemenang.
“Kau....”
“A-Aku tidak menangis kok....”
“Park Chanyoung, kita harus ke ruang kesehatan,”Sehun berkata dengan suara bassnya yang dalam.
“Aku tidak-”
“Darahnya membasahi seragam putihmu bodoh,”desis Sehun tajam membuat mata Chanyoung membesar dan melirik ke arah bahu kirinya yang berhasil mewarnai kemeja putihnya dengan warna merah darah.
“Chanyoung! Luka kemarin malam ter-”Chanyoung menepuk bahu Kyungsoo mmebuat Kyungsoo tersontak kaget, terutama saat melihat Chanyoung mendongakkan kepalanya hanya untuk tersenyum lesu ke arahnya.
“Siapkan baju siapapun yang bisa aku pakai ya.”
“Ah! Soal pinjam meminjam gampang!”seru Sehun tak sabar lalu menggendong Chanyoung secara paksa membuat para fansnya menjerit. Bagaimana tidak menjerit? Sehun menggendong Chanyoung ala bridal style!
“Ya ya ya! Sehun-ah!”Chanyoung menggeliat, menghiraukan rasa sakit yang semakin terasa saat tubuhnya melinguk-linguk di dalam genggaman Sehun. Secuek-cueknya Chanyoung dan sedekat apapun dia dengan Sehun, dia tetap akan mengelak dan malu jika diperlakukan begini oleh Sehun yang jelas-jelas lawan jenisnya.
Bruk...
“Argh...Bo-”
“Makanya jangan banyak bergerak!”seru Sehun garang sambil berlari kecil menuju ke ruang kesehatan.
Chanyoung mengangkat kepalanya dan menatap rahang tegas dan ekspresi serius bercampur panik di wajah Sehun membuat mata Chanyoung kembali berkaca-kaca karena sedikit terharu.
“Thanks, Sehun-ah.....” Itu kalimat terakhir dari Chanyoung sebelum matanya sempurna tertutup. Ia tak sadarkan diri.
Sementara itu, Baekhyun menatap nanar punggung Sehun lalu kembali memutar kedua bola matanya dengan jengah, bermaksud dengan bersikap sedemikan rupa maka rasa bersalah yang menyelimuti hati keponakkan ketua kesiswaan –yang memiliki harga diri setinggi seorang raja– akan lenyap.
“Aktingnya benar-benar pas. Bahkan ada pemeran yang ikut serta dalam aktingnya,” Setelah berkata seperti itu, Baekhyun mengalihkan pandangannya ke arah belakang –ke arah teman-temannya yang tengah berkumpul dan tengah menatapnya dengan tatapan ‘kau salah tau. Kenapa tak minta maaf?’.
Hey! Aku hanya menabrak bahunya, apa itu salah? Soal darah dan luka terbuka apa itu karna aku tidak tau jadi aku tidak salah bukan? Paling-paling juga itu hanya balon tipis berisi darah yang diletakkan di bahu kirinya.
Aku sudah tau triknya tapi kenapa dadaku masih terasa nyeri dan sesak? Hey dada! Kau kenapa? Apa aku harus check up karnamu?