home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Memories

Memories

Share:
Author : milldaaa
Published : 12 Feb 2014, Updated : 18 Feb 2015
Cast : Tami (OC), Lee Hyunkyu, Siwon, Chanyeol, EXO
Tags :
Status : Ongoing
9 Subscribes |2231012 Views |32 Loves
Memories
CHAPTER 12 : In Silent We Trust

Siwon : Mari kita bertemu sebelum aku berangkat ke China nanti sore, aku di gedung SM kemarilah.

Tami : Wait a few minutes.

Beberapa menit kemudian.

Tami : Aku sudah sampai, kau dimana?

Siwon : Diruang presdir, cepat kesini.

 

Tami berjalan menaiki anak tangga, melangkah ke arah ruang kerja ayah Hyunkyu. Ternyata pintunya tidak tertutup rapat.

 

Tami mencoba menengok sedikit kedalam. Betapa terkejutnya Tami melihat di dalamnya ternyata tidak ada Siwon. Melainkan ibunya dan ayahnya Hyunkyu yang sedang berpelukan.

 

"Aku merindukanmu." Ucap ibu Tami.

 

"Aku juga merindukanmu." Jawab ayah Hyunkyu.

 

Jantung Tami berdegup kencang mendengar pembicaraan mereka berdua. Kemudian Tami mengetuk pintu.

 

"Hyunkyu-a." Tami berpura-pura memanggil Hyunkyu.

 

Ayah Hyunkyu dan Ibu Tami tampak kaget melepaskan pelukan mereka. Ibu Tami bersembunyi di belakang pintu, takutnya Tami masuk ke dalam. Tapi Tami tidak masuk ke dalam.

 

"Sepertinya tidak ada disini. Sebaiknya aku mencari di tempat lain." Ucap Tami dengan nada agak tinggi. Sengaja supaya yang di dalam mendengarnya. Tapi Tami tidak meninggalkan tempat itu. Dia menunggu di pinggir ruangan kerja ayah Hyunkyu.

 

"Itu seperti suara Tami. Apakah Hyunkyu ada disini?" Tanya ibu Tami heran.

 

"Tidak, tadi pagi dia pergi ke Jepang." Jawab ayah Hyunkyu.

 

"Lalu kenapa Tami mencarinya kesini?"

 

"Entahlah"

 

"Sebaiknya aku cepat-cepat pergi. Aku tak ingin Tami salah sangka." Ucap ibu Tami kemudian membuka pintu dan keluar.

 

Baru melangkah keluar dari ruangan, tangan ibu Tami ada yang menarik dari samping.

 

"Tamiii.." Pekik ibu Tami tercengang melihat Tami.

 

Tami belum melepaskan tangan ibunya. Malah mencengkramnya kencang. Terlihat wajah ibu Tami kesakitan atas cengkraman Tami di lengan kanannya. Tami menatap mata ibunya tajam.

 

"Seperti inikah?"

 

"Ini tidak seperti yang kau lihat Tami-a."

 

"Lalu jika tidak seperti yang terlihat, bagaimana dengan yang terdengar?"

Tanya Tami masih menatap mata ibunya tajam dan cengkramannya makin kuat. Ibu Tami meringis kesakitan.

 

"Ini benar-benar tidak seperti yang kau pikirkan Tami-a. Aku mohon mengertilah." Ibu Tami mulai menangis.

 

"Enyah dari pandanganku." Bisik Tami tepat di telinga ibunya lalu melepaskan cengkramannya.

Lengan ibunya terlihat merah sekali bekas cengkraman Tami. Ucapan Tami pelan, Tapi cukup membuat ibunya merasa ketakutan.

 

Tami berjalan meninggalkan ibunya. Berjalan tanpa tujuan menelusuri lorong-lorong yang ada di gedung itu hingga kemudian menemukan jalan buntu. Di sebelah kanannya terdapat pintu. Tami membuka pintu itu, terlihat dibalik pintu itu tidak ada siapa-siapa. Tami kemudian menutup pintu.

 

Disaat Tami tak lagi mampu membendung air matanya, betapa terkejutnya dia melihat ada seorang namja yang sedang tiduran di sofa di ruangan itu. Namja itu seketika berdiri menyadari kehadiran Tami.

 

"Maaf, aku tak tahu jika disini ada orang."

 

Tami berjalan menuju pintu untuk keluar dari ruangan itu. Tapi namja itu mencegahnya dengan berjalan lebih cepat dan berdiri di belakang pintu menghalangi Tami.

 

Tami melihat kearah muka namja itu. Ternyata Chanyeol. Tami yang sudah tak bisa menahan air matanya kemudian menunduk, tak ingin Chanyeol melihat mukanya berurai air mata. Air matanya mengalir deras di pipinya.

 

Melihat Tami menangis, Chanyeol itu tak bisa menahan dirinya untuk memeluk Tami. Tami berontak, mencoba melepaskan dirinya dari pelukan namja itu. Tapi sayang, Chanyeol malah mempererat pelukannya.

 

Akhirnya Tami kehabisan tenaganya untuk mencoba melepaskan diri kemudian menangis di dada Chanyeol. Chanyeol yang merasakan Tami tak lagi berontak melonggarkan pelukannya. Kemudian mengusap-ngusap kepala dan punggung Tami.

 

Tami menghentikan tangisnya. Melepaskan diri dari pelukan Chanyeol. Chanyeol menarik tangan Tami, mendudukan Tami di atas sofa yang tadi dia tiduri. Chanyeol mengeluarkan sebuah scarf bermotif abstrak dengan bordiran inisial "T" di setiap sudut dari sakunya. Memberikannya kepada Tami.

 

Tami terhenyak melihat scarf yang dikeluarkan Chanyeol menyadari bahwa itu scarf miliknya yang sudah lama hilang kemudian mengambilnya dari tangan Chanyeol. Scarfnya dia gunakan untuk menyeka sisa air matanya.

 

Chanyeol kemudian duduk disebelah Tami. Tami memandang ke arah Chanyeol, matanya  mengisyaratkan ucapan terima kasih. Chanyeol tersenyum memandang Tami, senyumnya seakan berkata "jangan menangis lagi".

 

Chanyeol kembali membelai kepala Tami. Tami menikmati belaian tangan Chanyeol dikepalanya sambil memegangi dadanya. Bukan karena sesak, tapi karena jantungnya berdebar kencang. Aneh rasanya hatinya bisa berdebar kencang setelah diperlakukan seperti itu oleh Chanyeol.

 

Tami tak ingin membiarkan ini berlangsung lama. Dia kemudian berdiri, hendak pergi. Tapi Chanyeol menahannya, menarik tangannya hingga Tami terduduk kembali.

 

Chanyeol menyelipkan jari-jari tangan kanannya di sela jari-jari tangan kiri Tami dan menggenggamnya erat. Tami hanya diam diperlakukan seperti itu. Dirinya masih cukup lemas melihat kejadian tadi. Mereka berdua terdiam dengan posisi seperti itu.

 

Bulir air mata kembali keluar dari mata Tami. Chanyeol menyenderkan kepalanya di bahu Tami. Tanpa Tami sadari Chanyeol sebenarnya sedang menangis juga.

 

"Hari ini merupakan hari yang berat juga untukku." Ucap. Chanyeol pelan.

 

Tami berhenti menangis dan menghapus air matanya. Kemudian melirik ke arah Chanyeol, Chanyeol duduk tegap tak lagi menyenderkan kepalanya di pundak Tami. Tami kaget melihat pipi Chanyeol yang basah dialiri air mata. Hatinya terenyuh melihat seorang namja menangis didepannya. Tami menghapus air mata Chanyeol dengan tangannya kemudian tersenyum.

 

"Everything gonna be okay." Ucap Tami pelan.

 

Chanyeol memegang tangan Tami yang masih berada di pipinya. Tami seketika berdiri, ketika akan melangkah pergi lagi-lagi Chanyeol menariknya hingga terduduk kembali. Kali ini Chanyeol merebahkan kepalanya di pangkuan Tami. Tami terkejut dengan ulah Chanyeol kali ini.

 

"Tidakkah kau merasa lelah setelah menangis? Aku lelah, ingin istirahat sebentar." Chanyeol menutup matanya.

 

Tami menghela nafas, terdiam lama dengan tatapan kosong tak lagi menangis. Otaknya tak dapat berpikir, memorinya terus mengulang apa yang Tami lihat dan dengar di ruang kerja ayah Hyunkyu.

 

Handphone Tami berdering, panggilan masuk dari Siwon.

 

“Disana tidak ada oppa." Ucap Tami pelan.

 

"Tentu saja kau tak akan menemukanku. Aku sedang berada di studio bukan di ruang presdir."

 

"Maksudmu?"

 

"Kau melihatnya?" Siwon bertanya balik.

 

"Kau sudah mengetahuinya?"

 

"Aku masih belum bisa memastikannya." Jawab Siwon pelan.

"Maafkan aku Tami-a, ku pikir kau harus mengetahuinya."

 

“Kau dimana?” Tanya siwon.

 

“Akupun tak tahu ini dimana.”

 

“Kemarilah, aku tak bisa menemuimu karena kau sendiri tak tahu dimana kau berada.”

 

“eoh”

 

Tami menutup telponnya, kemudian melepaskan tasnya yang daritadi lengket di punggung Tami untuk digunakan sebagai bantal untuk Chanyeol. Tami pelan-pelan memindahkan kepala Chanyeol. Lalu pergi meninggalkan Chanyeol yang tertidur dan menemui Siwon.

 

“Oppa, tak bisakah hari ini kau tak usah berangkat ke China?” Pinta Tami.

 

“I’m sorry Tami-a. Uhm, bagaimana kalau kau ikut saja denganku?”

 

“Untuk apa aku mengikutimu ke China? Disana pun kau pasti sibuk.”

 

Siwon langsung menarik Tami ke dalam pelukannya setelah mendengar ucapan Tami yang sadar akan pekerjaannya sebagai artis. Merasa bersalah karena tak bisa berada di sisi Tami ketika dia membutuhkannya.

 

“Maafkan aku Tami-a. seharusnya aku selalu berada di sisimu, apalagi dengan keadaan sekarang.”

 

“Napeun.” Ucap Tami pelan sambil tersenyum melepaskan pelukan Siwon.

"Bisakah kau mengantarkan ku pulang? Kakiku rasanya lemas sekali setelah melihat pertunjukkan hebat tadi."

 

Siwon ikut tersenyum melihat Tami tersenyum kemudian membelai rambutnya lembut.

"Baiklah, kajja."

***

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK