Suho dan Hoya masuk ke dalam ruang rawat Chorong. Mereka berdua melihat Chorong yang duduk di tempat tidurnya sambil menundukkan kepalanya. Seorang suster yang mengecek kondisi Chorong langsung mendekat ke arah Hoya....
"Kurasa ada hal yang salah dengannya. Dia hanya terdiam sejak dia tersadar.."
Hoya mendekat ke arah Chorong...
"Chorong'ah, gwenchana?? Apa kepalamu masih sakit??"
Chorong melihat ke arah Hoya dengan tampak kebingungan..
"Cho-chorong?? Apa itu namaku?? Ke-kenapa aku bisa ada disini??"
Hoya terkejut dengan ucapan Chorong. Dia terdiam sejenak dan berbicara dengan beberapa suster yang ada di dalam ruangan.
Chorong melihat sekitar dengan kebingungan. Sesekali dia melihat ke arah tangannya yang di infus. Pandangan Chorong beralih pada Suho yang ada di depannya. Suho terus melihat ke arah Chorong dengan khawatir. Chorong mengalihkan pandangannya dan kembali menundukkan kepalanya..
"Jjeo-jjeogiyo...." Chorong memanggil suster yang ada di dekatnya
"Nde...."
"Bisakah kau suruh namja itu keluar?? Dia selalu melihat ke arahku. Dia bukan dokter kan??" Dengan sedikit berbisik, Chorong menunjuk ke arah Suho
Suster itu tampak bingung dan hanya bisa tersenyum ke arah Chorong..
"Chorong'ah, aku akan berbicara dengan beberapa dokter. Kau tunggulah disini. Kalau ada apa-apa, tekanlah tombol ini, salah satu suster akan segera datang kesini. Arasseo??" Hoya menunjukkan sebuah remote yang menghubungkan ke ruang suster
"Nde....." Chorong sedikit tersenyum
Hoya dan suster lainnya langsung keluar ruangan diikuti Suho. Sejenak Suho menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Chorong. Chorong seperti orang ketakutan yang langsung mengalihkan pandangannya dari Suho. Suho langsung berjalan keluar ruangan.
Sejenak Suho terdiam, mengingat apa yang dikatakan Hoya...
==========================FLASHBACK=============================
Suho masuk ke dalam ruangan Hoya. Hoya menunjukkan hasil rontgen bagian kepala Chorong. Suho melihat retakan yang sangat jelas di bagian tulang tengkorak...
"Retakan itu sangat fatal. Bisa menyebabkan gegar otak dan bahkan koma dalam waktu yang lama.. Dalam operasi pertama, kami hanya berhasil menutup luka pada kulit kepalanya saja. Dengan obat yang kami berikan, diharapkan bisa langsung menutup lukanya secara perlahan. Dan ternyata tidak berhasil. Pada operasi tadi, lukanya semakin membesar. Dan hasil rontgen yang kau pegang adalah hasil rontgen hari ini..."
"Jadi bagaimana hasil operasi hari ini??" Tangan Suho tampak gemetar memegang hasil rontgen
"Benturan yang di alaminya rupanya sangat keras. Kami menyimpulkan, akan ada sesuatu yang terjadi pada otaknya. Kami memprediksi, dia akan mengalami hilang ingatan dalam jangka pendek. Ini juga bisa disebabkan oleh stress atau depresi yang di deritanya"
"Mwo-mworago????"
"Tenanglah dulu. Kita hanya bisa berharap tidak terjadi sesuatu yang parah padanya. Kita hanya bisa menunggu hasilnya saat dia tersadar"
==========================FLASHBACK END=========================
Terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru ke arah ruangan Chorong. Suho langsung membungkukkan badannya kepada dua orang itu...
"Suho'ah, apa benar Chorong mengalami amnesia??" Ibu Chorong tampak khawatir
"N-nde..."
Ayah Chorong langsung masuk ke dalam ruangan..
"Chorong'ah..." Ayah Chorong langsung memeluk putrinya itu
"Nu-nuguseyeo????" Chorong langsung mendorong Ayahnya
Ibu Chorong tidak bisa menahan tangisnya melihat kondisi Chorong..
"Uri ttal..........." Ibu Chorong memeluk Chorong
Chorong hanya bisa terdiam saat Ibunya memeluknya. Suho hanya bisa melihat dari pintu ruangan yang terbuka. Suho langsung menutup pintu dan meninggalkan ruangan. Dengan masih terdiam, dia berjalan ke arah lobby...
"Wae?? Kenapa aku tidak boleh bertemu Chorong???" Hara berbicara pada suster di lobby
"Kondisinya sedang tidak baik"
"Bisakah aku menaruh ini di sampingnya? Aku ingin melihatnya secara langsung"
"Jjeoseonghamnida.. Ini perintah dari dokter"
"Jjaebal..... Tidak bisakah sebentar saja????"
"Ani-imnida... Jjeoseonghamnida"
"Kalau begitu, bisakah aku menitip ini. Dia menjatuhkan handphonenya saat di sekolah"
"Nde..."
"Kamsahamnida"
Handphone Hara berbunyi. Dia mendapat beberapa pesan dari grup chat.. Hara membuka handphonenya dan melihat beberapa temannya yang terus membullynya..
"Aishhhh... Apa mereka harus seperti ini padaku??" Hara sibuk dengan handphonenya sambil berjalan
Dan tanpa sadar, dia menabrak seseorang di depannya sampai Hara terjatuh...
"Gwenchana??? Jjeoseonghamnida, kurasa aku yang terlalu terburu-buru"
Orang itu mengulurkan tangannya pada Hara. Hara tidak bisa mengalihkan pandangannya pada orang yang ditabraknya..
"Gwenchana??" Hoya tampak bingung melihat Hara yang masih tidak merespon
"Jjeo-jjeoseonghamnida...." Hara tersadar dari lamunannya dan langsung berdiri
"Eoh?? Bukankah kau teman Chorong yang waktu itu menangis di dalam ruang rawatnya??"
"N-nde....." Hara sedikit tersenyum
"Kenapa dia bisa mengingatku secara detail??" Ucap Hara dalam hati
"Kau kesini untuk menjenguk Chorong??"
"N-nde..... Hoya seonsaengnim" Hara membaca nametag yang ada di baju Hoya
"Apa aku tidak bisa menemuinya hari ini??"
"Nde, Kau bisa menjenguknya lain waktu.. Kurasa aku harus meninggalkanmu.. Jjeoseonghamnida" Hoya meninggalkan Hara
Suho berjalan ke arah lobby dengan langkah perlahan.. Tampaknya dia sedang memikirkan sesuatu sampai seorang suster yang memanggilnya, tidak di dengarnya...
"Jjeo-jjeogiyo...." Suster itu menghentikan langkah Suho
"Nde??"
"I-ini... Tadi teman Chorong memberikan ini padaku. Chorong menjatuhkannya di sekolah"
"Kamsahamnida"
Suho memegang handphone Chorong. Dia membuka handphone Chorong yang langsung menuju pada grup chat.. Suho tidak percaya dengan yang di lihatnya. Dia langsung keluar rumah sakit dan sedikit berlari menuju mobilnya.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai di sekolah Chorong, Suho memberhentikan mobilnya di parkiran sekolah. Dia langsung menghubungi seseorang dari dalam mobilnya.
"Eodiya??? Temui aku sekarang juga di parkiran sekolah"
Beberapa saat kemudian, dari kejauhan, Suho melihat Irene berjalan menghampiri mobilnya. Suho langsung keluar dari mobilnya..
"Wae?? Ada apa kau ingin menemuiku?? Apa kau merindukanku??" Irene sedikit tersenyum
"Apa kau senang?? Apa kau senang melihat orang menderita, eoh??!!!"
Irene sedikit terkejut saat Suho sedikit berteriak ke arahnya.
"M-mwo?? Mu-museunsuriya??"
"Apa kau sedang berpura-pura tidak tau??? Apa kau tidak bisa berhenti menyukaiku dan berhenti melukai Chorong???"
"M-mwo????"
"Jaebal, Irene'ah.. Aku sudah menikah dan aku memintamu untuk melupakanku"
Suho berbalik ke arah mobilnya, tiba-tiba Irene memeluk Suho...
"Mianhae... Jeongmal mianhae.. Aku... tidak bisa melupakanmu, Suho'ah...."
Suho langsung melepaskan tangan Irene yang memeluknya..
"Fo-foto-foto itu, bukan aku yang mengirimnya"
"Mwo??"
"Aku....juga tidak tau darimana mereka mendapatkan foto-foto kita saat di Amerika"
Suho terdiam sejenak dan langsung masuk ke dalam mobilnya....
------------------------------------------------To Be Continued-----------------------------------------
Mian, ceritanya jadi agak rumit alurnya. Tapi semoga pembaca, masih mau mengikuti cerita ini yaaa...
Gomawo yang udah baca sampe chapter ini.. ^^