◑∞⚢
Rasa ingin tahu yang teramat besar membuat Yoobin berkeliling disekitar bangunan rumah tua tersebut. Gelapnya lagit di atas sana juga tidak menyurutkan semangatnya untuk mengetahui lebih lanjut tentang pesan-pesan yang selama ini diterimanya, ia yakin betul keanehan di desa Beolgyo ada hubungannya dengan pesan-pesan aneh selama ini.
Srekk.. Srekk.. Yoobin bersembunyi begitu mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Ia bersembunyi dibalik tumpukan kayu di sisi kiri bangunan rumah besar. Sosok seorang yeoja muncul disana. Berjalan dengan langkah terhuyung. Terdengar suara isak darinya. Tubuh yeoja itu tidaklah terlalu tinggi. Ia berjalan seolah mengikuti sesuatu, kemudian berdiri di satu titik didekat pecahan kaca jendela rumah. Tubuh gadis itu gemetar hebat. “Aku tidak akan kembali.. berhenti memanggil ku.. menjauhlah dari ku” lirih suara yeoja itu seperti memohon “Hiks.. andwe..” Sruukkk. Yeoja itu berjongkok ketakukan, tangan kanannya seperti tertarik ke lurus kedepan namun tubuh yeoja itu menahan “ANDWEEE.. HIKSS.. HIKSS.. JEBAL ANDWEE HHHH..”
Sejauh matanya melihat, tidak ada siapapun dihadapan yeoja tersebut. Namun gerakan yeoja itu memang seperti sedang dipaksa atau sebutlah terseret oleh gerak lawan bicaranya. Yoobin panik, hatinya belum bisa memilih untuk menolong yeoja itu atau membiarkannya. Sementara rintihan demi rintihan yeoja itu terus terdengar.. hingga.. BRUKKK.. “Mwoya?!” Pekik Yoobin kaget. Tubuh yeoja itu ambruk di tempat yang sama dengan tempatnya berdiri sejak awal. Yoobin berdiri dari tempat persembunyiannya, menghampiri yeoja tersebut “Jogiyo.. ireonaseyo.. Jogiyo!!!” Ditampar-tampar olehnya pipi yeoja itu. Suhu tubuh yeoja itu cukup tinggi, sebagian pakaiannya basah oleh peluh. Fakta yang membuat Yoobin kaget adalah, ia menemukan bekas merah dibagian leher yeoja itu, bekas merah seperti bekas cekik tangan seseorang. “Jogiyo!!”
Yoobin tahu semua ini tidak akan berguna jika ia tetap disana. Ia sengaja meninggalkan yeoja itu untuk sementara dan berlari ke luar halaman bagunan rumah tua. Ia berlari dengan cepat “SALYEOJUSEYO!! SALYEOJUSEYO!!!” Teriaknya sekuat yang ia bisa.
Di sudut jalan Jihoon rupanya masih mengawasi. Yoobin melihat sosoknya disana. Tapi Jihoon hanya diam dan sesekali melihat ke atas lagit .. . “재미있을 거 같다 (Ini akan menarik)” Jihoon sendiri lebih memilih untuk pergi dari sana daripada menolong Yoobin.
“Yoobin-ssi!!”
“O! Hyungwon-ssi.. dowajuseyo” Hyungwon berada disana bersama dengan Bona. Yoobin segera mengajaknya masuk ke dalam bangunan rumah tua. Namun karena sebuah alasan Bona menaolak masuk, ia menunggu di luar sedangkan Hyungwon dan Yoobin masuk ke sana. Mereka berjalan ke dalam halaman sembari Yoobin menjelaskan apa yang terjadi di dalam. Sampai di dalam, Yoobin menunjukkan lokasi pasti yeoja yang ia maksud pingsan barusan. “Itu dia..” tunjuk Yoobin. Hyungwon nampak panik begitu melihat sosok yeoja yang Yoobin tunjukkan “Kau mengenalnya?” Tanya Yoobin.
Hyungwon terlalu panik hingga ia tidak menjawab pertanyaan dari Yoobin.
◑∞⚢
“Jooeun-a.. !! JOOEUN-A .. ya chamkan” Jungkook berhasil mengejar Jooeun yang tadi berjalan lebih dulu meninggalkan teman-temannya yang lain. Jungkook menahan siku Jooeun sementara Jooeun enggan menatapnya. Bukan karena Jooeun marah pada Jungkook, namun gadis cantik bertubuh tinggi semampai itu.. menangis. “Mianhada” Ucap Jungkook.
Mingyu juga sampai disana tak lama setelah itu. Ia memilih untuk diam di dekat dinding pembatas cabang jalan dimana Jungkook dan Jooeun berdiri. Tidak bisa dibohongi, kadangkala perasaan tidak enak kerap menghinggapi Mingyu setiap kali melihat Jooeun dan Jungkook bersama, tak jarang ia lebih memilih menghindar dan tidak mau mengganggu meski secara status ia lebih berhak atas Jooeun, karena ia adalah Namjachingunya.
“Hiks. Hiks.” Tangis Jooeun.
“Ya Mianhae. Ini semua kesalahan ku, karena aku mendorong Sohye. Ia jadi memiliki alasan untuk mencari perhatian yang lainnya. Mingyu hanya berniat membantu. Kau tidak perlu cemburu hingga pergi tanpa pamit begini, Mingyu pasti merasa tak enak nanti” Seru Jungkook.
Salah.. Mingyu sadar ia telah salah menilai sahabatnya yang satu ini. Jungkook mungkin selalu bicara seenaknya, tapi setidaknya ia seorang namja yang memegang teguh janjinya. Bahkan di kesempatan emas semacam ini, Jungkook tetap membelanya agar hubungannya dan Jooeun baik-baik saja, bukan mengambil kesempatan untuk memperkeruh hubungan mereka. Mingyu mengehela nafas, kemudian keluar dari persembunyiannya.
Jungkook dapat bernafas lega begitu ia melihat sosok Mingyu juga sudah berada disana. Mereka berdua bicara tanpa suara, hanya membuka mulut membentuk kalimat ‘kau harus selesaikan ini. Minta maaf padanya’ disertai gerakan tangan agar Mingyu menangkap maksudnya.
Jooeun membelakangi Mingyu dan Jungkook, ia tidak mengetahui apapun saat Mingyu dan Jungkook bertukar tempat. Jungkook sempat menepuk pundak Mingyu memberi signal ia akan langsung pamit untuk pulang. Mereka berpisah dengan sebuah senyum ramah yang akan selalu mengikat persahabatan keduanya. Ragu-ragu Mingyu bergerak melakukan sebuah back hug terhadap Jooeun sebagai tanda permintaan maaf. Sayangnya..
Jooeun merasa kaget hingga matanya membulat “Ya Jeon Jungkook. Mwohaneun geoya!!” Ia bergerak memberi penolakan akan pelukan Mingyu yang disangkanya Jungkook. DUKKK! Sial bagi Mingyu, tak sengaja wajahnya terbentur siku Jooeun sampai Mingyu melepas pelukannya.
“A!!” Eluh Mingyu.
Jooeun berbalik dengan ekspresi panik mendapati ia baru saja menyiku wajah namjachingunya sendiri. “OMONA!!” Pekik Jooeun keget “Mianhae Minahae.. ottokhe” Jooeun meraba halus wajah Mingyu, tangannya sedikit bergetar karena ia takut “Mianhaee”
“Appha” Eluh Mingyu memanja melebih-lebihkan agar Jooeun semakin memperhatikannya. Ia tersenyum kecil saat Jooeun meniup-niup pelan bagian wajahnya yang tadi terkena siku Jooeun secara tidak disengaja.
Mata Jooeun terfokus pada bagian pipi Mingyu yang sedikit memerah itu. Ia mengoceh tanpa menatap mata Mingyu yang sejak tadi lekat menatapnya “Ah wae.. ku pikir kau Jungkook tadi. Lagipula tiba-tiba saja memeluk tanpa memberi tahu ku. Ah eottokhe pipi mu memerah begini, bagaimana kalau besok menjadi memar.. Kim Min..” Nafas Jooeun tercekat. Sapa hangat tubuh Mingyu mendekap hangat tubuhnya ke dalam sebuah pelukan. Mereka mungkin sudah menjadi sepasang kekasih dalam jangka waktu yang tidak terhitung singkat. Namun sikap keduanya yang terkadang canggung apalagi diawal-awal hubungan mereka. Juga rasa tidak enak terhadap Jungkook yang membuat keduanya, terutama Mingyu tidak banyak menunjukkan skinship berlebihan kala mereka sedang berkumpul bersama. Hanya sekedar sentuhan tangan atau sentuhan lembut di kepala yang sering Mingyu lakukan. Hanya 1 atau 2 kali Mingyu memeluk Jooeun, itu juga hanya disaat-saat Jooeun sedang down karena masalah orang tuanya. Hal ini menjadi alasan mengapa detik itu.. menjadi waktu dimana Jooeun menahan nafas dan sesuatu di dalam dadanya berdegup begitu cepat.
“Mianhae.. naega jalmothaeseo” Ucap Mingyu tulus ia memposisikan kepalanya berlabuh di pundak Jooeun. Suara memanja yang selalu dilantunkan Mingyu beriring serasi dengan ekspresi manis yang sering membuat Jooeun menganggapnya seperti anak bayi.
Tangan Jooeun masih kaku dengan posisi yang sama dengan 3 detik lalu sebelum Mingyu menggerakkan kepala bersandar dipundaknya. Bahkan jari-jarinya juga masih menunjukkan gerakan yang sama dengan saat ia menyentuh wajah Mingyu tadi. Sedalam itu ia menyayangi dan mengagumi Mingyu meski ia bukan seseorang yang pandai melupakan hatinya dengan perkataan ataupun sebuah tingkah manis. Tapi.. di saat seperti itu, ia justru mengingat ucapan Sohye beberapa saat tadi. Ucapan yang kini membuat setetes air mata kembali membasahi pipinya. Sekarang kedua tangan juga ke sepuluh jari-jari tangannya bergerak mendekap Mingyu. Ia tidak ingin melepaskan namja itu. Hatinya tidaklah seperti apa yang Sohye ungkapkan. Jooeun membuka mulutnya, namun tidak satu pun suara keluar dari sana. Mencoba bicara hanya membuat tetesan air mata semakin membasahi pipinya.
Mingyu mulai merasa ada yang tidak beres. Jooeun jarang menangis, apalagi dihadapannya. Ia selalu terlihat cuek, dan kuat. Bahkan saat-saat gadis itu sedang benar-benar sedih ia hanya diam atau meluapkan dengan kata-kata mengutuk. Ini pertama kalinya Mingyu melihat Jooeun sampai menangis terisak. Direnggangkannya pelukan pada tubuh Jooeun. Ditatapnya wajah gadis yang tak pernah bosan ia pandang tersebut. “Wae~ Uljima. Nan gwenchana” Ujar Mingyu menggunakan tangan kanannya untuk menyibak rambut Jooeun “Mianhae, aku tidak akan memberikan perhatian pada yeoja lain lagi, aku memang bodoh, tapi jangan menangis seperti ini, hati ku sakit melihat nya”
Jooeun bukan tidak ingin menangis dihadapan Mingyu, tetapi wajah Mingyu menjadi sumber tawa tersendiri untuk Jooeun. Kesedihannya perlahan pudar karena ekspresi bodoh namjachingunya itu setelah mereka saling bertatap wajah. Jooeun memukul pelan dada Mingyu sedikit mendorong “Sana pulang” usirnya. Senyum tipis mulai menghiasi wajahnya.
“Ah waeee~~” Rengek Mingyu.
“Wajah mu menyebalkan, melihat mu membuat ku semakin kesal” Jawab Jooeun jelas berbeda 180 derajat dari kata hatinya, ia suka melihat ekspresi manja dan rengek Mingyu. Mingyu telihat lucu dalam kondisi seperti itu.
“EHEMM”
“Omo” Mingyu refleks melepaskan pelukannya terhadap Jooeun. Ia membungkuk sopan menyapa Joohyuk yang kebetulan lewat sana setelah kehilangan jejak Bona, dan akhirnya memutuskan untuk pulang. “Annyeonghaseyo”
“Ahh~~ Berpeluk-pelukan dijalan gelap begini. Jadi Seperti ini kalian saat bersama” Joohyuk berucap mendakwa Mingyu dan Jooeun.
“Wae?!” Jooeun malah kembali memeluk lengan Mingyu dengan sengaja dihadapan kakaknya itu “Oppa cemburu? Kalau cemburu Oppa cari pacar saja” Ledek Jooeun menjulurkan lidahnya.
“Ya ya! Nam Jooeun beraninya kau” Seru Joohyuk “Ya Kim Mingyu, kau mengajarkan adik ku berprilaku seperti ini terhadap ku?”
“Ah .. aniya” Mingyu panik setengah mati dengan pertanyaan Joohyuk, meski sesungguhnya Joohyuk tidak sunguh-sungguh, ia hanya bercanda dan suka membully Mingyu sama seperti Jooeun. Namun, berapa kali pun dikerjain, sebanyak itu pula Mingyu terjebak dalam permainan Joohyuk. “Jooeun-a.. gereon mal hajima” Mingyu menasehati Jooeun saking tak enaknya ia kepada Joohyuk.
“Oppa!” Rajuk Jooeun “Oppa tidak boleh membully namjachingu ku, kalau Oppa melakukannya lagi, aku tidak mau pulang, aku tinggal dengan Mingyu saja” Ancam Jooeun, membuat Mingyu semakin kelabakan karena ia berfikir kedua kakak beradik itu benar-benar berkelahi.
“Eii araseo. Sekarang kita pulang” Ajak Joohyuk
Mingyu meletakkan tangannya di pucuk kepala Jooeun “Besok kita bertemu lagi. Mimpi indah. Telfon aku setelah sampai rumah”
“Shireo! :p” Jooeun kemudian hinggap (?) Di tangan Joohyuk “Jalga Kinggu”
Jooeun dan sang kakak, Joohyuk melanjutkan perjalanan pulang berdua. Mereka sering berkelahi dalam artian sebuah candaan. Joohyuk sangat menjaga sang adik, ia seorang kakak yang sabar. Ia mengerti kondisi keluarga mereka. Mustahil mengandalkan ayah atau Ibu mereka untuk menjaga Jooeun. Mereka lebih sibuk dengan perkelahian mereka dibanding menjaga dan merawat anak-anak mereka. Jooeun tidak banyak bicara seperti Jooeun biasanya. Karena itu Joohyuk mengeluarkan candaan untuk menghilangkan suasanya sunyi yang sudah terlanjur tercipta “Jadi kau benar-benar menyayangi namjachingu mu itu? Oppa boda?”
Jooeun tidak menjawab. Ia malah menahan langkahnya yang akhirnya juga menghentikan langkah Joohyuk. Mata Jooeun berair. Pelan namun pasti air matanya menetes perlahan. “Hh.. Hiks..”
“W..wae uro?” Tanya Joohyuk tidak menyangka sang adik akan menangis “Wae? Karena Mingyu?” Sebuah pikiran buruk muncul di kepala Joohyun “Kau hamil?” Tidak mendapat jawaban, Joohyuk justru mendapat sebuah pukulan dari Jooeun. Pakk.. “Aw.. ya!” Eluh Joohyuk “Maja, mustahil kau hamil. Si bodoh itu bahkan belum tahu cara kisseu dengan benar. Ia bodoh” canda Joohyuk berharap sang adik akan merasa sedikit lebih baik, meski nyatanya saah besar “Ya, lalu mengapa kau menangis?”
Jooeun memeluk Joohyuk. Terisak dalam pelukan sang kakak. Jooeun tidak biasanya berprilaku seperti ini. “Hiks..Aku membenci mereka. Eomma .. appa Hikss.. Aku begitu membenci mereka.. kundae.. hikss.. Aku tumbuh menjadi seperti keduanya hikss.” Tangis Jooeun semakin terisak. Ia membenci dirinya “Aku .. menyayanginya Oppa, Mingyu, Hiks.. perasaan ku terhadapnya tidak pernah ku rasakan terhadap namja lainnya sebelumnya. Hikss. Ia juga memperlakukan ku dengan baik.. hiks.. t.. tapi aku... selalu menjukkan hal yang berbeda terhadapnya.. aku terus mengeluarkan kata-kata yang mungkin akan menyakitinya. Aku sering kali memukulnya.. hiks .. eomma chorom.. appa chorom.. hikss.” Ungkap Jooeun mengadukan isi hatinya kepada Joohyuk. “Suatu hari nanti, Mingyu akan kehabisan kesabaran atas perlakuan ku.. hikss.. hiks.. musowo. Neomu musowo Hiks.”
Detik itu. Joohyuk kehilangan kemampuannya untuk membuat candaan. Perih dihati Jooeun juga di rasakannya. Adiknya masih begitu muda. Ia jatuh cinta secara serius dengan seorang namja untuk pertama kalinya. Ia dapat memahami ketakutan Jooeun. Jooeun juga mungkin trauma dengan keadaan keluarga mereka. “Semua akan baik-baik saja.. Kau masih dapat memperbaikinya perlahan. Mingyu juga menyayangi mu seperti kau menyayanginya. Ia akan mengerti. Uljima..” hanya kata-kata penyemangat semacam itu yang mampu keluar dari bibirnya.
◑∞⚢
Disalah satu sudut jalan Beolgyo nan senyap, seseorang berdiri. Suara-suara penduduk yang awalnya masih memenuhi sebagian jalan desa beberapa jam lalu. Kini sudah benar-benar senyap ditelan gelapnya malam. Awan hitam diatas langit Beolgyo sana menjadi pertanda keberadaan dirinya. Ia .. yang keberadaannya sudah menjadi momok menakutkan oleh senatero desa. Selaer.. ia adalah seseorang yang selama ini desebut seorang Selaer. Ia berada disana, didalam desa Beolgyo saat ini. Dan entah sejak kapan ia sudah berada disana. Lagit hitam di atas sana juga menunjukkan sebuah pertanda.. bahwa kemampuan camera penyegel jiwa di tangan sang sealer telah tersempurnakan karena syarat akan kesempurnaan kemampuan camera tersebut telah terpenuhi.
Sempurnanya kekuatan camera tersebut mengartikan bahwa.. Seorang Selaer.. juga kedua mangsa utamanya.. yaitu 2 orang blocker.. telah berada dibawah langit yang sama, juga sudah berada dalam usia matang mereka.
Wuzzhhhh.. bayangan hitam muncul dibelakang tubuh sang Seler. Sosok sang kakek yang selalu berada di dekatnya “Tidak salah lagi, mereka berdua sudah ada di dalam. Akhirnya saat ini tiba juga, kau harus berbaur dengan semua dari mereka.. mereka mungkin akan berusia sama ataupun sedikit saja perbedaan usia dengan mu. Kau harus..”
“Diamlah kakek, aku tahu apa yang harus ku lakukan” Sela Sang Selaer “Lagipula.. dengan kekuatan camera saat ini, aku bisa menyingkirkan para minor yang mungkin akan mengganggu ku”
“Kau hanya anak kecil bodoh.. semakin banyak kesalahan mu mendetekai kedua blocker, maka akan semakin banyak tenaga mu , camera itu juga tenaga ku terkuras. Jadi jangan berlaku yang tidak-tidak..” Sang kakek menempatkan tangan dengan kuku-kuku panjangnya disekitar leher sang Selaer.. “Waspadai juga para major. Mereka menguras tenaga berlebihan. Sebagian Major juga memiliki kekuatan yang terlau besar. Itu akan berbahaya untuk kita..” cengkraman sang kekek di leher anak itu semakin kuat “Ingatlah bahwa aku bisa membunuh mu ataupun Ibu mu kapan pun.. jangan bermain-main dengan ku”
“Argh..” Sang Selaer merintih. “Algesseubnida”
Sealer dan kakek tersebut mampu mencium aroma para minor dan major (Class of Beolgyo’s child based on something, will explain later) namun mereka tidak dapat membedakan pasti siapa diantara mereka yang merupakan Minor ataupun Mayor. Seorang dari Blocker berstatus Pure Major dan seorangnya lagi adalah seorang Minor yang juga memegang status Major karena satu dan lain hal. Untuk menangkap mangsanya, seorang Selaer juga memerlukan waktu untuk menditeksi juga memastikan keberadaan mereka.
◑∞⚢
Jungkook membuka lock code pintu rumahnya. Ia, Wonwoo dan Heejin tinggal di sebuah rumah semacam apartment kecil yang hanya terdiri dari 3 lantai saja, dimana setiap lantainya hanya terdapat 3 apartmen saja. Sehingga hanya 9 apartment dalam satu bagunan tersebut, 3 diantara belum dihuni siapapun. 1 dari apartment kosong disana sebelumnya adalah tempat tinggal Wonwoo sebelum akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama Jungkook dan Heejin. Hanya apartmen tempatnya tinggal mereka yang pintu nya masih terbuka di malam hari. Mereka sering bermain ataupun bekerja hinga malam tiba. Sisanya sama dengan warga Beolgyo yang lain, menutup pintu saat matahari mulai bersembunyi dibalik awan.
Jungkokk menutup kembali pintu rumahnya. Ia menguap tanda kantuk mulai menyerang. “Wonwoo Hyung! Heejin Noona” panggilnya heran karena keadaan apartmentnya amat sangat sepi. “Apa mereka belum pulang?” Tanya Jungkook pada dirinya sendiri. Ia memeriksa kamar Heejin dan Wonwoo yang memang jarang terkunci, mereka bertiga sudah berjanji .. selain sedang berganti pakaian atau hal privat lainnya, mereka tidak akan mengunci kamar, agar lebih mudah mengawasi satu sama lain, bahkan saat mereka tidur pintu kamar ketiganya juga hampir tidak pernah terkunci.
Wonwoo dan Heejin tidak ada disana. “Mereka benar-benar belum pulang” ucap Jungkook, Ia menghubungi ponsel Heejin juga Wonwoo tapi tetap tidak ada yang menjawab. Terakhir ia menghubungi Seokmin, ia ingat bahwa Seokmin masih di pekarangan rumah Taejun bersama dengan mereka sebelumnya. “Yoboseyo”
“Jungkook-a .. wae?”
“Kau sudah di rumah?” Tanya Jungkook. Ia beranjak memasuki kamarnya. Berdiri di depan cermin sembari membenahi rambutnya. Sekedar mengecek ia masih terlihat keren meski seharian berada di luar.
“Belum.. masih berkeliling menunggu Shiah nuna dan Taejun samchun menghentikan mellow drama tak jelas mereka. Ya ya Jungkook-a aku ingin berceri...”
“Chamkan” Sela Jungkook “Apa Heejin noona dan Wonwoo hyung sudah pulang?”
“Eoh? Heejin noona sudah pulang sejak 20-30 menit lalu, Kalau Wonwoo hyung mungkin ia masih di jalan, tadi ia mengantar Sohye pulang dulu” Jelas Seokmin “Ya, dengar dulu cerita ku, tadi aku bertem..”
“Chamkan.. sekali lagi, jangan tutup telpon mu, aku harus menghubungi Wonwoo hyung, Heejin noona belum sampai rumah” Jawab Jungkook. Ia memencet tombol hold untuk menahan telpon Seokmin, kemudian menghubungi Wonwoo sekali lagi. Bunyi tutt.. tutt. Cukup lama terdengar, namun kali ini Wonwoo mengangkat telpon.
“Eoh..” Jawab Wonwoo singkat.
“Ya! Kau mengantar si gadis sinting itu dan meninggalkan Heejin noona sendiri? Micheoseo?! Heejin noona belum ada di rumah sampai sekarang.. Hyu..” Tuttttttttttt.. sambungan telpon terputus. Jungkook berdecak kesal “Aissh..” Jam di dinding kenunjukkan pukul 22.00 “Gurae, ku tunggu 1 jam, kalau mereka sampai belum kembali, aku akan menyusul mereka” Jungkook kembali menyambungkan telponya dengan Seokmin. “Seokmin-a mian, Kau ingin bercerita apa tadi?”
“Bagaimana Heejin noona? Dia belum sampai juga?” Seokmin justru bertanya dan menjadi ikut khawatir. Seharusnya ia tidak membiarkan Heejin sendiri tadi “Aku masih berkeliling, kalau ia belum kembali, aku bisa sekaligus mencarinya”
“Call, sepertinya sekarang Wonwoo hyung juga sedang mencarinya” Jawab Jungkook “Aku akan menemani mu di telpon sementara kau mencari, agar kau tidak bosan. Kau mau cerita apa tadi?”