◑∞⚢
BACK TO CURRENT TIME
Bona berlari tanpa arah. Ia mengikuti sinar di atas langit sana. Sinar aneh yang hanya terlihat olehnya. Beberapa cahaya dengan warna berbeda seperti saling berbenturan seolah saling menyerang satu sama lain.
“Bona Noona!”
Perhatian Bona terpecahkan oleh sebuah panggilan, yang ternyata berasal dari Hyungwon. Bayangan aneh yang sempat menyelimuti Jihan juga terlihat jelas mengerumuni Hyungwon. Nafas bona tercekat. Ia berusaha menganturnya namun tetap tidak memberi terlalu banyak manfaat. Dengan ketakutan memenuhi kepalanya. Bona berbicara pada Hyungwon. Tak banyak yang dapat Bona jadikan tempat untuk bicara. Beruntung, Hyungwon adalah salah satu orang yang mengerti dan mempercayainya.
Membaca air wajah Bona, Hyungwon menangkap kekhawatiran “Ada sesuatu yang terjadi? Malhaejwo noona” Pinta Hyungwon “Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan juga, tapi noona bicaralah lebih dahulu”
“Sijaghindae..(Sudah dimulai)” Ujar Bona “Sealer”
Hyungwon terkejut dengan perkataan Bona “Jigeum Ottokhe urin aish (bagaimana kita sekarang/ Apa yang harus kita lakukan sekarang)” Eluh Hyungwon mengacak-acak rambutnya. Ia berfikir dalam mengenai apa yang ia alami. Apa yang ia akan sampaikan pada Bona ternyata bisa terkait dengan apa yang Bona baru saja sampaikan padanya “Kau bertemu dengan Jihoon?”
Bona menggeleng “Sepertinya Jihan sedang mencari anak itu”
“Mworago? Tidak kah itu terlalu berbahaya.. bagaimana kalau Jihoon..” Hyungwon menahan kata-katanya. Belum ada kejelasan dari kasus ini. Sealer atau apapun itu. Tidak seorangpun mengetahui identitasnya. Bahkan seluruh warga Beolgyo seolah menutupi masalah ini. Sebagian juga menghindar dan melindungi anak mereka secara protektif agar tidak menjadi korban dari seorang sealer yang mereka percayai benar keberadaannya. “Seorang anak wanita memasuki desa malam ini. Ia mengataan namanya adalah Bae Yoobin .. Ia datang dari Seoul” jelas Hyungwon “Ini terlalu kebetulan. Tapi.. Jika Gadis itu benar adalah seorang blocker, maka Sealer akan mendapatkan mangsanya”
“Kita tidak bisa mengambil kesimpulan terlalu cepat” Sela Bona “Kedatangan gadis itu bersamaan dengan tanda seorang sealer mencapai tingkat tertingginya, tergambar jelas di langit Beolgyo.. bukan tidak mungkin hal itu terjadi karena.. gadis itu, adalah seorang Selaer” Jelas Bona. Sudut matanya tertuju pada sosok Hyungwon yang sedang melihat kesana kemari, terlihat bingung juga panik. Sesungguhnya Bona, mencurigai beberapa orang diantara mereka. Dan Hyungwon, adalah salah satunya.
“Ada hal aneh lainnya yang terjadi” Ujar Hyungwon sama sekali tak menaruh curiga terhadap Bona “Aku melihat anak itu.. Ia mengikuti Yoobin saat Yoobin memasuki desa, Aku sengaja menabrak Yoobin karena ia terlihat kebingungan, juga khawatir karena anak itu ada di belakangnya. Tapi.. begitu Yoobin bersama dengan ku. Anak itu segera pergi ke arah lain”
Bona menyipitkan pandang, sedikit memiringkan wajahnya “Jeon Wonwoo?”
Hyungwon mengangguk.
◑∞⚢
Yoobin dan Jihoon, adik dari Jihan, berdiri berhadapan didepan bangunan sebuah rumah tua dimana mereka tertarik kedalamnya. Gelap dan lembab tempat itu terbungkus oleh dingin tatap keduanya kepada lawan bicara mereka. “Kau.. seseorang yang mengirimi ku pesan-pesan aneh selama ini?”
“Na? Psh” Smirk Jihoon “Na aniya” Jawabnya “Tapi aku tahu siapa yang melakukannya” Dingin ucapan Jihoon, bersambut dengan perubahan arah pandangnya terhadap bangunan rumah tua itu “Ia tinggal ditempat ini”
“Disini?!” Pekik Yoobin. Tubuhnya seketika merinding. Kondisi rumah tersebut nampak tak memungkinkan untuk dihuni oleh siapapun. Rumah itu memang besar, juga memiliki halaman luas. Namun bagunannya sudah ditumbuhi oleh tanaman rambat, juga beberapa bagian terlihat banyak retakan-retakan.
“Kau pasti tidak bisa mempercayai hal ini. Tapi baru satu tahun rumah ini ditinggalkan oleh pemiliknya, dan kondisi nya bisa separah ini dalam waktu sesingkat itu” Jelas Jihoon.
“Maldoandwe” Ucap Yoobin refleks. Mulutnya sedikit terbuka tak percaya. “Neon.. Nuguya?”
Tatapan dingin Jihoon kembali menyapa Yoobin. Bukan menjawab pertanyaan Yoobin, Jihoon justru berbicara hal lainnya. “Ia” Sebut Jihoon “Seseorang yang mengirimi mu pesan itu. Mungkin ia sedang memperhatikan mu saat ini. Dari dalam sana. Jiwa nya.. ataupun hanya seonggok tubuhnya. Kau mungkin akan menemukannya suatu hari nanti” Jihoon semakin menajamkan tatapan nya “Pergilah dari desa ini, Jika kau takut. Sebelum .. Kau akan bernasib sama dengannya” Jihoon mengambil beberapa langkah maju, lebih mendekat ke arah Yoobin “Ia .. mungkin juga memamggil mu karena... membutuhkan teman”
Sekujur tubuh Yoobin gemetar hebat. Buluh kuduknya berdiri. Ia tahu ia telah tecebur ke dalam sebuah masalah yang rumit dan akan mebahayakannya. Tapi entah mengapa, sesuatu dalam hatinya terus melawan rasa takut tersebut. Ada keingin tahuan yang begitu dalam dari dirinya, juga sebuah keteguhan hati “Aku akan menemukannya. Apapun itu”
Sorot mata Jihoon menunjukkan kebencian, tekanan juga hal-hal yang sulit untuk didefinisikan “Kita lihat sampai mana kau akan teguh pada pendapat mu” Dingin langkahnya berlalu meninggalkan Yoobin seorang diri.
Kaki Yoobin begitu lemas. Tepat 1 detik setelah ia memasuki Beolgyo, hidupnya seperti berubah 180 derajat. Ia sendiri belum mampu menangkap situasi yang dihadapinya saat ini. Semua ini masih terasa seperti mimpi baginya. Yeogin eodi, nan nugu? Kalimat semacam itu muncul dikepala yeoja berusia kurang lebih 18 tahun tersebut. Ditatapnya bangunan tua menyeramkan yang berdiri kokoh ditengah kekacauan fisiknya, bagunan menyeramkan yang menyimpan berjuta jawaban atas tanya didalamnya “Nugunya.. neon?” Tanya Yoobin.
◑∞⚢
Sohye meringis kesakitan karena kakinya terluka. Ia mengeluh bahwa ia tidak bisa berjalan karenanya. Jisoo merasa iba akan apa yang diterima Sohye. Bergabung dengan mereka begitu sulit bagi pendatang seperti dirinya, juga Sohye. Ia memang tidak membenarkan sikap sembrono Sohye, namun juga tidak membenarkan apa yang Jungkook lakukan terhadap Sohye, juga reaksi anak-anak lain yang seolah mengabaikan keadaan Sohye. Hanya Mingyu dan Hoshi yang mendekat dan menunjukkan rasa khawatir.
“Sohye-a, eonnie akan mengantar mu pulang” Ucap Jisoo memaksa menghiasi wajah cantiknya dengan sedikit senyum walau hatinya sakit dengan semua itu.
“Tapi aku benar-benar tidak bisa berjalan” Eluh Sohye terlihat serius. Anak itu bahkan menunjukkan tanda-tanda akan menangis.
“Aku bisa mengantar mu pulang. Tubuh ku cukup besar, mungkin aku bisa menggendong mu” Tawar Mingyu. “Ah, tapi aku tidak tahu dimana rumah Sohye”
Sedikit lega hinggap di hati Jisoo. Mingyu adalah anak yang baik. Jelas terlihat dari caranya bersikap selama ini “Noona akan menunjukkan jalan, menemani mu mengantar Sohye pulang, Gomawo Mingyu-a”
“Ku rasa aku juga harus menemani kalian. Kalau Mingyu lelah, kita bisa bergantian” Sela Hoshi juga menawarkan bantuan.
Jisoo tersenyum sembari menggangguk.
Seokmin mulai kelabakan atas kesepakatan Mingyu, Hoshi dan Jisoo untuk mengantar pulang Sohye. Sebab, baru saja dilihatnya Jooeun berjalan cepat seorang diri meninggalkan halaman rumah Taejun. Heejin nampak akan mengejarnya. Tapi Jungkook meminta Heejin tetap disana, dan pergi mengejar Jooeun sebagai gantinya. “Manghaetda” gumam Seokmin. Tidak ada pilihan lain. Mengorbankan diri mungkin akan menjadi jalan satu-satunya untuk menyelamatkan kondisi kacau balau ini. Seokmin membuka suara “A..”
“Biar aku saja” Sela Wonwoo. Wonwoo menghampiri mereka semua. Ia dengan sengaja menjauhkan Mingyu dan Seokmin. Memberi kode melalui tatap mata kepada Seokmin dan Seokmin menangkap kode itu dengan baik.
“K..kundae hyung” protes Mingyu
Wonwoo mengabaikan protes Mingyu “Khaja” Ia merendahkan tubuh nya, meminta Hoshi membantu Sohye untuk merapat ke punggung Wonwoo. Wonwoo tidak ingin membuang waktu, semakin lama waktu terulur maka bisa semakin kacau keadaan malam itu. Ia berlalu menggendong Sohye ditemani Jisoo dan Hoshi berjalan mengikuti mereka.
“Ada apa dengan kalian semua. Tidak kan barusan itu keterlaluan” Seru Mingyu bernada protes masih belum sadar yang tersisa disana hanyalah, ia, Seokmin dan Heejin. Juga dua sejoli yang tidak ingat lagi dengan masalah duniawi (?) Shiah dan Taejun.
“Aro.. Aro.. kundae, sebelum kau protes.. aku ingin memberi tahu kabar buruk” Sela Seokmin. Mingyu masih terlihat bingung “Ni Yeojachingu, Jooeunnie.. Ia sudah pulang sendiri sejak 5 menit lalu. Dari pada memikirkan nasib orang lain, sebaiknya malam ini kau merenungkan nasib mu esok”
Mingyu melihat ke kanan dan kiri “Omonaaa.. Huaaa. SEOKMIN-AAAA OTTOKHEEE” Ia baru panik seperti anak ayam kehilangan induk. “Uri jooeunnie, Uri yeppeun Jooeunnie., Andweeeee.. Ya ya.. Na m.. Monjo khalkhe.. byeyeom..” Mingyu pergi begitu saja dengan ciri khas wajah bodoh dan gerakan tangan memukul kepala.
“Hhh.. aigoo.. fuhh” Lelah rasanya hari ini, setidaknya begitu perasaan Seokmin. Seokmin merasa menunggu Shiah dan Taejun hanya akan menjadikannya obat nyamuk disana. Sebaiknya ia pulang lebih dahulu bersama Heejin. Mengingat Jungkook dan Wonwoo sudah tidak ada disana “Heejin Noon.. eung?” Seokmin melihat Heejin sudah sedikit jauh didepan sana. Heejin berjalan terburu-buru tanpa pamit juga melihat kebelakang lagi. “Eii.. malam apa ini hufhhh” Eluhnya. Ia diam beberapa saat untuk melepas lelah dan menghirup udara sejuk.
Di depan pagar rumah Taejun seorang gadis bertubuh tinggi, mungkin lebih dari 170cm, atau sedikit kurang dari itu, tak jelas dari mana munculnya. Gadis itu kini tengah menggembungkan pipinya, nampak mencari sesuatu namun tak ditemukannya. Karena sudah tak ada kerjaan (?) dibanding menjadi obat nyamuk disana. Seokmin menghampiri gadis itu. “Nuguseyo?” tanya Seokmin.
Gadis itu tidak menanggapi sesaat. Seperti belum sadar bahwa Seokmin bicara kepadanya. Sampai.. ia mulai merasa terganggu dengan cara Seokmin memperhatikan. Ke depan juga kebelakang, tak lupa kedua samping kanan dan kiri. Tak ada seorangpun selain dirinya dan Seokmin “Bicara pada ku?”
“Aniya.. pada angin” Jawab Seokmin yang sudah cukup diuji kesabarannya malam itu. “Kau mencari seseorang? Apa kau pendatang? Aku tidak pernah melihat mu sebelumnya”
Mata gadis itu layaknya alat deteksi yang mensensor setiap detil wajah Seokmin. “Apa kau benar-benar pernah melihat wajah semua anak di Byeolgyo ini? Gojimal” Jawab gadis itu “Banyak orang tua yang menyembunyikan anak-anak mereka. Tak jarang beberapa anak keluar dengan masker dan kacamata hitam seperti para vampire. Kau pasti seorang anak pendatang yang tidak mengerti apapun tentang desa ini”
“Whoa. Aku pasti sedang bermimpi” Seokmin menepuk-nepuk pipi, saking tak percayanya ia karena harus bekerja keras (?) Menghadapi tingkah laku semua orang yang ia temui hari ini. “Aku lahir di desa ini. Memang benar aku besar di kota lain. Tapi setidaknya 5 tahun terakhir aku sudah berada di desa ini kembali..” Seru Seokmin membela diri “Ah.. sudahlah.. untuk apa juga aku menjelaskan ini semua”
“Ara” Sela gadis itu “Aku melihat mu beberapa kali” Jawab gadis itu santai memutar-mutar ucapannya. Semula ia meragukan Seokmin adalah anak desa tersebut, namun sekarang ia sendiri yang mengatakan ia beberapa kali sudah melihat Seokmin.
“Aargh shh” Seokmin mengacak-acak rambutnya, ingin rasanya ia memakan(?) Gadis itu hidup-hidup. “Geurae.. jalga” Dengan perasaan yang bercampur aduk. Seokmin berjalan meninggalkan gadis aneh itu.
Sang gadis baru menyadari hal penting yang dirasanya janggal “Chamkanman”
“Aku tidak dengar .. tidak dengarr” Seokmin menutup telinga, membohongi dirinya untuk tidak mendengar apapun yang gadis tadi katakan.
“Jogiyo...” Gadis itu mengikuti berjalan dibelakang Seokmin “Jogiyo!” beberapa kali ia memanggil Seokmin tapi seokmin tidak mau mendengar. Gadis itu menghela nafas, bukan helaan nafas cemas, namun justru hela lega “Ahh.. ddaengidda” ia merasa tenang, justru karena Seokmin mengabaikannya.
“Wae!! Wae wae!” Seokmin merasa tak enak, karena itu ia kembali.
Kembalinya Seokmin membuat gadis itu membulatkan sempurna matanya. Persis sama dengan saat bertemu pertama kali dengan seokmin tadi, ia meyakinkan dirinya bahwa hanya ada dirinya disana. Ia kembali merasa panik “Maldoandwe 0_0”
“Apa yang kau inginkan sebenarnya?” Seokmin sungguh dibuat pusing oleh kelakuan gadis dihadapannya. Gadis itu kini melempar pandang ke arah langit tinggi. Membuat Seokmin mengikutinya. Perasaan aneh muncul di hati Seokmin begitu hamparan langit tanpa bintang itu menyapa pandangnya. Sebuah perasaan .. takut.. tanpa dasar alasan.
“Kau sungguh bicara dengan ku? Sejak tadi?”
Dahi Seokmin mengerut mendengar pertanyaan bodoh itu kembali terlontar “Aku.. bicara pada angin. Bukankah sudah ku jaw...” Tubuh Seokmin membatu. Kata di ujung lidahnya tertahan tatkala sosok gadis tadi lenyap begitu saja.
◑∞⚢
Di tengah perjalanan Wonwoo memelankan langkah “Soonyoung-a, kau antar lah Jisoo pulang, aku akan mengantar Sohye sendiri” Ucap Wonwoo kali ini benar-benar menghentikan langkahnya. “Jika terlalu ramai begini, orang di rumah Sohye pasti akan menganggap ada hal sangat buruk terjadi. Ia hanya terluka kecil, tidak masalah”
Hoshi mengangguk, seperti biasanya ia belum juga peka dengan situasi disana. Sementara Jisoo masih khawatir untuk meninggalkan Wonwoo bersama dengan Sohye. Ia tahu pasti bagaimana keduanya tidak memiliki hubungan yang baik. “Ah~ begitu. Jisoo-a kurasa apa yang Wonwoo katakan benar” ucap Hoshi.
“Ani gwenchanayo, rumah Sohye sudah tidak terlalu jauh” Sanggah Jisoo khawatir. “Jadi sebaikny..”
“Ada hal penting yang harus ku bicarakan dengan Sohye, dan ku rasa ini tidak ada hubungannya dengan kalian” potong Wonwoo. Ia tersenyum tenang kepada Jisoo “Aku berjanji tidak akan menyakitinya” Tatapannya berubah tajam seketika.
Jisoo tidak menemukan kebohongan di mata Wonwoo. Juga jika dipikir lagi. Ada baiknya mereka memang bicara. Mungkin masalah mereka begitu rumit, dan Jisoo memang tidak seharusnya terlibat disana. “Baiklah kalau begitu” Ditariknya kecil lengan baju Hoshi “Kami pulang lebih dulu. Sampai jumpa besok Sohye”
“Ne eonnie”
Jisoo dan Hoshi melangkah pergi. Wonwoo dan Sohye melanjutkan perjalanan mereka dengan segala kecanggungan yang memang selama ini jadi pilar utama hubungan diantara keduanya. “Aku memiliki sebuah predikisi.. mungkin kau harus mendengarnya” ujar Wonwoo tetap bernada tenang seperti ia biasanya “Sebesar apapun kau ingin memiliki sesuatu. Benda, teman, namja.. apapun itu.. Kau tidak akan pernah mendapatkannya, kau justru akan kehilangan apa yang sudah kau milki saat ini” Wonwoo terus menggendong Sohye meski ia tahu pasti Sohye hanya berpura-pura. “Aku tidak akan menurunkan mu sampai kau meminta turun. Aku ingin melihat sejauh apa kau mampu berbohong meski semua orang perlahan akan mengenal siapa diri mu”
Sohye sudah tidak lagi bisa menahan sesak di dadanya. Ucapan Wonwoo memang bernada tenang namun begitu menusuk dirasa olehnya “Turunkan aku, sekarang juga” Pinta Sohye dengan suara bergetar. Detik itu juga Wonwoo menurunkannya. Banyak hal yang begitu ingin ia luapkan malam itu. Ia sungguh lelah menunggu. Sudah berbulan-bulan ia disana, hanya melihat dan memperhatikan apa yang Wonwoo lakukan, dan menggerutu seorang diri. “Joha! Apa kau puas sudah memperlakukan ku seperti ini!” Pekik Sohye “Kau.. adalah seseorang yang paling mengetahui alasan ku berada disini. Kau tahu.. tapi kau menyerang ku seperti orang-orang asing lainnya” Sergah Sohye menatap tajam ke arah Wonwoo yang masih hanya menunjukkan punggung di depan Sohye. “Kau bahkan memperlakukan dengan baik seorang penipu yang mungkin sudah hidup dengan tenang dengan darah tersembunyi di tangannya.. seorang penipu yang telah merenggut identitas seseorang yang berarti untuk mu.. Kesalahan apa yang telah ku perbuat sehingga kau memperlakukan ku seperti ini Wonwoo oppa!!” Sohye tidak lagi bisa mengerti tindakan Wonwoo. Kebencian dan perasaan tidak adil begitu menekan hatinya “Aku masih membuka pintu maaf, jika kau meminta maaf kepada ku sekarang”
Wonwoo berbalik membuat ia dan Sohye kini berdiri berhadapan. “Sudah selesai bicara?” Tanya Wonwoo. Sedikitpun di wajahnya tidak tergambar rasa gentar. Ia menunggu barang kali Sohye masih ingin bicara. Ia mulai bicara setelah memastikan tidak ada lagi yang Sohye ingin utarakan terhadapnya. “Aku akan menjawab semua pertanyaan mu” Ujarnya “Pertama, Aku tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Aku tidak akan meminta maaf untuk diri ku. Tapi maaf atas perlakuan Jungkook. Kau memulai permainan dan itu cara Jungkook menanggapi permainan mu”
Sohye mengepalkan tangannya. Dari jawaban awal saja sudah merasa tidak akan memenangkan perdebatan dengan Wonwoo.
“Kedua.. Aku sungguh tidak mengerti apa yang kau ucapkan. Kau mungkin hilang ingatan atau entahlah..” Wonwoo mengangkat bahu nya “Tapi aku tidak pernah merasa kita dekat satu sama lain di tempat kita berdua hidup sebelum Beolgyo. Aku hanya ingat kita pernah bertemu, seperti apa wajah mu dan siapa namamu, tidak lebih dari itu. Aku juga tidak pernah merasa meminta mu untuk datang ke Beolgyo, Jika aku lupa, mohon ingatkan aku.. hari tanggal bulan tahun juga pukul berapa aku pernah meminta bantuan pada mu untuk ikut campur dalam urusan ku.” Jawabnya tegas. Wonwoo bukan seseorang yang bertele-tele. Ia menjawab dengan detil pertanyaan-pertanyaan Sohye.
Wonwoo menunggu beberapa waktu barangkali Sohye ingin menanggapi jawaban darinya. Tapi tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Sohye. Wonwoo pun melanjutkan ucapannya “Ketiga, seperti apa cara ku menyelesaikan masalah ku dengan seseorang yang kau maksud, Aku tidak merasa perlu untuk menjelaskan alasan ku juga hal lainnya kepada mu karena sekali lagi.. itu adalah urusan ku. Aku akan menanggung akibat baik ataupun buruknya sendiri, terima kasih sudah mengingatkan ku. Tapi sekali lagi.. aku tidak meminta bantuan mu, dan mungkin akan mengambil tindakan jika kau terus mencampuri urusan ku” Tidak ada reaksi berlebihan atau peribahan volume suara dari Wonwoo, semua kata yang terucap darinya terdengar tenang tapi menusuk.
Sesak dirasa Sohye di dadanya “Gurae.. ini memang urusan mu oppa, tapi urusan mu berhubungan dengan seorang teman yang begitu berarti untuk ku.. dan ak..”
“Teman? Kau yakin ia teman mu? Ah aniya.. apa hati mu benar-benar mengatakan ia adalah teman mu. Karena seseorang yang kau sebut teman pernah mengakui hal yang berbeda dihadapan ku” Sela Wonwoo tenang, selaan datar yang mempu menghentikan semua suara yang hendak terlontar dari bibir Sohye. “Terakhir..” Lanjut Wonwoo “Kau benar, saat menyebut aku adalah orang yang paling mengetahui alasan mu datang. Sebagai seseorang yang mengethui siapa diri mu dan alasan mu datang.. ada sedikit saran yang ingin ku katakan untuk mu” Ujar Wonwoo sembari berbalik dan berjalan maju menuju arah rumah Sohye “Kau harus merubah cara mu bersikap. Jangan sampai apa yang terjadi kepada mu di tempat sebelumnya terulang di tempat ini. Karena hanya orang bodoh yang terjatuh di lubang yang sama secara berulang-ulang”
Sohye marah, ia begitu marah dengan semua ini. Ia tidak sanggup untuk lebih lama lagi berada di dekat Wonwoo. Ia berjalan cepat mendahului Wonwoo “Aku bisa pulang sendiri!!” Pekiknya kemudian pergi berlalu dengan langkah semakin cepat. Wonwoo juga tidak mau ambil pusing, ia juga berbalim arah, pergi menuju rumahnya setelah itu.