*JiWon pov
“Apa kau baik-baik saja? Dia tidak melakukan apapun denganmu, kan??” Tanya JaeHyun dengan nada panik begitu JoonYoung keluar dari apartemenku.
“Tidak tidak… Dia hanya bicara denganku.” Tanggapku dengan lebih tenang lalu kami keluar dari kamar dan duduk di ruang tamu.
“Apa dia muncul begitu saja di kamarmu atau…?”
“Tadi ada yang membunyikan bel, tapi aku tidak bisa melihat wajah orangnya. Kupikir itu kau, jadi kubuka saja pintunya. Aku tidak tau kalau ternyata itu JoonYoung dan dia menerobos masuk begitu saja.”
“Lain kali jangan bukakan kalau kau tidak bisa melihat siapa yang datang. Aku sangat mengkhawatirkanmu selama disana…”
Kurasa ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan apa yang JoonYoung katakan padaku tadi tentang JaeHyun.
“Kau sedang memikirkan apa?” Aku tersadar dari lamunanku ketika JaeHyun bertanya.
“JoonYoung…”
“Oh ya, apa yang tadi JoonYoung bicarakan denganmu??” Belum aku melanjutkan yang ingin kukatakan, dia langsung memotongnya. Aku tau sejak tadi dia ingin menanyakan hal itu.
“Dia menyuruhku untuk menyerahkan diri, dengan begitu aku akan menyelamatkan Blanchland dari kutukan. Dia juga menyebut soal menjadi kekasihmu adalah sebuah kesalahan.”
“Kau tau, seseorang sudah menggantikanku sebagai Law Holder. Dia dan JoonYoung bertemu beberapa hari lalu merencanakan penangkapan kita. Aku tidak tau apa yang akan dilakukan, tapi menurut Tuan Aimster Law Holder yang baru memiliki BlackGuard yang lebih ahli dari yang sebelumnya.”
“Jadi, maksudmu… Kita tidak bisa lari dari mereka?”
JaeHyun mengangguk mengiyakan dengan berat hati, “aku tidak tau kapan mereka akan datang dan dengan cara apa mereka akan menangkap kita. Kalau mereka datang untuk menangkapmu, kau tidak perlu takut. Mereka tidak akan melukaimu. Saat di Blanchland nanti, akan kulakukan apapun untuk menyelamatkanmu dari pengorbanan. Aku berjanji. Itu tidak akan terjadi.”
“Kenapa kau mengatakan semua itu kepadaku??”
“Mereka pasti akan datang, JiWon-ah. Aku sudah tidak mampu melawannya dengan kekuatanku. Tapi nanti saat disana, aku tidak akan menghadapi BlackGuard, bukan Law Holder baru, bukan juga JoonYoung. Aku tidak akan membawamu lari begitu saja dari Blanchland. Aku akan melepaskanmu dari pengorbanan. Dan mengembalikanmu kesini dengan selamat. Dengan menghabisi BlackGuard dan JoonYoung tidak akan menyelamatkanmu dari pengorbanan. Ada aturan yang aku langgar dan ada hukum yang harus aku hadapi. Kau tidak bersalah atas apapun, aku yang memulai semuanya.”
“Lalu bagaimana denganmu…? Bagaimana dengan hubungan kita nanti??”
“Semuanya akan baik-baik saja.”
“Apapun yang terjadi aku akan tetap mencintaimu.” Aku menatap wajah JaeHyun. Hanya dengan melihatnya aku tau raut wajahnya penuh dengan keresahan dan kekhawatiran. Walaupun dia terus berusaha menenangkanku, aku tau dia jauh lebih tidak tenang dibandingkan denganku.
***
*Author pov
“Kau yakin bisa mengikuti ujian hari ini?”
“Aku bisa membaca pikiran, santai saja.”
“Itu curang namanya.” JiWon melangkah masuk ke gedung fakultasnya bersama JaeHyun untuk menjalani ujian hari ini di kampus.
“Lagipula aku mahasiswa illegal dan aku tidak berniat untuk lulus dari sini.”
“Hm?” JiWon menoleh kearah JaeHyun, memastikan apa yang baru saja dikatakannya.
“Jangan pura-pura bodoh. Kau tau apa tujuanku masuk ke kampus ini yang sebenarnya. Kalau saja aku bisa menyentuhmu…”
“Kalau saja kau bisa menyentuhku, kau mau apa?? Ayo masuk kelas! Hahahahahaha…” JiWon langsung berlalu mendahului JaeHyun menuju kelas. Dia sesekali menoleh kearah JaeHyun dan tersenyum sambil melambaikan tangannya menyuruh JaeHyun berjalan lebih cepat karena takut terlambat.
“Aku hanya tidak ingin dia kehilangan senyumnya…” Gumam JaeHyun dalam hati kemudian berjalan mengikuti JiWon.
*JiWon pov
“Apa yang akan kau lakukan nanti kalau sudah lulus dari sini?” Tanya JaeHyun kepadaku saat kami baru saja selesai menjalani ujian dan keluar dari kelas.
“Hhhhmm… Aku akan kembali ke Jeonju bertemu dengan orangtuaku. Aku berjanji mengajak mereka ke Seoul dan tinggal bersamaku untuk beberapa waktu disini.”
“Apa yang orangtuamu kerjakan disana?”
“Mereka sangat menyukai suasana pedesaan. Bekerja di ladang dan menjual hasilnya ke pasar tradisional. Mereka juga membuka restoran kecil yang menjual makanan andalan Jeonju.”
“Aku sangat senang kalau bisa berkunjung kesana.”
“Ayah dan Ibu pasti senang bertemu denganmu.”
“Hei, JiWon!” Aku melihat David dari kejauhan memanggilku dan berjalan kearahku dengan langkah cepat. Aku dan JaeHyun pun berhenti di depan lobby untuk menunggu David. Sudah lama dia tidak muncul, ada urusan apa dia ingin bertemu denganku?
“JiWon awas!!!” JaeHyun tiba-tiba saja berteriak dan langsung mendorongku hingga terjatuh.
Sambil merintih kesakitan aku membersihkan siku tanganku yang menggores aspal. Aku tidak tau apa yang baru saja terjadi namun saat aku melihat kearah JaeHyun dan David yang terpaku dengan mulut menganga serta orang-orang disekitar kami yang langsung berhenti dan menyaksikan kejadian ini, aku hanya bisa menghela nafas dan mulai merasa khawatir.
***
*Author pov
David masih terpaku dengan mulut menganga, sedangkan JaeHyun yang tersadar dengan orang-orang yang sedang terkejut melihat kejadian itu lantas langsung menjatuhkan pot bunga yang sejak tadi terlihat melayang karena JaeHyun menahannya dan membiarkannya pecah begitu saja.
“Kurang ajar kau…” JaeHyun menoleh keatas balkon lobby gedung dan mendapati JoonYoung yang berlalu dan menghilang sambil menyeringai puas setelah melihat apa yang terjadi.
David lantas langsung membantu JiWon berdiri karena tangannya yang terluka. “See? Dia penyihir! Aku tidak salah, bukan?! Seharusnya kalian percaya denganku! Bagaimana bisa kau membuat benda itu melayang kalau kau bukan seorang penyihir, hah?!” Seru David dengan nada menghujat sambil menunjuk-nunjuk JaeHyun.
“Apa? Dia penyihir? Yang benar saja?..... Apa mungkin JiWon berpacaran dengan seorang penyihir?..... Bukankah dia anak seorang donatur besar?...... Apa itu hanya gossip?” Terdengar suara orang-orang disekitar yang berbisik sambil melempar tatapan tidak percaya kearah JaeHyun setelah mendengar hujatan David kepadanya.
JaeHyun hanya bisa tertunduk dan rasanya ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu.
“Ayo pergi…” JiWon menghampiri JaeHyun kemudian berlalu mendahuluinya setelah mengajaknya pergi dari sana. Mereka masih bisa mendengar orang-orang yang berbisik membicarakan mereka saat sedang menunggu taksi di pinggir jalan.
“Tidak perlu khawatir dengan apa yang akan mereka lakukan padaku. Tidak lama lagi aku akan lulus, jadi aku tidak akan bertemu mereka lagi. Setidaknya tidak setiap hari.” JiWon berusaha menenangkan JaeHyun yang sejak tadi tertunduk lesu sambil sesekali menghela nafas kesal.
***
*JiWon pov
“Si brengsek itu sengaja melakukannya.” JaeHyun melempar sumpitnya dengan geram. Aku yang sedang mengunyah makananku sontak langsung tersentak. JaeHyun tidak melanjutkan makan malamnya dan membanting tubuhnya ke sofa ruang tamu. Melihatnya seperti itu, akupun tidak melanjutkan makan dan segera membereskan meja makan kemudian aku duduk di samping JaeHyun.
Sebenarnya aku masih ragu untuk mengatakannya, tapi kemungkinan semua itu ada hubungannya.
“Apa mungkin… JoonYoung melakukannya karena dia merasa pernah kau khianati…” Dengan sangat hati-hati aku berusaha menanyakannya karena aku takut JaeHyun akan marah padaku.
JaeHyun yang sejak tadi bersandar di sofa sambil memejamkan matanya langsung terbangun dan menatapku dengan wajah yang serius, “Apa ada hal lain yang JoonYoung katakan padamu waktu itu?”
“Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi tapi dia bilang kau mati-matian membela The Law dan justru kau melanggarnya dan sudah mengkhianatinya.”
“Lalu?” Nada bicara JaeHyun langsung meninggi selesai aku menjelaskannya yang membuatku semakin yakin kalau JaeHyun pasti marah mendengarnya.
“Hhhmm… Lalu… JoonYoung juga bilang kau paham soal merusak kebahagiaan seseorang dan mementingkan kepentingan sendiri…”
Lagi-lagi dia hanya bisa menghela nafas… “Kau tau setiap orang pasti pernah membuat kesalahan, kan…?”
“Jadi yang dia katakan itu benar??”
“Itu semua sudah berlalu, JiWon-ah.”
“Kenapa kau mengulanginya, JaeHyun-ah?” Aku menelan ludah dan merasakan mataku yang mulai berkaca-kaca. “Jadi… Apa kau juga akan membenarkan apa yang JoonYoung katakan… Bahwa mencintaimu hanyalah sebuah kesalahan…?” Tanyaku dengan suara parau… Aku tidak bisa menahan air mataku lagi.
***
*Author pov
“Aku tidak sengaja mengulanginya hanya untuk membuatmu berpikir bahwa hubungan ini adalah kesalahan. Menurutmu apa yang membuatku rela menunggumu membuka jalan untukku pergi menemuimu di bumi? Apa yang membuatku mau melindungimu mati-matian dari JoonYoung? Apa yang membuatku mau berjanji menyelamatkanmu dari pengorbanan? Aku mencintaimu, JiWon-ah. Aku melakukan itu semua karena aku ingin kita bisa hidup bersama. Walaupun aku tidak bisa melihat apa akhir dari semua ini. Kau benar-benar mencintaiku, bukan? Apa aku kembali harus menyuruhmu mengatakan kalau kau juga mencintaiku??”
JiWon tidak mengatakan apa-apa dan hanya sesekali terisak berusaha menghentikan tangisannya.
“Katakan… kalau kau mencintaiku………..”
JiWon mengangkat kepalanya dan menatap JaeHyun dalam-dalam. Matanya masih sembab. JaeHyun pun membalas menatap JiWon dalam-dalam dan masih menunggu JiWon mengatakan sesuatu.
Tiba-tiba saja JiWon mencengkeram mantel JaeHyun dengan kedua tangannya dan menariknya yang kini membuat wajah JaeHyun dan JiWon hanya terpaut beberapa senti saja. JiWon perlahan memejamkan matanya dan mencium JaeHyun. JaeHyun membelalakan matanya terkejut dengan apa yang dilakukan JiWon namun anehnya JaeHyun kini justru perlahan ikut memejamkan matanya dan membalas ciumannya dengan lembut.
JiWon melepaskan ciumannya dan cengkeraman tangannya dari mantel JaeHyun. Apa dilakukannya barusan membuat JiWon menjadi salah tingkah dan membuatnya bergeser sedikit menjauh dari JaeHyun.
“Kenapa kau melakukannya…?”
“Aku… Tidak tau…” Jawab JiWon yang kini bingung dengan perasaan yang dia rasakan saat ini.
“Bukankah kau takut mereka akan datang?”
“Mereka akan datang… Apa bedanya melakukannya dan tidak melakukannya? Mereka akan datang juga pada akhirnya.”
JaeHyun menyunggingkan senyumnya.
“Aku tidak seharusnya membicarakan masa lalumu… Semua orang pernah membuat kesalahan. Kau benar…”
JaeHyun menarik JiWon kedalam pelukannya. Dia memeluknya dengan erat seperti tidak ingin terpisah selamanya dengan JiWon. “Biarkan mereka datang…” Gumam JaeHyun. “Semuanya akan segera berakhir…” JaeHyun menghela nafas dan menyandarkan kepalanya sambil masih memeluk JiWon. “Istirahatlah…”
“Kau juga.” JiWon beranjak dari ruang tamu ke kamarnya. Dia melihat sekilas kearah JaeHyun yang sedang berbaring di sofa sebelum menutup pintu kamarnya.
***