“Buku siapa ini?” tanya Taehyung saat dia menyadari bahwa Jungkook selama beberapa hari ini selalu membawa buku tulis barunya ke manapun ia pergi.
“Oh? Ini punyaku,” jawab Jungkook.
Taehyung mencoba mengambil buku itu namun Jungkook mencegahnya, dia memeluk buku itu sambil tersenyum jahil. “Tidak ada yang boleh membukanya,” ujar Jungkook dengan sebuah cengiran jahil.
“Astagaa, kau ini,” Taehyung menggerutu. “Aku sahabatmu, masa tidak boleh?”
Jungkook menggeleng. “Setiap orang di dunia setidaknya punya tiga sampai tujuh rahasia yang tidak akan mereka katakan pada siapapun dan isi dalam buku ini adalah salah satu rahasianya.”
Taehyung hanya menatapnya datar. “Wah, kau mulai pintar seperti ____.”
Jungkook tertawa. “Kamu akan tahu nanti setelah…”
Taehyung memincingkan kedua matanya. “Setelah apa?”
“Setelaaah…” Jungkook sekarang menggoda Taehyung.
“YAH!” Taehyung tertawa sambil memukul bahu Jungkook. “Setelah apa?”
“Setelah aku menyatakan perasaanku pada ____.”
Mata Taehyung terbuka lebar dan dia terdiam seketika, terkejut dengan apa yang baru saja Jungkook katakan, sementara Jungkook tersenyum bangga sambil menaikkan dagunya menikmati wajah penasaran Taehyung, sedikit sombong tidak masalah, kan?
“Bawa dia ke toko buku kemarin!” Taehyung memberi saran.
“Eh? Aku berencana akan ke rumahnya setelah ini,” ujar Jungkook.
“Aissssh! Terlalu mainstream! Cari cara yang lain, buat dia terkesan!” Taehyung memprotes. “Lagipula di rumah dia tidak ada siapa-siapa, aku takut kalau kalian nanti berbuat yang aneh-aneh.”
“YAH!” Jungkook memukul kepala Taehyung. “Kau pikir aku cowok macam apa?!”
“Kau, kan agresif kalau sudah punya rencana apapun!” Taehyung menjawab. “Oke, oke, sekarang kamu ajak dia ke toko buku dan lakukan rencanamu di sana.”
“Kau ikut?”
Taehyung tersenyum sambil menggeleng. “Ini momen kalian berdua, aku tidak akan mengganggu. Kamu tidak mau, kan melihatku berisik di sana?”
Jungkook tertawa mendengarnya lalu Taehyung memeluknya, mendukung sahabatnya sambil menepuk-nepuk punggung Jungkook. “Hwaiting!”
***
Udara dingin malam ini tidak bisa membuatmu kedinginan karena semangat besar di dalam dirimu yang membuatmu terasa hangat setelah Jungkook meneleponmu untuk bertemu di toko buku baru itu, tepatnya di lantai dua, di Ruang Baca. Kamu sama sekali tidak kedinginan meskipun kamu hanya memakai baju yang biasa saja, sama sekali tidak memakai baju yang tebal, hanya T-shirt dan sweater. Langkah kecilmu akhirnya berhasil membawamu sampai di toko buku baru bernuansa vintage ini.
Gemerincing bel terdengar oleh Jungkook tepat ketika kamu membuka pintu Ruang Baca di mana hanya ada Jungkook seorang di dalamnya. Dia menoleh dan melihatmu masuk ke dalam. Cahaya di ruangan dan nuansa sederhana dari ruangan ini semakin terlihat berkesan di mata Jungkook begitu kamu masuk ke dalam. Jungkook tersenyum ketika kedua matamu yang ia anggap indah semakin terlihat berkesan ketika kamu membukanya lebar-lebar, entah merasa takjub dengan desain vintage ruangan ini atau takjub dengan banyaknya hiasan baru di ruangan ini.
Kamu melihatnya yang duduk di sofa, sudah tersenyum ke arahmu.
“Hai, selamat malam,” kamu menyapanya sambil duduk di atas sofa.
Jungkook tersenyum sehabis mengambil nafas dalam-dalam. “Hai.”
“Jadi, tadi kamu beli buku apa?”
“Aku tidak beli buku apa-apa,” jawabnya.
Kamu mengangkat kedua alis. “Eh? Tadi katanya kamu beli buku.”
“Tidak jadi.”
“Oh?”
“Aku tidak beli buku, tapi aku membuat buku,” lanjutnya.
Kedua matamu terbuka lebar, tertarik dengan perkataannya. “Oh, ya?”
Dia mengangguk sambil mengeluarkan buku tulis miliknya.
Buku itu langsung menarik perhatianmu dan rasa penasaranmu langsung terbayar begitu Jungkook memberikannya padamu. Sebelum kamu membukanya, kamu menatapnya dan tersenyum jahil kepadanya.
“Aku tahu kamu pintar mengarang cerita, jika ceritaku tidak beralur, aku minta maaf,” ujar Jungkook.
“Aku baca, ya,” ujarmu membuka buku.
Kamu mulai membaca cerita yang ditulis Jungkook, membaca kisah tulisan tangan Jungkook sendiri. Kamu makin terkesan karena beberapa bagian cerita diberi gambar ilustrasi oleh Jungkook. “Well, gambarmu bagus sekali,” ujarmu.
Jungkook tertawa malu. “Gomawo.”
Kamu pun lanjut membaca. Beberapa saat setelahnya, kamu merasa ada yang aneh dengan cerita yang kamu baca, kamu merasa bahwa kamu juga mengalami apa yang tokoh perempuan di cerita itu lakukan dan alami. Kamu juga pernah bertemu dengan seorang laki-laki setahun lalu kemudian berpisah, kamu merasa jika laki-laki itu adalah Jungkook, kemudian tanpa rencana mereka dikisahkan sedang makan siang bersama, seperti yang kamu alami dengan Jungkook dan Taehyung beberapa waktu lalu. Kamu merasa bahwa kamu adalah tokoh perempuan di situ tepat setelah kamu membaca adegan kamu kehilangan note-mu, laki-laki yang kamu anggap Jungkook itu memberikan sebuah novel pada si gadis sampai dituliskan bahwa tokoh perempuan itu berjalan ke toko buku pada malam hari, tepat seperti yang terjadi pada malam ini.
Sebelum kamu membuka halaman dan hampir membaca bab terakhir, kamu berhenti membaca, berpikir selama beberapa detik dan Jungkook tersenyum melihat reaksi polosmu. “Jungkook,” kamu memanggilnya sambil mengubah posisi dudukmu, menghadap ke arahnya. “Ini cerita tentang kita, kan? Kamu menulis semua kejadian yang kita alami, kan?”
“Cerita ini akan menjadi cerita yang lengkap kalau kamu membuka dan membaca sampai halaman terakhir,” jawab Jungkook. “Kamu hampir membaca halaman terakhir.”
Kamu menatapnya selama beberapa detik kemudian membuka halaman terakhir.
“Jika tidak keberatan, aku ingin kamu membacanya,” Jungkook meminta.
“Kemudian malam tiba dan gadis itu akhirnya sampai di toko buku kesayangannya, tempat di mana laki-laki itu membelikannya novel kesukannya,” kamu tertawa sebentar kemudian melanjutkan bacaan. “Gadis itu masuk ke Ruang Baca dan laki-laki itu sudah menunggunya, menunggunya dengan jantung berdegup kencang, membayangkan apakah gadis impiannya malam ini terlihat cantik seperti biasanya atau semakin cantik? Pakaian seperti apa yang dia pakai malam ini? Banyak pertanyaan di kepala laki-laki sederhana itu.
Setelah mengobrol beberapa hal kecil, si laki-laki mengeluarkan sebuah buku miliknya dan gadis itu menerimanya lalu membaca kisah yang ditulis sendiri oleh di laki-laki. Aku bisa pastikan gadis itu kebingungan sebelum akhirnya dia menemukan arti yang sebenarnya dari kisah yang baru saja dia baca. Setelah gadis itu bertanya apa maksud ceritanya pada si laki-laki itu, si laki-laki memintanya untuk membuka halaman terakhir dan di sana terdapat tulisan…”
Bacaan terpotong ketika Jungkook membuka halaman terakhir. Kedua matamu terbuka lebar ketika kamu membaca tulisan,
“Will you be my girlfriend?” Jungkook membaca apa yang ada di buku itu, mewakilkan apa yang akan kamu baca.
Jungkook menatapmu sementara kamu masih tidak percaya dengan apa yang sedang kamu baca. Kamu menatapnya ketika Jungkook memegang tanganmu, ini pertama kalinya Jungkook menatapmu dengan tatapan yang benar-benar serius dan kamu berhasil berdebar-debar dibuatnya. Kalian masih saling menatap sampai Jungkook dengan lembut memegang pipimu dan mengelusnya dengan ibu jarinya.
“Aku… Aku tidak tahu kisah kita ini akan berakhir bahagia atau tidak, tergantung dengan jawabanmu di buku itu nantinya,” ujar Jungkook kemudian memberikanmu pena kecil dari jaketnya. “Tulis jawabanmu maka aku bisa tahu kisah ini akan berakhir bahagia atau tidak. Kau bisa jawab ‘ya’ atau ‘tidak’.”
Kamu mengambil pena dari tangannya namun kemudian meletakkannya di atas meja, membuat Jungkook bingung. Kamu tersenyum lalu merangkulkan kedua tanganmu di badan Jungkook, memeluknya, memendam wajahmu pada dada Jungkook yang hangat. “Kamu tidak perlu ragu atau khawatir, kisah kita sejak awal akan selalu berakhir bahagia,” ucapmu. “Kamu tidak usah bertanya tentang akhir kisah itu karena aku bisa pastikan jika kisah itu akan selalu berakhir bahagia.”
Jungkook memejamkan mata, dan tersenyum, merasa lega dengan jawabanmu yang secara tersirat mengartikan bahwa kamu menerimanya. Jungkook merangkulkan kedua lengannya pada badanmu yang jauh lebih kecil darinya dan memelukmu lebih kuat. “Terima kasih,” dia berkata. “Aku menyukaimu sejak detik pertama aku melihatmu hingga detik ini juga.”
Kalian melepas pelukan dan kalian tertawa kecil ketika saling menatap satu sama lain.
“Ceritamu bagus,” candamu. “Kamu punya bakat menulis.”
Jungkook tertawa malu sambil menunduk, bersandar pada bahumu selama beberapa saat. “Yah~ hajima, kkeumanhaerajyeo (hentikan),” dia memohon.
“Aku tidak bohong,” kamu melanjutkan dan dia tertawa lagi.
“Jagiya?” Jungkook kemudian memanggilmu dengan panggilan barumu, panggilan yang selama ini selalu kamu tunggu-tunggu darinya.
Kamu menoleh ke arahnya. “Ne, Oppa?”
“Kamu sering membaca dongeng sewaktu kecil, kan?”
Kamu mengangguk.
“Kamu pasti hafal ending semua dongeng.”
“Eh?” kamu berpikir.
Belum ada tiga detik kamu berpikir lebih jauh, Jungkook sudah membuat otakmu berhenti berpikir ketika bibirnya mencium lembut bibirmu. Jungkook memberikan ciuman lembut, ciuman pertamamu selama kamu hidup, ciuman yang selama ini selalu kamu tunggu darinya.
“Nan neoreul saranghae,” Jungkook berbisik tepat di telingamu.
Kamu tersenyum, menunduk menahan malu sebelum akhirnya kamu memeluknya dan menjawab, “Nado saranghae.”