“___-ah, selamat pa…”
“Taehyung! Apa kamu melihat buku note-ku?” kamu berbalik badan begitu mendengar suara Taehyung pagi ini. “Apa kamu melihatnya?!”
Taehyung terdiam melihat reaksimu yang sama sekali tidak seperti yang dia pikirkan.
“Taehyung!” kamu memanggilnya lagi.
“Apa sebaiknya kamu mengucapkan salam terlebih dahulu?” tanya Taehyung.
“Oh, selamat pagi, Taehyung,” kamu membungkuk.
Taehyung tersenyum dan balas membungkuk. “Selamat pagi, ____-ah.”
Kalian diam selama beberapa detik sampai kamu memegang lengan Taehyung dan menggoyang-goyangkannya. “Jawab! Kamu yang mengambil buku note-ku, kan?”
Kedua mata Taehyung terbuka lebar begitu mendengar tuduhanmu. “Mwo? Aku tidak tahu apa-apa!” ia berseru sambil melepaskan genggaman tanaganmu dari kedua lengannya. “Kenapa langsung menuduhku pagi-pagi begini?!”
“Oh?!” kamu tertawa mendengar lontaran polosnya. “Kamu lupa siapa yang menyembunyikan sepatu kananku sewaktu pelajaran olahraga kemarin? Kamu lupa siapa yang menyembunyikan kertas ulanganku sewaktu pelajaran sejarah seminggu yang lalu? Dan kamu juga lupa siapa yang menyembunyikan handukku sewaktu aku mandi ketika piknik bersama keluargamu?”
“Astaga, satu tarikan nafas sekaligus,” Taehyung benar-benar kalah. Dia menghela dan menghembuskan nafas ketika kamu menyebutkan Daftar Barang Yang Disembunyikan miliknya. “Baik, baik, aku yang menyembunyikan semuanya. Tapi, kali ini bukan aku yang menyembunyikannya.”
Kamu menyipitkan kedua matamu.
“Aku bersumpah!” Taehyung membuat tanda peace dengan jemarinya.
Taehyung menang, kamu mengangguk. “Oke, oke, aku percaya,” jawabmu lalu kalian berjalan masuk ke dalam gedung sekolah.
Sepanjang langkah menyusuri koridor sekolah, kamu terus menerus memikirkan nasib buku note-mu. “Kira-kira siapa, ya, yang membawanya?”
Taehyung tersenyum, lebih tepatnya cekikikan dan kamu menyadarinya.
“Tae?” kamu memanggilnya.
Taehyung tersenyum melihat ekspresimu. “Ya?”
“Kenapa cekikian?”
“Kamu tidak tahu siapa yang mengambilnya?” Taehyung bertanya ketika kalian sampai di loker masing-masing. Taehyung membuka lokernya dan bertanya lagi, “Benar-benar tidak tahu?”
“Ayolah, Tae Oppa, kalau aku tahu siapa orangnya, aku akan langsung menghampiri orang itu dan mengambil kembali barangku,” jawabmu tertawa sambil membuka loker dan memasukkan beberapa barang ke dalamnya.
“Coba kamu ingat-ingat kita kemarin makan siang dengan siapa,” Taehyung memberimu petunjuk. “Kita tidak hanya berdua kemarin.”
Kamu berpikir dan kedua matamu terbuka lebar ketika menyadari siapa yang membawa buku note-mu, kamu langsung terkejut bukan main ketika sadar bahwa yang membawa buku note kesayanganmu adalah Jeon Jungkook, your hardest crush.
“JEON JUNGKOOK!” kamu berseru sambil membanting pintu lokermu dan berhasil membuat Taehyung melonjak kaget. “Jungkook?!”
Taehyung mengangguk-angguk. “Tenang saja, sayangku, Jungkook akan mengembalikannya padamu, tenang saja,” ujarnya.
“Bukan, bukan tentang itu,” jawabmu menyembunyikan wajahmu pada lengan Taehyung.
Kamu kembali mengeluh, lebih tepatnya hampir menangis begitu tahu siapa yang membawa benda kesayanganmu. Yang menjadi kekhawatiranmu adalah isi dari buku berwarna abu-abu yang selalu kamu bawa ke manapun kamu pergi itu. Sebagian besar isinya adalah tulisan tanganmu tentang sosok Jungkook. Semua kamu tulis dalam buku itu, kamu menulis bagaimana jantungmu berdegup kencang ketika melihat Jungkook ketika pertama kali bertemu dia tahun lalu, kamu mengungkapkan kegagumanmu pada Jungkook dan masih banyak lagi ungkapan manismu terhadap laki-laki itu.
“Uhm… ___-ah?” Taehyung memanggilmu.
“Ng?” jawabmu, masih menyembunyikan wajahmu pada lengan Taehyung.
“____?” Taehyung kembali memanggilmu, kini menepuk bahumu.
“Apa?” kamu mengangkat kepalamu.
“Kau punya masalah baru,” ujarnya menunjuk ke arah pintu lokermu…
… yang sekarang tidak bisa menutup sepenuhnya karena kamu membantingnya.
“Oh…” kamu menatap nasib lokermu yang benar-benar rusak. “Ups.”
***
Taehyung mencolek lenganmu ketika kamu duduk seorang diri di salah satu meja di kantin sekolah pada jam istirahat ini. Kamu, yang sedang melamun memikirkan nasib note-mu, menoleh ke arahnya. “Apa?”
Taehyung sudah lebih dulu nyengir tolol. “Memikirkan dia, ya?”
Kamu mengernyitkan dahi. “Dia siapa?”
“Kamu suka sekali pura-pura bodoh. Siapa lagi kalau bukan Jungkook.”
Kamu mencubitnya, membuatnya berteriak kesakitan dan kamu tertawa melihat reaksinya. Kamu bertopang dagu, memandang lurus ke depan. Mungkin kamu melihat ke depan, tapi pikiranmu melayang-layang, memikirkan Jungkook.
Sedang apa dia sekarang?
Dengan siapa dia sekarang?
Apakah dia baik-baik saja?
Apakah dia sudah makan?
“Kamu naksir dia, kan?” Taehyung merobek lamunanmu.
Kali ini kamu tidak memprotes, tidak mengelak dan hanya bisa tersenyum malu.
“Akhirnya ada yang sudi mencintai kamu setelah selama delapan belas tahun ini kamu selalu berstatus single,” Taehyung tertawa sambil bertepuk tangan.
“Yah!” kamu tertawa sambil mendorongnya. “Kamu mengejekku? Kamu juga!”
“Iya, memang. Tapi aku tidak mengelak kalau aku selama ini single,” ujarnya lalu menjulurkan lidahnya.
“Kumohon, hentikan,” kamu meminta.
***
“___-ah!” Taehyung memanggilmu ketika kamu berjalan keluar dari kelas beberapa saat setelah jam pulang sekolah dibunyikan. Kamu menoleh ke arah Taehyung yang sudah berlari menghampirimu.
“Ya?” jawabmu mendongak untuk menatapnya.
“Jungkook akan ke sini untuk mengembalikan buku note-mu,” jawab Taehyung.
Keringat dingin langsung mengucur di sekujur tubuhmu, jantungmu langsung berdetak sangat cepat begitu mendengarnya. “Kau, kau serius?” kamu bertanya. “Taehyung, jangan bercanda. Seharian ini candaanmu sama sekali tidak lucu dan...”
“Kurasa dia sudah ada di depan gerbang sekolah,” Taehyung menyahut datar.
“OTTOKHAEYO?!” kamu memekik sambil memeluk lengan Taehyung. “Aku harus bagaimana ini?!”
“Tenang, ada aku,” ujarnya lalu merangkul bahumu dan berjalan menuju gerbang sekolah. Sepanjang perjalan, jantungmu selalu berdegup kencang seolah hampir keluar dari dalam dadamu.
Taehyung yang pertama melihat Jungkook, yang memakai seragam kuning khas SOPA (School of Perfomance Art), sudah berdiri di depan gerbang sekolah kalian, Bundang High School. “Wah, pangeranmu sudah ada di depan gerbang,” goda Taehyung. “Yang membedakan dia tidak naik kuda putih, sudah kabur mungkin.”
“Tae, itu tidak lucu sama sekali,” ucapmu memukul punggungnya.
Taehyung tersenyum padamu dan berdiri di depanmu, memperhatikanmu selama beberapa detik, membuatmu kebingungan ketika dia menyelipkan rambut di belakang telingamu. “Jangan khawatir dengan penampilanmu, kamu selalu terlihat cantik, kok,” dia tiba-tiba memuji.
Kamu perlahan tersenyum malu mendengar pujian dari sahabatmu. “Tae~”
Dia terkekeh dan menggandeng lenganmu, lanjut berjalan menuju gerbang sekolah.
“Hai, Kookie!” Taehyung berseru.
Jungkook mengalihkan perhatian dari smartphone-nya.
“____?” Jungkook memanggilmu sambil mengambil sesuatu dari tasnya.
“I… iya?” kamu mencoba untuk tidak berteriak ketika kamu menatap matanya.
Jungkook kembali menoleh ke arahmu sambil mengembalikan buku note-mu. “Kamu meninggalkannya di kedai kopi kemarin,” senyumnya.
Perlahan kamu menerimanya. Akhirnya! Akhirnya! kamu berteriak dalam hati, merasa sangat lega dan aman ketika buku penuh rahasia ini akhirnya kembali di genggaman tanganmu. “Terima kasih banyak, Jungkook,” kamu tersenyum padanya.
Jungkook melebarkan senyumnya dan kamu berusaha sekuat tenaga untuk tidak pingsan dibuatnya.
“Senyummu manis sekali, berbeda ketika kamu tersenyum padaku, senyummu pasti mengandung arti menyebalkan seperti minta dibelikan sesuatu, minta diambilkan sesuatu, minta dimanja dan sebagainya. Senyumanmu tidak pernah semanis ini jika denganku,” Taehyung tiba-tiba menggodamu, membuatmu menutup wajah memerahmu dan membuat Jungkook tertawa keras.
“Kim Taehyung!” kamu berteriak menjambak rambutnya. “Kumohon sekali saja!”
“Aaaakh! Aaaaakh! Lepas! Lepaskan!” Taehyung meringis kesakitan.
Akhirnya kamu melepaskannya dan dia menatapmu dengan mata berkaca-kaca. “Kamu tega sekali denganku!”
“Hei, hei, hei,” Jungkook menyela kalian. “Mau makan es krim?”
“Oke!” “Tidak, terima kasih!” Kamu dan Taehyung menjawab berkebalikan, kamu menolak dan dia menerima tawaran Jungkook dengan senang hati. Jawaban kalian yang bertolak belakang membuat kalian bertiga bingung.
“Jadi?” Jungkook bertanya.
“Iya!” Taehyung menyahut sambil merangkul bahumu. “Dia suka gengsi, sebenarnya dia mau, tapi pura-pura menolak. Hahaha! Ayo, kita makan es krim!” Taehyung lanjut menjawab kemudian merangkul bahu Jungkook dan kalian berjalan menuju Ice Cream Corner yang tidak jauh dari sini.
Apa boleh buat, kamu mengeluh dalam hati.