Sebuah lagu dari BTS - Whalien 52 mengalun merdu di L’mire Coffee Shop. Yoojin, Haena, Mark dan Kai cukup menikmati alunan lagu tersebut. Siang ini mereka memang hanya berempat di L’Mire dan hal yang mencengangkan untuk Mark adalah ketika Haena kembali mengajak Kai untuk bergabung. Untung saja Daehyun dan Jackson tidak dapat hadir karena kesibukan mereka masing-masing, pikir Mark. Keadaan memang cukup hening, namun Haena dan Yoojin terus beribicara membuat keadaan menjadi normal.
Hingga Yoojin meminta pada Haena untuk menemaninya ke toilet. “Dasar yeoja” gumam Mark mendapati Yoojin yang menggamit tangan Haena. Kali ini Mark hanya bersama Kai, sejak pertama datang memang tidak ada pembicaraan diantara dua pria ini.
Namun justru kali ini Kai bersua “Jika bukan karena Haena, aku tidak mau satu meja denganmu.”
“Jika bukan karena Yoojin dan aku pun masih menghargai Haena sebagai sahabat Yoojin. Aku tidak mau melihatmu” Timpal Mark
“Apa hubunganmu dengan Yoojin” dengan iseng Kai bertanya membuat Mark menatap tajam Kai.
“Apa urusanmu?” kata Mark
Kai menarik sebelah bibirnya “Mungkin kau sudah tahu, aku dengan Yoojin bertetangga. Atau apakah ia juga cerita bagaimana hubungan kami dulu?”
“Apa maksudmu?” tanya Mark dengan ketus
“Aku bahkan pernah mandi bersama Yoojin” kembali Kai menarik sebelah bibirnya.
Mark terdiam dan membulatkan matanya mendengar ucapan Kai “Jangan main-main denganku Kai” tatapan Mark semakin tajam.
“Apa aku pernah bercanda denganmu? Apa aku pernah mengeluarkan lelucon didepanmu? Sudah ku buktikan semuanya padamu, aku telah merebut Haena dari Daehyun dan aku sudah tunjukkan padamu bagaimana lemahnya temanmu itu” kata Kai
“Jaga bicaramu!” tekan Mark
“Kau tahu, aku sangat membencimu!” kata Kai
Mark terdiam mendengar ucapan Kai, namun sesaat ia berkata “Apa yang membuatmu begitu membenciku? Apa salahku padamu?”Mark kembali terdiam mengingat ucapan Kai akan hubungannya dengan Yoojin “Ahhh.. aku tahu, apa kau merasa cemburu aku dekat dengan Yoojin? Ya, kau sudah mendapatkan Haena, apa kau berniat untuk merebut Yoojin dariku?” tatapan Mark pun kian menajam pada Kai.
“Cih! Kau banyak bicara. Bagaimana aku tidak membenci orang yang telah membunuh kakakku!” kata Kai dengan rahang yang mengeras dan membalas tatapan tajam Mark.
Mark mengerutkan keningnya “Mworago? Aku tidak mengerti dengan ucapanmu” kata Mark
“Jangan berlagak polos kau Mark!!” dengan kesal Kai menendang kursi disebelahnya, Mark hanya terdiam mendapati Kai yang terlihat meluap emosinya “Ikut denganku, aku tidak mau Haena melihatku dalam keadaan emosi seperti ini!” kata Kai
Mark terdiam tidak mengubris ucapan Kai, ia merasa ragu jika ia ikut dengan Kai apa yang akan dilakukan pria ini kepadanya. Seakan dapat membaca pikiran Mark, Kai langsung berkata “Kau tenang saja ! aku tidak akan membunuhmu”
Sesaat kedua pria ini meninggalkan L’Mire walau sebelumnya mereka meninggalkan pesan singkat dimeja makan mengatakan kalau mereka ada urusan sebentar.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi kedua pria ini sampai pada tujuan mereka, bahkan selama perjalanan tidak ada pembicaraan diantara keduanya. Arena balap, Kai mengajak Mark ketempat dimana meninggalnya Jaewook kakak kesayangannya. Keduanya keluar dari mobil dan cukup menatap keadaan arena balap ini.
“Mengapa kau membawaku kesini?” Kata Mark
“Kau ingat tempat ini kan?” kata Kai
“Ayo kita pulang saja” kata Mark seakan mengingat sesuatu.
“Kenapa? kau takut? Hah !” Kata Kai
Mark menarik nafas beratnya “Aku tidak pernah takut pada apapun, aku hanya sedih mengingat tempat ini”
Mendengar hal ini Kai tertawa dengan nada menyindir “Hahahahha, sedih katamu?” Kai menarik kerah baju Mark lalu diseretnya hingga ke mobil Kai dan ditujukkan foto Jaewook yang berada didashboard, Mark mengerutkan keningnya karena ia pun lupa akan wajah Jaewook.
“Lihat baik-baik foto ini!! jangan paksa aku untuk membunuhmu!! Aku bisa saja membalas kematian hyung ku!” kata Kai
Mark kembali terdiam dengan ucapan Kai, dapat ia sadari ekpresi Kai yang sangat emosi. Mark pun menegaskan pandangannya pada foto tersebut, ia baru memperhatikan foto tersebut dengan jelas “Lepaskan! Aku tidak tahu kalau dia kakakmu” seru Mark yang ingat akan Jaewook.
BUGGGGHHH
Bukan dilepaskan justru Kai memberi pukulan kerasnya tepat di wajah Mark. Tak mau kalah Mark pun membalas pukulan Kai hingga tersungkur ke tanah “Sudah kukatakan aku tidak tahu kalau dia kakakmu.” Tegas Mark
Mark memejamkan matanya sebentar dan mengingat sesuatu “Hoksi. Neo Kim Jongin?” sontak Kai membulatkan kedua matanya, Mark merogoh dompetnya dan meraih sebuah foto yang dulu pernah diberikan Jaewook padanya, bahkan Mark mencatat nama ‘Kim Jongin’ dibelakang foto untuk mengingatnya. Mark pun memberikan foto tersebut pada Kai, foto dimana seorang anak kecil tersenyum riang bersama kakak laki-lakinya.
“Jongin.. Kim Jongin, ketika ia memberikan itu padaku. Dia terus mengucapkan nama itu” kata Mark
Kai hanya terdiam menatap foto tersebut, hingga ia tidak mampu membendung rasa sedihnya “AAAAAAAAAAAAARRGGGHHH” teriak Kai meluapkan emosinya dan tanpa sadar airmatanya mengalir begitu saja.
“Waktu itu....” Mark teringat kejadian beberapa tahun yang lalu.
Diarena balap liar Jaewook cukup memperhatikan aksi Mark yang terlihat sangat keren. Dimana Mark mengalahkan lawannya dengan putaran sempurna diarena, ia merasa Mark seumuran dengan adiknya karena terlihat jelas wajahnya yang memang masih sangat muda dan tanpa ragu serta rasa penasaran yang kuat Jaewook menghampiri Mark.
“Kau seusia adikku, tapi kau begitu mahir. Aku yakin Jongin pun pasti akan kagum dengamu” Kata Jaewook ketika berhadapan dengan Mark.
Mendengar hal itu Mark tersenyum “Terima kasih, tapi kau terlalu memujiku”
“Itu bukan sebuah pujian, itu kenyataan kalau kau memang sangat mahir. Hey, aku menantangmu. Aku ingin mengalahkanmu”kata Jaewook membuat Mark membulatkan matanya tidak percaya.
“Mianhaeyo, tapi aku hanya bertanding 1 kali, kau juga sudah bertanding kan tadi? Kau harus mengecek kondisi mobilmu. Aku menolak tidak yakin dengan kondisi mobilku” kata Mark menolak dengan halus.
“Sudah hanya satu kali saja tidak akan merusak mesin mobilkan?” kata Jaewook.
Namun Mark menundukkan kepalanya “Jeosonghamnida tapi...” belum sempat Mark melanjutkan ucapannya teman Jaewook sudah berseru
“Ya, anak muda sudah terima saja tantangan dari Jaewook, apa kau takut kalah dengannya?”
“Jongin pasti akan bangga denganku jika aku bisa mengalahkan pembalap hebat dan muda sepertimu. Akan kuceritakan ini pada Jongin ketika ia pulang nanti” kata Jaewook mengingat adiknya.
Mark terdiam mendengar ucapan Jaewook, sesaat ia berkata “Aku akan mengecek mobilku dulu. Aku tidak mau memaksa jika keadaannya tidak memungkinkan”
Mark mengecek mobilnya yang terlihat masih stabil, begitu juga dengan Jaewook yang mengecek mobilnya namun terlihat dari kasat matanya mesin pada mobil tersebut seakan sudah tidak stabil.
“ottokhe? Apa masih bisa dengan keadaan mobil ini?” tanya Jaewook pada teman mekaniknya, mereka seakan berunding membicarakan mobil Jaewook dan itu cukup didengar oleh Mark.
Saat itu Mark menghampiri Jaewook dan melihat kondisi mesin mobil Jaewook “Eoh, apa kau yakin mau membawa mobilmu dengan kondisi seperti itu? Itu bisa membahayakanmu”
“Kau meremehkanku hah? Aku bisa memperbaiki mobil ini dalam waktu yang singkat!” kata teman Jaewook yang merupakan seorang mekanik.
Jaewook terlihat khawatir, namun ia tersenyum seraya berkata “ aku akan baik-baik saja” entah mengapa perasaan sedih menyeruak begitu saja pada diri Mark.
Hingga balapan pun dimulai, Jaewook dan Mark sudah menancapkan gas pada mobil mereka, sebenarnya Mark tidak terlalu menancap gas, ia menyetir dengan kecepatan yang rendah. Lain hal dengan Jaewook yang terlihat sangat antusias menancap gas, hingga di putaran kedua mesin mobil Jaewook yang sudah kepanasan akibat terlalu memaksakan untuk menancap gas dengan kecepatan tinggi, membuat salah satu kabel pada mobilnya terbakar dan ...
BOOOMMM
Suara ledakan terdengar dari arah mobil Jaewook, terlihat jelas mobil Jaewook mengeluarkan api. Sontak saat itu juga Mark berhenti mendadak dan keluar dari mobilnya mencoba menyelamatkan Jaewook. Hanya Mark satu-satunya yang berani menghampiri mobil Jaewook, sedang yang lain hanya menonton tak kalah kagetnya namun mereka tidak mampu melakukan apapun. Hingga teman mekanik Jaewook pergi dari tempat tersebut seakan merasa bersalah.
Melihat Mark yang kesulitan, salah seorang rival Mark yang sebelunnya mengadu balap dengannya justru membantu memadamkan api, sekiranya api sudah padam Mark pun berhasil mengeluarkan Jaewook dari mobilnya dan menyadari Jaewook yang masih bernafas. Tanpa pikir panjang ia pun langsung menelpon salah satu rumah sakit terdekat untuk meminta bantuan. Hingga pada akhirnya Mark membawa Jaewook ke rumah sakit berserta satu orang rivalnya tersebut. Di dalam ambulan, masih dalam keadaan sadar Jaewook seakan tidak bisa berbicara, ia memberi isyarat agar mengambil dompet yang ada pada kantung celananya dan Mark mengikuti isyarat Jaewook untuk menyuruhnya mengambil foto yang ada pada di dompet, foto tersebut adalah potret dirinya bersama sang adik. Namun menjadi terakhir yang mereka ambil sebelum Kai pergi ke busan.
Mark tidak mengerti kenapa Jaewook menyuruhnya mengambil foto tersebut, hanya saja bibir Jaewook seakan ingin berbicara dengan cukup sulit Jaewook berucap “Jo-jongin, Kim—Jongin” dengan terbata Jaewook mengucapkan nama Jongin dan menghebuskan nafas terakhirnya. Mark diam membeku menatap Jaewook, sesaat ia menatap foto yang diberikan Jaewook.
Mengingat kejadian tersebut membuat Mark merasa kalut, ia memang tidak pernah kearena balap tempat ini. Ia memilih tempat lain untuk melakukan balap liarnya kecuali tempat ini, karena hal tersebut akan mengingatkan Mark pada Jaewook.
Mendengar cerita tersebut, Kai hanya mampu menatap Mark, hingga air matanya pun terus mengalir deras seakan tidak memperdulikan Mark yang juga menatapnya. “Jadi teman hyung membohongiku, ia memutarbalikkan semua fakta yang ada.” Kata Kai mengingat akan ucapan teman Jaewook.
“Kakakmu tewas ditabrak oleh lawannya saat balapan. Aku sudah mencegahnya untuk menerima tantangan anak tersebut. Tapi anak tersebut malah meledekiku dan membuat Jaewook kesal. Sampai akhirnya terjadilah seperti ini”
Ucapan teman Jaewook teringat dengan sangat jelas dibenak Kai, ia memang mencari tahu kronologi yang sebenarnya. Ia tidak hanya mencari pada satu sumber, ia pun mencari kebeberapa teman kakaknya dan memang ceritanya seperti yang Mark ceritakan hanya saja ia masih belum percaya jika bukan Mark yang menjelaskan padanya dengan langsung dan secara rinci.
Setelah mendengar cerita Mark ia benar-benar merasa terbodohi karena kebohongan teman kakaknya “Mianhae” kata Kai dengan lirih mengingat Jaewook yang mungkin merasa kecewa dengan sikapnya.
Mark hanya menepuk punggung Kai, ia mengerti benar posisi Kai. “Gwenchana, jika aku ada diposisimu pun mungkin akan bersikap sama sepertimu. Aku merasa iri kau memiliki seorang hyung selalu mengingatmu diamana pun ia berada” kata Mark
Kai tidak menjawab justru ia menatap foto yang Mark berikan tadi, bahkan kali ini ia menangis penuh lirih “Hyung, bogoshipda.. Hyung” Kai kian menjadi tangisannya seakan meledak mengingat Jaewook, Ia sangat merindukan sosok kakaknya.
Untuk pertama kalinya bagi Mark melihat sosok Kai yang sebenarnya, ia terlihat begitu terpuruk. Seakan mengerti Mark berkata “Akanku katakan pada Haena jika kau tidak enak badan. Akan kuantar Haena kerumah Yoojin” Mark sadar kalau Kai butuh waktu menyendiri dan tanpa menunggu jawaban Kai, Mark meninggalkan Kai sendirian walau sebenarnya ia merasa ragu namun itu pilihan yang tepat.
^^^^^
Haena sudah berada dirumah Yoojin, dimana sebelumnya ia dibuat cemas dengan Kai dan Mark yang meninggalkan L’Mire dan mereka mendapati kursi dari L’Mire yang terjatuh. Membuat mereka berpikir kalau Mark dan Kai akan berkelahi, mereka memang berusaha menghubungi kedua pria itu namun tidak ada satupun jawaban dari kedua pria tersebut. Hingga sore tiba Mark kembali dengan wajah lebam yang terkena pukulan, membuat Yoojin panik sekaligus khawatir dan segera mengobati Mark lebih dulu. Hingga akhirnya Mark mengantarkan kedua wanita ini kerumah Yoojin dan ia pun mengatakan kalau Kai pulang lebih dulu karena tidak enak badan.
Sedari tadi Haena menatap kearah luar jendela kamar Yoojin yang memang langsung berpusat kearah kamar Kai. “Kau mengkhawatirkannya?” tanya Yoojin yang menyadari sikap Haena.
“Molla, aku merasa tidak tenang jika dia bersikap seperti itu. Aku akan kerumahnya” Kata Haena yang tanpa ragu meninggalkan Yoojin menuju rumah Kai.
Ketika Haena didepan rumah Kai, ia beberapa kali mengetuk namun terlihat pintu rumahnya tidak dikunci. Sebenarnya ia ragu untuk masuk, entah apa yang membuatnya yakin untuk masuk kerumah Kai. Ia sempat mengatakan ‘Yogiyo, Ahjjuma, ahjusi’ sayangnya seruan itu tidak digubris karena terlihat jelas rumah Kai yang sangat sepi. Kai memang sering ditinggal orangtuanya yang sibuk akan bisnis mereka, maka dari itu tidak jarang Kai sendirian dirumahnya.
Haena terus melangkah, hingga tepat diambang pintu kamar. Haena mendapati Kai yang tengah terduduk dibawah ranjang sambil memeluk kedua kakinya, seraya dibenamkanlah wajahnya diantara kedua lututnya. Terdengar isak tangis Kai, Haena memperhatikan disekeliling kamar tersebut begitu banyak foto-foto Kai bersama kakaknya, dan juga foto Yoojin saat masih kecil bersama Kai, Haena pun menatap satu foto bergambarkan dirinya yang disnapshoot dan dibingkai rapi.
“Mmm.. Kau datang?” Sadar Kai dengan kehadiran Haena dikamarnya.
Haena menatap Kai dengan sendu, ragu-ragu Haena menghampiri Kai seakan takut dengannya. Namun justru Kai mengisyratkannya agar duduk disebelahnya “Aku tak berharap kau melihatku seperti ini. Aku ingin terlihat kuat didepanmu” kata Kai menghapus airmatanya.
Kali ini tanpa ragu Haena duduk disebelah Kai dan saat itu juga Kai langsung memeluk Haena dari samping. Dibenamkannya wajah Kai dibahu Haena, ia pun merasakan airmata Kai yang kian membasahi bahunya hingga ia pun mendengar isak tangis suara Kai parau. Haena hanya diam saja dengan keadaan Kai saat ini, ia justru mengusap punggung Kai membiarkannya puas menangis meluapkan rasa sedihnya.
Hingga malam pun tiba. Mengingat Kai yang belum makan sejak siang tadi Haena sengaja membuat makanan untuk Kai, mereka menikmati makan malam buatan Haena bersama. Terlihat kai yang sudah mulai tersenyum kembali meskipun Kai jadi lebih sering berdiam dengan tatapan kosongnya.
“Aku akan mengantarmu pulang. Ini sudah malam” kata Kai mengingat Haena yang menemaninya seharian.
“Ani, aku akan menginap saja dirumah Yoojin” Jawab Haena
“Wae?” Tanya Kai singkat seraya menyeruput ramen buatan Haena “Uggh atteugo” Kai merasakan panas dilidahnya ketika baru memakan ramen.
“Yak! Kau harus meniupnya terlebih dahulu, kau ini tidak sabaran sekali aisshh” kata Haena sambil meraih mangkuk Kai dan ia meniupi ramen pelan-pelan.
Kai tersenyum melihat tingkah Haena “Kenapa kau jadi bersikap manis padaku? Dan kenapa kau datang kemari? Apa kau mengkhawatirkanku? Mengapa kau memilih menginap dirumah Yoojin dari pada pulang? Apa kau masih mengkhawatirkanku?” tanya Kai bertubi-tubi.
Haena hanya terdiam lalu ia menyuapi ramen tersebut ke mulut Kai, menerima ini Kai cukup kaget. Begitu juga dengan Haena yang mendadak terdiam, ia teringat akan Daehyun yang sering memperlakukannya seperti ini. Bayangan pertama kali Daehyun menganganggapnya sebagai kekasihnya ketika ia menyuapinya dengan kentang. Hal yang pernah Daehyun lakukan justru ia lakukan pada Kai.
“Haena-ya” ujar Kai menyadari Haena yang hanya diam saja.
“Ohh mian, kau lanjutkan makan aku mau mencari udara segar sebentar” kata Haena seraya keluar dan duduk didepan teras, kai mengikuti Haena dan duduk disampingnya.
“Wae geurae Haena-ya? apa ada perkataanku yang menyakitimu?” tanya Kai
“Ani, keunde. Molla” dengan lemas Haena berucap dan menatap kosong arah depannya.
Kai seolah mengerti mencoba mencairkan suasana “Ya, apa kau ingat dengan tempat sampah didepan rumah Yoojin itu?” Kai menunjuk kearah tempat sampah tersebut.
Haena mengerutkan keningnya dengan ucapan Kai, namun Kai justru menertawakan ekpresi Haena seraya berkata “kau tahu, disitulah aku pertama kali menemukan cinta”
“Mwo? Cinta ? dalam tempat sampah? “ kata Haena polos.
Kai sangat gemas melihat tingkah Haena, ia mengacak-acak rambut Haena “Ya, disitulah aku pertama kali bertemu dengamu” kata Kai menatap Haena penuh makna.
“Naega? Ditempat sampah? Micheoseo!” kata Haena
Kai hanya tersenyum dan berkata “Saat itu aku baru beberapa hari kembali dari Busan. Aku sedang bermain basket dihalaman dan kau melihatku takjub, hingga kau menabrak tempat sampah itu.” Kai mengingat akan cinta pada pandangan pertamanya pada Haena yang terlihat menggemaskan.
“Jinjja?” kata Haena tidak percaya “Bagaimana mungkin aku bisa seperti itu padamu”
“Kau masih tidak mengingatnya Song Haena? aigo kau sudah tua ya” ledek Kai
Haena mencoba mengingat kejadian tersebut “Ahhh kau benar! Aku ingat, hahahaha. Aku hanya berpikir selama aku berteman dengan Yoojin sejak SM aku tidak pernah melihat dirimu” Haena tersenyum polos.
“Apa kau sempat melihat Hyungku?” Tanya Kai membuat matanya berlinang.
“Ohh, itu.. iya aku sempat melihatnya beberapa kali. Tapi aku tidak pernah menegurnya, Mianhaeyo, aku tidak tahu kalau..... aku kira ia pergi ke suatu tempat” kata Haena seraya mengusap pundak Kai.
“Iya, memang dia sudah pergi ke suatu tempat yang nyaman dan tenang disana. Bukan begitu Song Haena” Kai tersenyum lagi kali ini senyuman yang terasa sangat tulus dan Haena tak henti menatap Kai.
*****
Liburan musim dingin pun tiba tidak jarang banyak orang yang melakukan liburan. Sama halnya dengan Jackson yang sudah berada bandara international Incheon yang diantar oleh teman-temannya, ia berniat ke Hongkong untuk berkumpul bersama keluarganya disana.
“Ya, kenapa kau harus pulang ke Hongkong? Aku kesepian tanpamu” kata Mark
“Well, aku akan kembali lagi kan. Mengapa kau berlebihan sekali, lagi pula ada Yoojin yang akan menemanimu” ledek Jackson sambil menepuk perut Mark membuat Mark menatapnya.
“Aku sepertinya ingin menangis, tapi aku tidak mungkin menangis” ujar Mark asal
“Mwoya” Jackson langsung menarik Mark dan memeluknya. Satu persatu teman-temannya dipeluk, dimulai dari Mark, Yoojin, Haena dan Daehyun. Daehyun memang datang kebandara bersama Haena dan Yoojin, sebenarnya Haena pun ingin mengajak Kai hanya saja ia harus kepemakaman Jaewook kakaknya. Yerin pun memaksa ingin ikut dengan Daehyun, namun ia mengancam kalau Yerin ikut jangan harap Daehyun akan menyahuti segala ucapan Yerin dan ia pun akhirnya mengahalah.
Telpon genggam Haena berbunyi, ia menatap layar ponselnya terdapat sebuah nama yang tidak asing bsginya melakukan panggilan “Ne, Jongin-ah. Kau sudah dipemakaman kakakmu?” tanya Haena
“Ne, apa kau sudah dibandara? Berikan telponmu pada Jackson, aku juga ingin memberikan ucapan selamat tinggal padanya.” Kata Kai
Daehyun yang cukup mendengar percakapan Haena dengan Kai lewat telepon, karena jarak Daehyun dengan Haena bersebelahan. Ia sangat kaget dengan ucapan Kai, ia pun medengar suara Kai yang begitu lembut saat berbicara dengan Haena.
Diberikannya ponsel Haena pada Jackson, awalnya Jackson merasa ragu untuk menerimanya. Namun Mark menyuruhnya menerima panggilan tersebut, saat itu Jackson mnekan tombol loudspeaker agar semua bisa mendengar percakapan mereka “Yo. What’s up?” kata Jackson
“Jackson! Mian aku tidak bisa mengantarmu, selamat jalan. Jaga kesehatanmu” kata Kai
Ucapan Kai cukup membuat Jackson dan Daehyun kaget, sedang Mark, Yoojin dan Haena hanya tersenyum mendengarnya.
“Ahh.... ne Kai, jaga kesehatanmu juga” jawab Jackson dengan nada yang cukup kaku pada Kai
“Umm. Thanks. Aku tutup telponnya. Annyeong” Kai pun menutup telponnya tanpa menunggu jawaban dari Jackson. Sesaat menerima telpon Kai, Jackson sadar kalau ia harus segera take off dengan berat Jackson pergi memasuki gate sambil melambaikan tangan dan terus memandangi sahabat-sahabatnya tersebut.
^^^
Setelah mengantar Jackson dibandara keempat orang ini tidak langsung pulang, mereka justru ke L’Mire untuk mengisi kepenatan yang ada. Sudah lama keempat orang ini tidak berkumpul bersama, meski Daehyun lah yang memang jarang berkumpul namun kali ini ia pun memilih berkumpul bersama. Seperti biasanya mereka bersenda gurau, walau sedikit rasa canggung antara Haena dan Daehyun. Namun keduanya berusaha untuk bersikap biasa saja.
Sesaat kehadiran seseorang membuat suasana menjadi kaku, Kai sudah berada dihadapan keempat orang ini. Ia memang berniat untuk menjeput Haena, rasa kaku tersebut justru dianggap santai oleh Kai. Ia menarik salah satu bangku didekat Haena, ia pun menatap Daehyun yang terus menatapnya “Ohh, Daehyun annyeong. Lama tidak bertemu, kemana saja kau? Tidak pernah muncul latihan basket “ sapa Kai mencairkan suasana.
Namun Daehyun menanggapi dengan senyuman terkesan garing, berbeda dengan Mark yang diam saja seakan memikirkan sesuatu. Mungkin, lebih tepatnya Mark memang tengah merencanakan sesuatu.
“Haena-ah, Daehyun-ah. Bisa ikut aku sebentar?” kata Mark
Daehyun tersenyum karena ia tahu apa yang Mark pikirkan, hanya saja Haena terlihat bingung karena tidak biasanya Mark ingin berbicara dengannya secara serius.
“Kendeu? Wae? Bagaimana dengan Yoojin? Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja” kata Haena
“Ya, ada Kai disini. Yoojin-ah sementara kau bersama Kai. Ok? Kai tolong jaga Yoojin sebentar. Aku tidak akan lama” kata Mark
Yoojin dan Kai saling bertukar tatap mereka benar dibuat bingung dengan sikap Mark. Justru dengan tatapan kosong keduanya berseru “Ne”
“Keunde? Kenapa Haena dan Daehyun, apa ada masalah?” tanya Yoojin cukup penasaran.
Mark memutar bola matanya “Iya, aku ada urusan sebentar dengan mereka” tanpa pikir panjang Mark langsung pergi sama Daehyun, sementara Haena hanya dapat pasrah tangannya ditarik oleh Mark.
Walau sebelumnya Kai berseru “Ya, Haenaku” ia menatap kearah Haena dan Daehyun. Entah apa yang ada dipikiran Haena saat itu, ia justru memberikan simbol Love dijarinya pada Kai membuat Kai tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Disisi lain Daehyun hanya dapat memperhatikan sikap Haena dan Kai.
^^^
Mark sudah berada didepan rumah Yoojin, seperti biasa ia selalu mengantar Yoojin pulang dengan selamat. Yoojin masih saja berdiri didepan rumahnya, dengan banyak pertanyaan dibenaknya pada Mark “Ah, Markeu. Aku penasaran apa yang kalian bicarakan tadi dengan Daehyun dan Haena?”
“Bukan apa-apa, lebih baik kau masuk saja kedalam. Tidurlah dengan nyenyak, sampai bertemu setelah tahun baru nanti. Mungkin kita tidak akan bertemu selama beberapa minggu, karena keluargaku akan datang ke Korea. Jadi, kau tau aku akan menemani mereka selama disini” jelas Mark panjang lebar, ia pun melanjutkan ucapannya “satu lagi, jangan merindukanku” goda Mark seraya tersenyum manis.
Yoojin terdiam dengan ucapan Mark, namun ia pun penasaran dengan akan kedekatannya dengan Mark yang tanpa disadari ini “Ya, aku juga sangat penasaran akan hal ini. Mengapa kau, ahh tidak mengapa sekarang kita menjadi sangat dekat?” tanya Yoojin
Mark justru tertawa mendengar ucapan Yoojin “Kau tidak mau dekat dengaku? Bukankah itu yang kau mau?” kata Mark
Yoojin tersipu malu dan membuat wajahnya memerah “Aniyo, tapi aku merasa sangat aneh”
“Tidak usah kau pikirkan, mungkin itu bisa mengganggu tidurmu” kata Mark meyakinkan Yoojin.
Yoojin mengangguk mengerti “Gheure. Aku masuk kedalam Markeu. Jalga” Mark pun hanya mengangguk seraya meninggalkan rumah Yoojin.
-Kediaman Haena-
Diwaktu yang bersamaan dimana Kai mengantar Haena pulang, lain halnya Mark yang hanya mengantar Yoojin. Kai justru memilih bermain kerumah Haena dan memberi sapaan untuk kedua orangtua Haena yang memang disambut hangat oleh mereka. Dihalaman depan rumah Haena keduanya tengah duduk santai, mengingat akan pembicaraan Mark dan Haena yang dapat dikatakan seakan ditutupi membuat Kai penasaran. “Apa yang kalian bicarakan?” tanya Kai
Haena memutarkan kedua bola matanya “Uhmm, rahasia hahahaha” goda Haena.
“Ya, kau sudah berani menggodaku ya” balas Kai yang gemas dengan tingkah Haena dan menggelitik pinggang Haena. Namun Haena tertawa terbahak dengan sikap Kai yang terus mengelitikinya, hingga tak sadar ia pun tertawa dengan lepas.
Tanpa mereka sadari, dari jarak tidak jauh Daehyun mendengar gelak tawa yang keluar dari mulut Haena, ia memang mengikuti Haena dan Kai hingga didepan rumahnya. Biasanya dulu ia yang mengantarkan Haena kerumah, justru sekarang pria lain yang mengantarkannya. Namun tak dapat dipungkiri olehnya mendengar kegembiraan Haena membuatnya tersenyum simpul “Kau telah berhasil Kai, kau sungguh namja. Kau menepati janjimu untuk membahagiakan Haena. Kini aku pun lega untuk pergi” lirih Daehyun seraya menancapkan gas motor sportnya.
****