‘Haena, siang nanti kau harus menemaniku ke toko buku dan setelah itu langsung kerumahku’
Pesan singkat yang Yoojin kirim pada Haena belum ada balasan oleh sahabatnya. Bahkan beberapa kali ia berusaha menelpon namun tetap tidak ada jawaban “Aisshh kemana yeoja ini” gerutu Yoojin dengan kesal, tapi tiba-tiba ponselnya berdering dan mendapati nama Haena tertera jelas pada layar ponselnya.
“Yak! Kemana saja kau? Sudah berapa kali aku menghubungimu tapi tidak ada jawaban darimu. Aisshhh menyebalkan” protes Yoojin ketika menerima telpon dari Haena.
“Mian Yoojin-aahhhh, aku tadi sedang makan dikantin, ponsel ku dalam mode getar dan berada dalam tas jadi aku tidak mendengarnya. Mianhae” Ucap Haena panjang lebar
“Aisshh selalu saja seperti itu ketika aku menelponmu.” Kesal Yoojin, namun terdengar jelas gelak tawa Haena dari ponselnya.
“Haaha! Yoojin-ah, sepertinya aku tidak bisa mengantarmu ketoko buku. Aku akan kerumahmu tapi nanti setelah Daehyun menyelesaikan mata kuliah semester atas yang ia ambil, kemungkinan sampai sore ia baru selesai. Jadi aku tidak bisa menemanimu ketoko buku siang ini” jelas Haena membuat raut wajah kecewa dari Yoojin.
Namun menyadari ucapan Haena, Yoojin cukup dibuat bingung “Omo! Ya, kau pacaran lagi dengan Daehyun? Kenapa kau harus menunggunya?”
“Aniya.. hanya saja, hmm.... sulit diceritakan, aku akan memberitahukanmu jika waktunya sudah tepat” kata Haena semakin membuat Yoojin bingung.
“Wae??? Kau tidak biasanya seperti ini! Apa yang dikatakan Daehyun tadi malam hingga membuatmu seperti ini? mengapa kau menyembunyikan sesuatu dariku?” Rengkek Yoojin tidak terima dengan sikap Haena yang seperti ini.
“Aniyo Yoojin-ah, tapi aku sedang menjalani misi dengan Daehyun. Ini rahasia antara aku dan Daehyun saja, pokoknya aku akan memberitahumu jika sudah tepat waktunya. Oke byee”
Tut tut tut
Terdengar jelas kalau Haena sudah menutup sambungannya secara sepihak “Mwoyaa Haena! dia tahu aku hanya punya dia mengapa dia. Ahhh jinjja Song Haena, kau sangat menyebalkan” gerutu Yoojin pada layar ponselnya, padahal ia sadar kalau ia berbicara sendirian.
Tanpa Yoojin sadari ada seseorang yang tanpa sengaja mendengar percakapannya dengan Haena tadi, orang tersebut langsung berdiri disamping Yoojin. “Ehemm” suara tersebut seakan menyadarkan Yoojin.
“Omooo! Gapjagi! Ya! Mark Tuan kau” kaget Yoojin dengan seseorang disampingnya dan asal mengeluarkan suara, secara reflek ia memukul pundak Mark.
Namun Mark hanya diam saja tidak protes akan pukulan Yoojin, justru ia teringat percakapan Yoojin dan Haena tadi. Mark mengerti kondisi Haena saat ini hingga ia menolak menemani Yoojin, ia sadar kalau Daehyun pasti sudah memberi peringatan pada Haena agar dirinya tidak terlalu sering kerumah Yoojin, karena rasa takut Daehyun jika Haena bertemu dengan Kai. Itu yang ada dibenak Mark dan kali ini ia justru memikirkan posisi Yoojin.
“Wae? Apa sahabatmu itu sudah tidak berguna lagi?” ujar Mark
“Jangan bicara sembarangan, dia satu-satunya sahabat yang aku punya. Aku sangat menyayanginya melebihi apapun” papar Yoojin dengan nada sendunya.
“Melebihi padaku juga?” goda Mark tetap dengan gaya coolnya tanpa menoleh kearah Yoojin.
“Mworago??” seketika Yoojin langsung menoleh kearah Mark dan menatap Mark penuh makna.
Tawaaan renyah justru keluar dari mulut Mark “Kau mau kemana? Biar aku temani. Mungkin sahabatmu sedang sibuk bersama Daehyun sekarang. Ya kau harus menyadarinya, seorang yeoja membutuhkan sosok namja. Meskipun Haena seperti namja tapi dia tetaplah seorang yeoja” ujar Mark
Yoojin terdiam mendengar ucapan Mark, tidak menyangka kalau Mark akan berucap demikian dan ingin menemaninya ke toko buku. Masih menatap Mark, Yoojin bertanya “Ini hari apa?”
“Jumat” jawab Mark singkat
“Jam berapa?” kembali Yoojin bertanya
Sambil menatap arloji miliknya Mark berucap“Eoh, Jam 09.45”
“Sekarang tanggal?”
“23” saat itu tidak ada pertanyaan yang keluar dari mulut Yoojin, ia terdiam seketika begitu juga dengan Mark yang ikut terdiam sebentar “Ya, wae? Kau bertanya terus dari tadi”
“Aniyo. Mark , bisa kau mecubitku?” pinta Yoojin seraya menyodorkan tangannya pada Mark, namun tatapan Yoojin terlihat kosong. Mark tidak berkata apa-apa, ia justru meraih tangan Yoojin dan memutar posisi Yoojin agar berhadapan dengannya. Ia pun meraih dagu Yoojin agar terangkat, saat itu juga dijentikkan jarinya tepat didepan wajah Yoojin.
“Kau sudah sadar?” tanya Mark dengan senyuman manisnya dan menatap Yoojin. Masih dalam lamunannya Yoojin mengeluarkan keringat, membuat Mark teringat dulu ketika ia menatap Yoojin. Saat itu Yoojin mengeluarkan keringat seperti saat ini “Aigo.. aku tidak punya tissue ataupun sapu tangan” keluh Mark.
Tapi Mark memperhatikan sekitarnya ada beberapa wanita yang tengah duduk dipinggir koridor kampus. Tanpa ragu Mark menghampiri para wanita itu dan meminta tissue pada wanita itu dan kembali berdiri dihadapan Yoojin, kali ini ia justru menghapus peluh yang keluar dari kening Yoojin. “Ckckck kau harus seperti ini ya setiap kali aku menatapmu hah? Han Yoojin?” kata Mark sambil tersenyum.
Yoojin seakan tidak percaya dengan perlakuan Mark saat ini, ia hanya mampu terdiam tanpa kata. Bahkan Mark kali ini meraih ponsel Yoojin yang masih berada digenggamannya, tanpa ragu Mark menekankan nomornya pada ponsel Yoojin. Ketika Mark mencoba menelepon nomornya, rupanya nomor Mark sudah tersimpan diponsel Yoojin. Karena tertera jelas nomor Mark diberi lambang ‘♥♥♥’ meski bukan nama yang ditulis Yoojin pada nomor Mark melainkan lambang hati, justru itu membuat Mark yang awal hanya tersenyum tapi kali ia tertawa kecil mendapati hal tersebut.
“Ya! Kau sudah menyimpan nomorku rupanya. Tapi kau tidak menamainya? Dasar kau ini” kata Mark dengan jahil dan ia mengembalikan ponsel Yoojin tepat ditelapak tangannya.
“Yoojin-ah, aku pergi dulu ya” Mark meninggalkan Yoojin masih terdiam dan seperti biasa sambil membelakangi lawan bicaranya Mark kembali berbicara “Hubungi aku jika kau mau aku temani nanti. Ahh tidak, aku akan menghubungimu nanti.” Lalu ia melambaikan tangannya seperti biasa.
Yoojin baru tersadar dengan semua ini, seketika ia mengibaskan tangannya pada wajahnya. Nafasnya terasa berpacu lebih cepat mendapati panggilan keluar adalah nomor Mark.
“Ahhhhh jinjja!! Nan jeongmal baboya! Jinjja baboooooo” teriakan kecil keluar begitu saja dari mulut Yoojin, namun perlahan senyuman mengembang dari bibir manisnya “Ahhhh Markeuuuu” seperti orang bodoh ia mencium layar ponselnya.
^^^^
“Minggu depan aku akan mengadakan kuis, kalian harus bersiap dan belajar ya. Untuk hari ini kelas sampai disini” ujar seorang Dosen yang baru saja mengakhiri mata kuliahnya.
Mark yang sedari tadi menatap pada arah jarum jam, mengingat dirinya sudah berjanji pada seseorang. Saat itu juga tanpa menunggu Dosennya keluar, justru ia yang berjalan lebih dulu melewati Dosennya yang cukup tercengang dengan tingkah Mark meninggalkan kelas ini. “Aigo, anak itu” pekik Dosen tersebut.
“Sudah biasa Sam” seru seisi kelas akan sikap Mark yang selalu keluar lebih dulu ketika mata kuliah barus saja selesai.
Mark berlari cukup cepat menuju arah parkiran, hingga sampai parkiran pun ia segera menyalakan mobilnya dengan hitungan detik Mark mengeluarkan mobilnya dari area parkir, dengan putaran sempurna Mark langsung melajukan mobilnya. Hal ini membuat para wanita yang menyaksikan adegan tersebut terkagum akan Mark dalam mengendarai mobil.
Tepat didepan gerbang kampus, Mark menghentikan laju mobinya seraya keluar dari mobil dan bersandar pada pintu mobilnya. Matanya pun mencari sosok seorang wanita yang sudah membuat janji dengannya dan rupanya sosok wanita tersebut sudah berada dihadapannya tanpa kesengajaan mereka pun saling bertatapan.
“Mark” kata wanita ini
“Ohh.. aku tepat waktu ya?” sambil tertawa renyah Mark berucap.
Tidak ada jawaban dari wanita dihadapannya, ia justru diam memperhatikan Mark dan ingin berlalu meninggalkan Mark. Tapi Mark jauh lebih dulu membuka pintu mobilnya “Masuklah , aku akan mengantarmu” kata Mark
“Tapi aku ingin pergi kesuatu tempat” kata wanita ini
“Aku akan mengantarmu kemana pun kau mau. Han Yoojin” dengan senyuman cool Mark berucap.
Yoojin diam saja bukan karena tidak mau, hanya saja ia masih tidak percaya dengan tindakan Mark yang membuatnya berpikir keras. Namun ia tidak memperlihatkan reaksi tersebut pada Mark dan kali ini Yoojin sadar benar, Mark memberi isyarat padanya untuk segera masuk kedalam mobilnya dan tanpa ragu Yoojin menuruti keinginan Mark.
Sepanjang perjalanan pun Yoojin hanya diam saja, ia bergelut dengan pikirannya sendiri masih berpikir jika hal ini adalah Mimpi. Hingga Mark bertanya “Apa kau jadi pergi ke toko buku?”
“Hmm” jawab Yoojin
“Baiklah pegangan ya aku akan antar kau sampai toko buku dalam hitungan detik.”
“Yaaaa! Andwaeeee Markkkkkk!” jerit Yoojin, sayangnya Mark sudah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Seakan menganggap jalanan umum ini bak arena balap yang biasa ia hadapi, hingga Yoojin menelan ludahnya dalam-dalam.
Benar saja tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai pada toko buku, karena sekarang mobil Mark sudah terparkir rapi tepat didepan toko buku tersebut. Baru kali ini untuk Yoojin menaiki mobil dengan kecepatan yang luar biasa, wajah Yoojin pun terlihat panik dan membuat Mark tertawa kecil. Namun ia segera melepaskan sabuk pengaman milik Yoojin “apa kau merasa takut?” tanya Mark
“Ahhh.. aniyo, aku menikmati. Permainan bungee jumping ini” ujar Yoojin.
“Kau terlihat lucu dengan ekspresi panikmu” ujar Mark tanpa sadar ia mencubit pipi Yoojin, hal ini membuat Yoojin terdiam dan sesaat ia tersenyum manis “Ahhh, ternyata seperti ini senyum manismu yang selalu dipuji oleh Jackson” lanjut Mark sambil tertawa, cukup membuat Yoojin tersipu malu akan pujian Mark.
Didalam toko buku Mark dengan mudah menemukan majalah yang diinginkannya, majalah otomotif merupakan majalah kegemaranya. Ia pun memperhatikan Yoojin yang masih sibuk mencari buku yang dicarinya “Sudah kau temukan buku yang kau cari?” tanya Mark ketika menghampiri Yoojin.
“Hmm.. sudah tapi aku suka dengan buku ini, aku jadi bingung” kata Yoojin sambil menunjukkan buku Fashion dengan edisi terbatas, jurusan designer membuat Yoojin sering membeli buku Fashion buatan designer terkenal untuk ia pelajari dan banyak tugas kuliahnya yang terkadang diharuskan mengutip dari beberapa designer.
“Ya sudah kau beli saja semua” kata Mark dengan enteng.
“Ahh tidak usah, harganya terlalu mahal, untuk buku yang ku beli saja sudah cukup mahal, bila ditambah dengan buku ini ahhh tidak-tidak. Aku masih bisa membelinya minggu depan kan” terang Yoojin
“Tapi itu limitied edition kan, terlebih lagi itu tinggal satu-satunya” kata Mark
“Jika buku itu jodohku. Aku pasti akan mendapatkannya” kata Yoojin yang berjalan meninggalkan Mark menuju kasir.
Ucapan Yoojin justru membuat Mark diam membeku, kalimat tersebut seakan terngiang jelas ditelinga Mark. Sesaat Mark melakukan transaksi pembayaran pada kasir, ia menatap Yoojin yang sedang menunggunya diluar toko. Kali ini matanya tertuju pada buku Fashion yang ia beli. Ya, tentunya tanpa sepengetahuan Yoojin, Mark membeli buku yang diinginkan Yoojin. Karena ucapan Yoojin “Jika buku itu jodohku. Aku pasti akan mendapatkannya” masih melekat dibenaknya dan entah apa yang ada dipikiran Mark hingga ia membeli buku tersebut.
****
-Sebulan kemudian-
Sudah satu bulan lamanya Haena tidak berkunjung kerumah Yoojin, namun itu tidak memutuskan hubungan persahabatan mereka. Mereka tetap saling berkomunikasi melalui telpon dan bertukar pesan singkat. Jika Yoojin atau Haena ingin benar-benar saling bertemu, harus ada Daehyun yang menjadi pendampingnya. Daehyun benar-tbenar tidak mengijinkan Haena untuk berkunjung kerumah Yoojin sendirian. Walau pun awalnya Yoojin merasa kesal pada Daehyun, namun Mark selalu datang disaat yang tepat. Ia selalu menemani Yoojin disaat Yoojin membutuhkan seseorang disampingnya.
Tak jarang mereka pun sering berkumpul bersama, Haena dengan Daehyun, Yoojin dengan Mark. Tidak tertinggal Jackson yang kadang juga ikut bersama mereka, menjadi penghibur mereka. L’mire coffee shop merupakan langganan mereka untuk berkumpul bersama. Mereka pun memilih hari minggu untuk jadwal berkumpul, dikarenakan hari sabtu adalah hari Mark untuk balapan mobil. Namun minggu ini hanya ada Jackson, Mark dan Yoojin yang berkumpul di coffee shop ini, tanpa Haena dan Daehyun.
“Jadi, kita akan benar-benar melawan Daehyun dalam pertandingan minggu depan Mark ?” tanya Jackson serius.
“Hmm, begitulah. Kita tidak bisa mencegahnya, kau tahu sendiri kan bagaimana obsesi mendiang ayah Daehyun padanya” jawab Mark
“I know. Tapi berat bagiku jika aku harus melihat Daehyun mengenakan seragam yang berbeda dengan kita diatas lapangan” timpal Jackson
“Apa boleh buat, kita harus sportif” ujar Mark
“Apa Haena juga tidak datang?” tanya Yoojin pada dirinya sendiri, namun didengar jelas oleh kedua pria didekatnya ini.
“Kau sudah menghubunginya? Mungkin Haena ikut bersama Daehyun. Dia bilang dia ada latihan basket sore ini” jelas Mark mengingat tadi Daehyun menelponnya tidak dapat hadir karena latihan yang cukup mendadak.
“Uhhmm molla. Haena belum membalas pesan ku sejak tadi pagi. Ahh aku sangat merindukannya” peluh Yoojin, tanpa seorang Haena membuatnya terasa hampa. Namun bagaimanapun ia harus terbiasa dengan keadaan saat ini.
“Aigo.. Kau merindukan seorang yeoja Han Yoojin?” ledek Jackson “Bagaimana dengan kedua pria tampan yang ada dihadapanmu ini? apa kau sama sekali tidak memiliki hasrat untuk....” ucapan Jackson terhentik ketika ia melihat ekpresi Mark yang sulit diartikan.
“Eoh. Mian..” ucap Jackson kembali saat melihat raut wajah Mark sambil menyatukan kedua telapak tangannya dan mengerucutkan bibirnya. Menyaksikan hal ini justru membuat Yoojin tertawa terbahak dengan tingkah kedua pria ini, seperti inilah Mark dan Jackson ada saja tingkah konyol mereka. Terutama Jackson yang mampu mencairkan suasana hening ketika ia bersama Mark, meskipun begitu Mark juga sering bersikap konyol ketika mereka berkumpul.
^^^^
Di waktu bersamaan Haena dan Daehyun sudah berada dikantin kampusnya, padahal hari ini merupakan hari minggu tapi Daehyun mengajak Haena kekampus. Ia pun tidak mengerti kenapa Daehyun bersikap demikian, padahal ia sadar keduanya tidak terpaut pada suatu hubungan yang special. Tapi Daehyun selalu bersikap seakan Haena harus menuruti keinginannya, hal itu tidak ditolak Haena karena memang tidak ia pungkiri perasaannya pada Daehyun tidak hilang hingga saat ini.
“Kau tunggu disini saja” kata Daehyun menyuruh Haena agar duduk dikantin ini.
“Yaaa! Kau mengajakku ke kampus dihari minggu, untuk apa? Lebih baik aku ikut denganmu kelapangan.” Ujar Haena yang berdiri dari tempat duduknya.
“Tidak usah, kau tunggu saja” Daehyun justru mendudukkan Haena agar ia terduduk kembali pada tempat duduknya dikantin ini.
“Menunggumu bermain basket itu kan sangat lama, aku bisa mati bosan menunggumu disini. Ahhhh, aku pergi ke L’mire saja” Rengek Haena, karena menunggu adalah hal yang tidak disukai setiap orang.
“Andhwae!!!” tegas Daehyun membuat Haena terdiam mendapati sikap Daehyun. Jarang sekali Haena melihat sikap Daehyun setegas ini bahkan mungkin tidak pernah. Karena Daehyun selalu bersikap lembut padanya “Aku hanya ingin bertemu dengan hyungku” lanjut Daehyun menyadari sikapnya yang membuat Haena kaget.
Haena hanya terdiam menuruti perkataan Daehyun dengan wajah kesal “Jika lebih dari 30 menit kau tidak kembali, aku akan pergi menyusul Yoojin” ancam Haena
“Ne, ne, ne tuan putri” jawab daehyun sambil tersenyum manis pada Haena dan meninggalkannya begitu saja.
Haena mengelengkan kepalanya dengan sikap Daehyun “Aigo, bisa sekali dia marah-marah padaku, lalu tersenyum manis seperti tidak terjadi apa-apa” gerutu Haena
Haena menyeruput habis dua gelas jus yang dipesannya, bahkan ia memesan kembali orange jus kesukaannya. Sesekali ia memperhatikan sekelilingnya, keadaan kampus memang sepi walau ada beberapa mahasiswa yang berkeliaran dikampus ini. Dapat dipastikan para mahasiswa tersebut disibukkan oleh organisasi yang digelutinya dan membuat mereka diharuskan datang dihari minggu. “Daehyun lama sekali” gumam Haena
Berkali-kali ia menatap arlojinya, sudah lebih dari 30 menit ia menunggu Daehyun. Tapi orang tersebut belum kembali juga, Haena mencoba menghubungi Daehyun namun tak satupun panggilannya dijawab oleh Daehyun. “Haruskah aku menyusulnya?” gumam Haena sedikit berpikir, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyusul Daehyun ke lapangan.
Setibanya dilapangan ia menengadah kesegala arah mencari sosok Daehyun. Langkahnya terhenti seketika, seperti tersambar petir disiang hari. Haena mendapati Daehyun dengan seorang gadis, mereka duduk disalah satu kursi penonton. Gadis tersebut tampak gembira berbicara dengan Daehyun “Itu kan.. Ye..Yerin sunbaenim” ucap Haena getir, melihat wanita cantik yang bersama Daehyun. Haena tahu betul karena Yerin merupakan wanita tercantik dan cukup popular dikampus ini.
Memang saat itu sedang ada latihan basket, namun para pemainnya nampak sedang beristirahat. Tampak pelatih Siwon sedang berdiskusi dengan Kai, Sehun, Chanyeol dan Yongguk. Tapi, mengapa hanya Daehyun yang duduk bersama gadis itu? Mengapa Daehyun tidak bergabung dengan teman-temannya yang lain? Batin Haena berkecamuk dengan segelincir pertanyaan “Dia bilang mau bertemu dengan hyungnya? Tapi nyatanya....” Ucapan Haena tersendat begitu saja, ia seakan tak mampu mengucapkan kalimat apa-apa.
Dengan sedikit berat Haena pun memberanikan diri untuk menghampiri mereka berdua. “Jung Daehyun-ssi” dengan formal Haena berucap ketika dirinya sudah berada dihadapan kedua orang ini.
Melihat kehadiran Haena, Daehyun pun terkejut terlebih Haena melihatnya sedang bersama seorang gadis lain. “Ya, Jung Daehyun. Aku mengerti jika kau saat ini sedang bersama gadis lain. Tapi yang tidak aku mengerti, mengapa kau berbohong padaku? Kau berjanji untuk tidak membuatku menunggu lebih dari 30 menit. Kau melanggarnya! Dan kau bilang padaku kalau kau mau menemui hyungmu. Baiklah, aku mungkin bisa berpikir kalau urusanmu dengan hyungmu sudah selesai. Tapi, kau melanggar janjimu. Aku rasa aku pun tidak perlu menuruti perkataanmu lagi dan menepati janji denganmu. Tidak usah urusi kehidupanku lagi.” Tutur Haena dan pergi meninggalkan Daehyun tanpa memberi kesempatan Daehyun untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya pada Haena.
Daehyun ingin mengejar Haena namun Yerin menahannya “Jangan, wanita memang seperti itu. Disaat seperti itu, ia butuh waktu untuk seorang diri.” Jelas Yerin pada Daehyun.
Daehyun pun menuruti kata Yerin karena ingin membuat Haena nyaman “Kau benar percuma aku mengejarnya. Dia sedang emosi, dia pasti tidak akan mendengarkan perkataanku.” Lirih Daehyun menatap Haena yang kian menghilang.
Lain halnya dengan Kai yang tanpa sengaja memperhatikan perseturuan Haena, ia justru berusaha mengejar Haena. Spontan ia melepas seragam basketnya dan mengganti dengan kaos yang baru. “Hyung, aku pergi sebentar” kata Kai yang dijawab anggukan oleh Siwon.
Kai berlari keluar lapangan dan mencari sosok Haena, terlihat jelas oleh Kai. Haena yang setengah berlari melewati lorong-lorong kelas, dengan cepat Kai mengejar Haena. Sesaat diraihnya tangan Haena, menyadari genggaman tersebut Haena menoleh kearah Kai dengan wajah memerah tampak ia habis menangis. “Kau... menangis?” tanya Kai masih tidak percaya Haena yang menangis karena seorang Daehyun.
“Aniyo... lepaskan” tukas Haena ingin melepaskan genggaman tangan Kai, namun tidak digubris oleh Kai justru ia mempererat genggamannya dan menatap Haena yang tanpa terasa menjatuhkan airmatanya dihadapan Kai “Wae? Apa pedulimu? Lepaskan” dengan nada bergetar Haena berusaha melepaskan genggaman Kai.
Lagi-lagi Kai seakan tidak mempedulikan celoteh Haena, justru kali ini Kai meraih tubuh Haena kedalam pelukannya. Haena sempat memberontak tapi Kai kian mempererat pelukannya, bahkan mengusap punggung Haena memberi ketenangan. Haena hanya mampu terisak dalam pelukan Kai, dibenamkan wajahnya pada dada bidang Kai. Batin Haena pun berkata “Mengapa pria ini yang menenangkanku? Kenapa bukan Daehyun” ia benar-benar tidak menyangka dengan perlakuan Kai.
“Uljimayo.” Ujar Kai yang kian merenggangkan pelukannya, perlahan ia menghapus air mata Haena.
“Kamshamnida ” ujar Haena dengan polos dan membungkukkan tubunya.
“Omooo.. hahaha untuk apa berterima kasih padaku? Aku belum memberikanmu sesuatu” ujar Kai dengan candaannya dan berhasil membuat Haena tersenyum.
“Terima kasih sudah membuatku tenang” kembali Haena tersenyum meski batinnya masih merasa sakit hati oleh Daehyun.
“Sudah seharusnya aku membuat tenang nona manisku ini. terlebih lagi melihat senyum manismu justru membuatku tenang dan dapat dipastikan jantung ini berdegup kencang Haena-ya” goda Kai.
“Yaa! Kau ini namja menyeramkan, kenapa kau menggodaku seperti itu?” Gerutu Haena dengan wajah kesalnya yang menggemaskan.
“Naega? Menyeramkan? Apa aku masih terlihat menyeramkan jika seperti ini?” ledek Kai sambil melakukan aegyo yang memaksakan.
Haena pun tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Kai, dibalik wajah evil Kai memiliki sisi konyolnya dan Haena merasa Kai tidak seperti apa yang ia bayangkan selama ini “Ya, kau tahu pria konyol sepertimu hanya ada 1 saat aku masih sekolah. Kau mungkin mengenalnya, Jackson. Tapi Jackson tidak pernah mengeluarkan kata-kata manis sepertimu” ucap Haena
Kai pun tersenyum dengan ucapan Haena, seakan mengalihkan pembicaraan ia berkata “Kau mau kemana? Biar kuantar”
Haena memutarkan bola matanya dengan tawaran Kai “Tapi kau sedang latihan” ragu Haena
“Latihan sudah selesai sejak tadi” jawab Jongin
“Apa tidak masalah jika?” tanya Haena dengan ragu, karena ia ingin pergi ke L’mire dimana tiga temannya sudah berada disana sejak siang tadi.
Seakan mengerti apa yang dipikirkan Haena “Waeyo? Kau menghwatirkan Daehyun? Atau teman-temanmu? Ya, Song Haena aku sudah mengenalmu sejak awal kau berkunjung kerumah Yoojin. Aku pun mengenal keluarga Yoojin dengan baik. Begitu juga dengan Mark, aku mengenalnya. Mungkin ada saatnya ketika aku merasa kesal pada Mark” Kai menjelaskan dengan tatapan kosong.
Haena terdiam mendengar ucapan Kai, melihat tatapan kosong Kai seakan banyak makna pada tatapan tersebut. “Baiklah kalau begitu, aku ingin sekali menemui Yoojin. Kau bisa mengantarkanku ke L’mire? Aku akan mentraktirmu kopi sebagai ucapan terima kasih” kata Haena.
“Haaha kau ini sudah ku bilang kan. Aku belum memberimu sesuatu” kata Kai sambil mengacak-acak rambut Haena, sontak Haena terdiam dengan tindakan Kai karena untuk pertama kalinya bagi Haena seorang pria mengacak-acak rambutnya secara sembarangan. Bahkan Daehyun tidak pernah memperlakukannya seperti ini, ia lebih senang mengusap lembut rambut Haena. sesaat Haena pun mengirim pesan singkat pada Yoojin berkata bahwa ia akan datang menemuinya di L’mire namun Haena tidak mengatakan dengan siapa ia datang.
L’mire coffee shop
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di L’mire, karena jarak antara kampus Haena menuju L’mire hanya memakan waktu 10 menit saja. Mobil sedan hitam pun berhenti disamping kursi dimana Yoojin, Mark dan Jackson sedang duduk santai menikmati kopi. Beberapa saat kemudian pintu mobil terbuka, terlihat wajah sumringah Yoojin saat meliat penumpang yang keluar dari mobil tersebut.
“Song Haenaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!”
“Han Yoojiiiiiiinnnnn”
Kedua sahabat ini saling berteriakan nama dan langsung berpelukan bersama. Melihat hal tersebut Jackson pun langsung menghampiri keduanya dan ikut memeluk mereka berdua. Sadar dengan tingkah Jackson sontak keduanya berteriak “YAAAAAA!!!”
Mark yang sedang duduk bersandar pada kursi memperhatikan kearah pengemudi yang tak lama kemudian membuka jendela mobil tersebut. “What???” desis Mark kaget saat melihat waja Kai yang ada dalam kemudi mobil.
“Geu saram? Nugunde ?” tanya Jackson pada Haena
“Kau tidak bersama Daehyun?”tanya Yoojin membuat rahang Haena mengeras mendengar nama itu.
“Tidak usah kau sebut namanya lagi. Aku muak mendengarkannya” cetus Haena
“Wae?” tanya Mark datar.
Haena tidak menjawab ucapan Mark, justru ia menatap sinis. Haena lantas menghampiri Kai untuk mengajaknya bergabung “ayo turun” ujar Haena sambil membungkukkan badannya dijendela mobil, Kai pun menuruti perkataan Haena dan turun dari mobil. Semua mata pun tertuju pada Kai. Jackson dan Yoojin yang belum menyadari kehadiran Kai terbelalak meliat sosok ‘evil’ yang keluar dari dalam mobil.
“Haena” seru Yoojin seakan tidak percaya dengan tindakan Haena saat ini, bahkan batin Yoojin berkata ‘Apa yang di pikirkan yeoja gila ini, membawa Jongin kesini? Ingin cari perkara?’ sesaat ia menatap Mark, entah apa yang ada dipikiran Yoojin.
“Dia baik padaku, tidak ada salahnya jika aku mengajaknya untuk minum kopi bersama, aku telah berhutang padanya” ujar Haena semakin membuat Yoojin menghelakan nafas beratnya tidak percaya.
“Aniyo. Haena, kau berlebihan” timpal Kai.
Sesaat Haena mengajak Kai duduk dan memesan minuman untuk Kai. Kai memilih duduk disebelah Mark dan Haena duduk diantara Mark dan Yoojin. Suasana menjadi dingin, Jackson yang selalu membuat kekonyolan pun terdiam hanya mengaduk-aduk minuman yang ada didepannya. Haena sadar keadaan ini, sebenarnya ia pun ragu mengajak Kai ketempat ini dan sudah dipastikan suasana akan menjadi Hening. Hanya saja apa yang dilakukan Kai pada Haena, benar terasa berbeda dari sosok Kai yang ia kenal. Sempat bertanya-tanya ‘apakah Kai memiliki pribadi ganda?’ tapi hal itu sepertinya mustahil. Lagi pula ia merasakan sebuah ketulusan dari seorang Kai ketika melakukan hal tadi pada Haena. Dengan keadaan seperti ini membuat Haena merasa tidak enak pada Kai.
Hanya butuh waktu 5 menit untuk Kai menghabiskan minuman yang dipesannya. Ia pun langsung berniat untuk pergi “Haena-ya, Gomawo” ujar Kai dengan senyuman tulusnya pada Haena.
“Ahhh. Aniyo, justru aku yang berterima kasih padamu. Baiklah jika kau mau pergi, hati-hati” ujar Haena.
Kai pun mengangguk mantap dan berdiri dari kursinya yang diikuti oleh Mark “Mobilmu bagus, boleh aku lihat mobilmu” ujar Mark
Jackson dan Yoojin pun kaget mendengar ucapan Mark, begitu juga dengan Haena yang mengerutkan keningnya.
“Hmm.. kajja” kata Kai
Ketika Mark dan Kai berada didalam mobil “Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kalian. Kau, Haena dan Daehyun, tapi aku yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres” ujar Mark pada Kai.
Kai mengangkat sebelah bibirnya “Hmmm.. kau masih ingat kata-kataku kan? Aku akan membuat Haena bahagia lebih dari Daehyun”
“Apa yang kau lakukan pada Daehyun?” geram Mark menatap tajam Kai.
“Aku tidak melakukan appaun, temanmu sendiri yang melakukan kesalahan sehingga Haena membencinya. Aku pergi, sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan” Mark hanya tersenyum kecut dan keluar dari mobil Kai, saat itu juga Kai menancap gas dan melajukan mobilnya. Dalam diam Mark memikirkan hal yang terjadi sebenarnya.
^^^^
Kai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, kali ini perasaannya campur aduk. Antara senang, sedih dan rindu, perasaan yang begitu sulit diartikan oleh Kai. Bahkan kali ini tatapannya begitu kosong, ia bergelut dengan pikirannya sendiri teringat akan sesuatu yang telah hilang darinya. Hingga berhenti tepat didepan sungai Han, dimana tempat ini merupakan tempat favoritenya tanpa keluar dari mobil ia memandangi hamparan sungai han yang terlihat sangat indah. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ia pun menatap layar ponselnya mendapati nama yang menelponnya “Tsk” sedikit berdecak ia menerima telpon tersebut.
“Hmm... wae?” ujar Kai
“Kai -ah, gomawo” balas si penelpon
“Untuk?” tanya Kai balik
“Kau telah membantuku untuk dekat dengan Daehyun”
“Ahh itu, aku hanya tidak tahan saja jika seorang yeoja telalu lama memendam perasaannya pada seorang namja” ujar Kai datar
“Ne, aku memang sudah lama menyukai Daehyun. Tapi baru kali ini aku bisa dekat dengannya, bahkan untuk menyapa saja aku tidak berani. Berkat kau Kai, bagaimana dengan Haena?”
“Sepertinya kau tidak perlu tahu urusanku dengan Haena”
“Mian.. kalau begitu akan kututup telponnya, gomawo Kai-ah” tanpa menjawab ucapan si penelpon Kai menutup sambungan itu lebih dulu. Kai menghelakan nafas mengingat kejadian hari ini yang begitu rumit baginya, namun ia harus melakukannya.
Chanyeol yang saat itu sedang berjalan menuju aula lapangan basket menyaksikan pemandangan yang aneh saat itu. Seorang wanita dan pria yang sedang sedikit beradu argumen dikantin kampus “Heol” gumam Chanyeol, ia pun melanjutkan perjalanannya menuju lapangan basket. Sesampainya dilapangan basket Chanyeol pun menceritakan kejadian yang ia saksikan pada Kai, dimana ia melihat Haena dan daehyun tengah beradu argumen.
“Bukankah, ia gadis pujaanmu?” ledek Yongguk
“Wah kau kalah telak sepertinya oleh pria lemah itu hahaha” sahut Sehun
“Shireo! Aku tidak akan pernah kalah untuk mendapatkan nona manisku”ujar Kai dan bergegas pergi.
10 menit kemudian Daehyun datang menghampiri Siwon pelatih basket. Entah apa yang mereka bicarakan namun tampak seperti pembahasan yang serius. Sesaat setelah Daehyun akan pergi meninggalkan lapangan seorang gadis datang menemuinya.
“Jung Daehyun?” sapa gadis tersebut
“Eoh, nugu?”tanya Daehyun
“Ahh, annyeong. Aku Yerin semester 5, boleh bicara sebentar” ajaknya
Rupanya Yerin hendak meminta tolong Daehyun untuk mengerjakan tugasnya yang tidak bisa ia kerjakan, karena ia tahu Daehyun sangat handal pada mata kuliah tersebut dan Daehyun pun menyanggupinya, mendengar hal tersebut Yerin sangat senang. Bahkan ketika Daehyun ingin pergi pun terus ditahan oleh Yerin, ia terus bertanya dan mencegah Daehyun untuk pergi, sampai akhirnya “Jung Daehyun-ssi” seru seorang gadis yang tak lain adalah Haena.
Mengingat hal itu bibir Kai tertarik begitu saja membentuk sebuah senyuman yang sulit diartikan, namun senyuman Kai seakan aneh dan ia mengelengkan kepalanya. Seolah menjadi pribadi yang lain, wajahnya mendadak sendu ia teringat seseorang yang begitu berharga dalam hidupnya. Kai menghela nafas panjang seakan ia memikul beban yang sangat berat.
“Hyung, neomu booshipoyo” ucap Kai lirih, ia berulang kali menatap foto seseorang yang ada pada Dashboard mobilnya. Foto dirinya bersama seorang pria yang ia sebut Hyung, Kim Jaewook adalah kakak Kai. Kakak yang begitu ia sayangi melebihi apapun.
“Aaaaa Jaewook oppaaaa!!! Huaaaaa Jongin hiks hiks Jongin mengambil balonkuu” seru gadis kecil.
“Siapa yang merebut balonmu sini biar aku beri pelajaran hiyaaa” kata anak laki-laki bernama Jaewook.
“Hyunggg andwaeeee, hyunggg andhwaeeee” jerik seorang anak laki-laki lainnya
“Beraninya kau merebut balon gadisku! Kembalikan padanya ! Lightning sabeeerrrr!!” seru Jaewook seolah mengeluarkan pedang yang tak terlihat.
“Baiklah kalau itu mau mu, blue light sabeeerrr” balas anak laki-laki tersebut
“Jaewook, Jongin, Yoojin-ahh. Kalian harus makan siang dulu” panggil seorang wanita
“Ahhh eomma kami sedang seru. Aku hampir saja bisa mengalahkan hyung!” seru Jongin.
“Ya! Kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku Jongin-ah” Jawab Jaewook
“Kkkk Setelah kalian makan. Kalian lanjutkan lagi bermainnya”ujar wanita lainnya yang baru datang membawa makanan “Yoojin-ah ayo makan” rupanya wanita tersebut adalah ibu Han Yoojin.
“Jaewook, Jongin, Yoojin. Kalian harus makan siang dulu”panggil seorang wanita yang tidak lain tidak bukan adalah ibu Jongin.
“Yoojin-ah, tenang saja. Oppa akan merebut kembali balonmu nona manis” kata Jaewook
Sepenggalan masalalunya seakan terekam kembali dibenak Kai, kenangan itu tidak akan pernah bisa Kai lupakan. Sejak kecil Kai, Yoojin dan kakaknya Jaewook, mereka sering bermain bersama. Ketika taman kanak-kanak sampai sekolah dasar Yoojin dan Kai berada disatu sekolah yang sama, mereka sering pulang dan pergi bersama ketika dimasa sekolah, tidak lupa Jaewook yang menganggap Yoojin adalah gadisnya ia selalu berada didekat Yoojin melindunginya ketika Kai menjahilinya.
Namun saat ia ingin melanjutkan sekolah menengah pertamanya, ayahnya mendapat tugas di Busan membuatnya harus ikut dengan kedua orangtuanya yang pindah ke Busan. Tetapi Jaewook tidak bisa ikut dengan keluarganya ke Busan, karena ia ingin melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Seoul. Keinginan Jaewook tidak dapat dilarang oleh orangtuanya, karena ia menjanjikan akan masuk universitas terbaik di Seoul, lagi pula Jaewook pun tidak bisa jauh dari Yoojin perasaannya terhadap Yoojin bukan perasaan biasa.
3 tahun Kai tidak pernah bertemu dengan kakaknya Jaewook, sungguh ia sangat merindukan Jaewook. Sering sekali ia meminta untuk tinggal di Seoul bersama kakaknya, sayangnya kedua orangtuanya tidak mengijinkan. Karena perkembangan Kai di bangku menengah pertama harus diawasi kedua orangtuanya. Tanpa diketahui keluarganya Jaewook sebenarnya merasa kesepian dirumah, ia sering sekali melakukan balap liar untuk menghilangkan rasa kesepiannya. Hingga suatu hari Kai mendengar kabar kalau Jaewook mengalami kecelakaan mobil saat melakukan balapan liar, ketika di bawa kerumah sakit nyawanya pun tidak dapat tertolong.
Kepergian Jaewook merupakan keterpurukan bagi Kai, sikapnya seakan berubah. Kai yang periang, jahil bahkan banyak bicara seakan hilang begitu saja, itu yang dirasakan Yoojin ketika ia bertemu kembali dengan Kai ketika keluarganya memutuskan untuk tinggal kembali di Seoul. Wajah dingin Kai begitu melekat, sikap tertutup dan acuh itu yang sekarang dirasakan Yoojin.
Kai sengaja menetap di Seoul kembali, karena ia ingin mencari tahu penyebab kepergian kakaknya Jaewook. Hingga ia mendapat informasi penyebab kepergian Jaewook ketika ia melakukan balapan dengan seorang pria seumuran dengan Kai dan mobil Jaewook tertabrak oleh lawannya. Tak tinggal diam Kai mencari tahu juga siapa lawan dari kakaknya itu, yang ternyata pria tersebut adalah Mark. Maka dari itulah ia begitu membenci seorang Mark dan tidak pernah ingin kalah dari Mark. Terlalu naif memang, namun rasa benci seakan menutup rasa naif tersebut.
‘Jongin-ah, Jongin-ah’ itu yang selalu terngiang ditelinga Kai ketika kakaknya Jaewook terus memanggilnya. “Hyung aku merindukan kau memanggil namaku” tanpa terasa air mata Kai jatuh begitu saja. Teman Kai memang tidak ada yang berani memanggilnya dengan nama Jongin, meski hanya beberapa yang tahu nama asli Kai tetap saja Kai melarang mereka untuk memanggilnya dengan nama asli. Hingga kebanyakan orang yang mengetahui namanya hanyalah KAI.
****