“Oppa…”
Itulah kalimat yang hanya bisa diucapkan Sohyun saat ia melihat namja yang selama ini tak pernah ia jumpai karena harus bergelut dengan dunia keartisannya berdiri tepat di hadapannya.
Meski ia tahu bahwa dirinya sangat merindukan wajah innocent Sohyun, tapi Jinki harus tetap menjaga imagenya di depan umum. Apalagi sekarang ini pers tidak hanya mengandalkan para wartawan ataupun rekaman CCTV saja untuk mendapatkan bukti. Setiap orang yang memegang smartphone terlebih terdapat kamera atau video cam pun bisa menjadi sumber berita jika dirinya tertangkap.
“Oppa, apa yang kau lakukan di sini? Ini kan bukan kelasmu.” Tanya salah seorang sesaengnya penasaran.
“Naega? Eoh… anniyo… Aku hanya ingin memberikan titipan dari temanku untuk salah satu siswi di kelas ini.”
“Jeongmalyo?”
“Jinjayo!”
“Syukurlah… tadinya kami pikir kau punya yeojachingu atau apalah itu di kelas ini. Sekarang kami lega.”
“Kure. Kuronika, tolong tenanglah sebentar. Biarkan aku memberikannya, eoh? Rasanya tidak sopan jika harus bertamu dengan keributan.”
“Nde…”
Mendengar permintaan Jinki tersebut para fansnya pun mengerti dan turut mendukung. Mereka pun bersedia tenang dan menunggu dengan sabar idolanya itu keluar dari kelas 2-2. Meskipun begitu banyak diantara mereka yang penasaran dan mengintip dari jendela yang kedap suara itu.
Tanpa ragu Jinki pun datang ke depan kelas dan berbicara kepada seluruh siswa dengan suara lantang.
“Annyeong haseyo? Bagaimana kabar kalian? Kuharapa kalian baik-baik saja dan selalu dalam keadaan sehat, ne? Sebelumnya aku minta maaf karena mengganggu kalian. Aku datang kesini karena ingin meminta dukungan karena tiga bulan lagi aku akan melakukan comeback. Jadi aku sengaja mampir.” Celoteh Jinki panjang lebar dengan menutupi maksud dan tujuan utamanya datang ke kelas 2-2. Seisi kelas pun menaruh perhatiannya pada sang idol. Tak terkecuali Myungsoo dan Mijoo yang biasanya acuh dengan masalah di kelas, kini ikut antusias.
“Ne Seonbae.” Jawab seluruh siswa. Terkecuali Myungsoo, Mijoo dan Trio Kim.
“Gomawoyo!” Timpal Jinki dengan tawa kecilnya. Namun tiba-tiba saja terdengar suara cletukan yang berasal dari sudut belakang kelas. Siapa lagi kalau bukan ulah Nam Jonghyuk dan kawan-kawannya.
“Bukannya kau datang kesini karena merindukan seseorang, Seonbae?” Cletuk yeoja lainnya yang semakin membuat Jinki merasa semakin terpojok.
“Benarkah?” Ia pun mulai mengecilkan suaranya. “Eee… kuharap kalian bisa sedikit menahannya. Aku tahu kalian memang mengetahui hubungan kami, tapi setidaknya jangan biarkan sesaengku bertindak di luar kewajaran. Mohon bantuannya, ne?” Pinta Jinki dengan sopan dan ramah.
“Ne…” jawab seisi kelas dengan gembira karena terbawa alur wajah Jinki yang terlihat sumringah.
“Tapi ada syaratnya, Oppa.” Cletuk seorang yeoja.
“Syarat? Mwoga?” Berat dan penuh dengan tantangan. Harus memiliki persiapan mental jika ia ingin memasuki kelas Yeojachingunya. Begitulah yang selalu dipikirkannya.
“Kau harus berfoto selfie dengan kami. Tiap orang akan mendapatkan satu kali kesempatan foto selfi denganmu.”
“Ne?” Sontak Jinki kaget dengan permintaan teman sekelas Yeojachingunya itu.
“Ne. Jika kau setuju, kami akan tetap membantumu menjaga rahasiamu dan kami akan menggunakan foto selfie denganmu itu untuk membantumu mempromosikan lagu barumu nanti di depan teman-teman kami dari sekolah lain. Bagaimana?”
“Kurom! Aku setuju.” Jawab Jinki yang langsung menyetujui permintaan aneh itu tanpa memperhitungkannya terlebih dahulu. “Tapi tidak hari ini ya. Kalian bisa bergantian datang ke kelasku untuk meminta selfi. Di sana tak akan seramai di sini ataupun di kelas lain. Sepertinya teman-temanku sudah bosan berfoto denganku. Hehe…”
“Ne. Kamsahamnida seonbaenim…” seru seluruh kelas dengan gembira. Sementara Jinki melanjutkan misi utamannya berada di kelas 2-2 ini.
Ia pun datang mendekati Sohyun dengan membawa selembar amplop berisi surat yang ditulisnya untuk kekasihnya itu. Tentu saja tanpa ada seorang sesaengpun yang tahu kebenarannya.
“Oppa…” tatap Sohyun dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak mampu berkata-kata lebih di hadapan orang yang lama ingin ditemuinya itu. Hanya tatapan penuh rindu dan kini mata itu mulai bergenangan air mata yang bersiap akan tumpah.
“Hyunie-ah…” balas Jinki dengan senyum ceria yang sengaja dibuat-buat menutupi perasaannya yang sebenarnya dari para sesaeng.
“Jeongmal mianhae. Kuharap kau mengerti lagi dan lagi posisiku saat ini.” Lanjutnya. “Aku belum diperbolehkan menerima telpon ataupun memegang handphone selama masa persiapan comeback-ku tahun ini. Kuharap sekali lagi kau mau memakluminya, Hyunie-ah.” Kalimat demi kalimat yang penuh dengan rasa penyesalan itu mulai diucapkan dan diperdengarkan olehnya di hadapan seluruh siswa kelas 2-2.
“Banyak yang ingin aku ceritakan padamu. Banyak yang ingin aku bagi denganmu. Banyak yang ingin kuketahui darimu selama aku tak berada di sampingmu. Aku menulis apa yang aku inginkan darimu di dalamnya. Bacalah Hyunie-ah. Hubungi aku jika kau sudah selesai membacanya. Untuk sementara aku tidak menggunakan nomor yang lama. Meskipun masih aktif, tapi nomor itu masih disita oleh managerku. Nomornya sudah kutulis di sana. Aku menunggu kabar darimu.” Tuturnya sambil menyodorkan amplop berisi surat yang khusus ditulisnya untuk Yeojachingunya itu.
“Oppa…” panggil Sohyun dengan air mata yang membasahi pipinya. Namun dengan rasa penuh bersalah, Jinki tak sanggup berbuat banyak. Ingin sekali rasanya ia mengusap lembut air mata kekasihnya itu. Tapi sepertinya itu tidak mungkin dengan banyaknya sepasang mata yang memperhatikan.
“Uljima, Hyuni-ah. Jebal… Kau membuatku perih dengan air mata itu.” Ujarnya lirih dengan senyum miris di sudut bibirnya.
“Mianhae!”
Itulah kalimat terakir yang diucapkan Jinjki pada Sohyun sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Yeojachingunya beserta kedua sahabatnya.
Bergegas Jinki meninggalkan kelas 2-2 agar para Sesaengnya turut membuntutinya sehingga mereka tak menyadari bahwa Sohyun yang membelakangi jendela yang mereka intip itu sebenarnya sedang menangis.
Ya, tangisan Sohyun semakin pecah dan makin terisak hingga mengundang perhatian seluruh teman-temannya. Perasaan bahagia, rindu, kesal juga sedih yang tak sanggup ia lampiaskan kepada kekasihnya. Siapapun uang merasakannya pastilah sangat terpukul karenanya. Kekasih yang mestinya selalu ada bersamanya, sebagai tempat berbagi dan bertukar cerita setiap hari, pergi bersama ke tempat-tempat yang menyenangkan, menonton, bermain Timezone, atau ke toko musik hanya untuk sekedar membeli CD untuk didengarkan bersama. Sungguh sederhana, namun berkesan. Gadis manapun pasti menginginkannya. Bukankah begitu?
“Hyunie-ah… Sudahlah, jangan menangis lagi. Kami mengerti perasaanmu.” Ujar Saeron menenangkan Sohyun sambil memeluk dan sesekali menepuk punggung Sohyun. Tak ingin ketinggalan Yoojung pun melakukan hal yang sama sambil membantu memperbaiki rambut Sohyun yang tampak berantakkan dan merapikan pakaiannya yang agak kucel.
“Ya, Chinggu-ah… Jangan menagis lagi. Kuatlah, Hyunie-ah. Umm?” Imbuh Yoojung.
Tak hanya Saeron dan Yoojung yang menyaluti ketegaran dan kesabaran yang dimiliki Sohyun. Bahkan seluruh teman sekelasnya yang menyaksikan kejadian itu pun turut menyaksikan pemandangan yang mengharukan yang dialami ketua kelasnya itu.
“Tak kusangka dia juga bisa menangis.” Gumam salah seorang temannya.
“Aku seperti baru saja menyaksikan sebuah drama. Hatiku seperti ikut merasakan kepedihannya.” Ujar yang lainnya.
“Mereka sungguh hebat. Kalau banyak di antara mereka yang tak mendukung hubungan keduanya, aku rasa aku sebaliknya. Uri Sohyun berbeda dari yeoja pada umumnya. Meskipun dia berpacaran dengan idola, ia tetap rendah hati dan membantu kekasihnya menjaga imagenya.” Komentar yang lain.
Tak hanya dari kalangan yeoja saja yang sibuk berkomentar, kelompok namja pun melakukan hal yang sama. Melalui akun grup di sosmed kelas mereka, mereka melontarkan kritik positif dan negatifnya.
“Dasar namja pengecut! Jangan mengaku namja jika kau sanggup membuat seorang yeoja baik seperti uri Sohyun menangis.” Tulis salah seorang namja.
“Ya! Dia bukan menangis karena sedih, kau tahu? Itu tangisan bahagia sekaligus terkejut karena mendapatkan surprise dari kekasihnya.” Kata yang lain menanggapi.
“Mana ada yang bahagia jika tak bisa memeluk kekasihnya saat mereka pertama kali bertemu setelah sekian lama, eoh?”
“Benar! Aku pun sependapat.”
“Tapi kan Sohyun melakukannya dengan ikhlas demi cintanya. Pastilah mereka memiliki komitmen di antara keduanya.”
Ting… ting… ting…
Suara ringtone tiap kali pesan masuk terdengar berulang kali dari handphone Yoojung. Dan itu sangat mengganggunya. Terlebih di saat seperti ini.
“Ck, aish… berisik sekali.” Rutuknya lalu mengeluarkan ponselnya yang selalu bergetar dan berdering di saku roknya itu.
Tak disangka, pantas saja kelas sangat sepi. Ternyata mereka ribut di Whats App Grup kelas, batin Yoojung.
“Yaa, adeul-ah! Neo…” teriak Yoojung. Mata yang sejak tadi sibuk menatap layar ponsel pun serempak beralih tertuju pada Yoojung saat ini.
“Yaa! Dengarkan uri Yoojung sedang berbicara. Perhatikanlah, adeul!”
“Waegure, Kim Yoojung?” Tanya salah satu siswi dengan nada agak menantang.
“Bisa-bisanya kalian membicarakannya di belakang! Apa kalian puas melakukannya, eoh?” Tambah Yoojung semakin berkobar-kobar amarahnya.
“Sudahlah Jungie-ah. Biarkan saja. Daripada menanggapi mereka, lebih baik kita menghibur Sohyun-ie, eoh?” Usul Saeron yang langsung dituruti oleh Yoojung tanpa membantah.
“Eoh…” sahut Yoojung dengan anggutan.
“Ya, adeul-ah.” Tiba-tiba saja Sohyun memanggil kedua sahabatnya itu. “Bisakah kalian mengantarku ke UKS?”
“Mwo?” Balas keduanya dan malah balik bertanya. “Apa kau sakit, Sohyun-ah?”
“Gwaenchanie?” Tanya keduanya bergantian dengan ekspresi panik.
“Eoh, Gwaenchana. Keunyang…” jawab Sohyun tersendat.
“Kure, kurom. Kajja! Palli yo… palli…” kata Yoojung heboh bergegas membukakan pintu. Sohyun kemudian menyusul setelah dibantu berdiri dan berjalan dengan dipapah oleh Saeron.
Sesampainya di UKS Sohyun lantas berbaring dengan rileks di atas tempat tidur. Karena tak diizinkan berlama-lama meninggalkan kelas, Yoojung dan Saeron pun diperintahkan untuk segera kembali ke kelasnya oleh Guru Jang.
“Aigoo… Kuberikan kalian waktu di sini. Tapi aku takkan meninggalkan kalian berlam-lama berduaan. Ingat, jangan melakukan hal yang macam-macam. Arraseo?” Pesan Guru Jang pada Sohyun. Awalnya ia sempat kebingungan dengan perkataan Guru Jang padanya. Apa maksudnya, batinnya. Tapi kini ia pun mengerti setelah dirinya berhasil dikejutkan kembali dengan aksi sangtaenya Jinki.
Sssrrreeeeeekk…..
Terdengar suara tirai yang ditarik kesamping dengan cepatnya. Rupanya Jinki sudah ada di tempat tidur yang bersebelahan dengannya.
“Aegesumnida, Seosaengnim! Gomawoyo, Noona-ah!” Seru Jinki penuh rasa gembira menyelimuti hatinya. Bahkan tergambar jelas di wajahnya saat ini. Senyumnya berbeda dari biasanya.
“Oppa?!” Seru Sohyun yang terkejut setengah mati karena melihat Jinki sudah berada di hadapannya tanpa seorangpun Sesaeng ataupun pers yang selalu mengelilinginya.
“Aish…” gerutu Guru Jang yang berbuntut senyuman. Syukurlah ia mau memaklumi keadaan Jinki dan Sohyun saat ini.
“Baiklah, baiklah, aku mengerti. Ingat, jangan melakukan hal-hal yang tidak-tidak. Meskipun seperti yang kubilang sebelumnya, di sini memang tidak ada CCTV.”
“OK!” Jawab Jinki sigap dengan mengacungkan jarinya yang membentuk simbol OK. Sementara Sohyun hanya tersenyum simpul karena merasa tak enak pada gurunya tersebut.
Akhirnya tinggal mereka berdua saja yang tinggal di UKS. Ya, hanya Kim Sohyun dan Lee Jinki!
“Hyunie-ah~ ” panggil Jinki pada Yeojachingunya itu. Namun tak ada jawaban dari Sohyun sepatah katapun. Ia hanya memejamkan mata dan berniat tidur.
“Ya, Chagiya~ Gwaenchana? Apa kau benar-benar sakit, eoh?” Rengek Jinki dan mulai mengkhawatirkan Sohyun karena masih tak mendapatkan jawaban.
“Ya, Kim Sohyun-ssi?” Panggilnya sekali lagi. Namun kali ini diiringi dengan pergerakan. Mendengar goyangan tempat tidur akibat gerakannya yang ingin beranjak, Sohyun pun langsung menghentikannya.
“Hajiman!”
“Mwoya?”
“Aku bilang tetap di situ!” Tukas Sohyun dengan nada kesal. Bibirnya terpout meski dengan mata terpejam.
“Ada apa Hyunie-ah? Kenapa kau bersikap begini padaku, eoh?”
“Tolong jangan ribut, Lee Jinki-ssi. Ini adalah UKS, tempat untuk istirahat bagi yang merasa dirinya kurang sehat. Jika kau merasa baik-baik saja dengan keadanmu saat ini, kau bisa kembali ke kelas dan melakukan kewajibanmu belajar layaknya siswa lainnya.”
Mendengar celotehan Sohyun justru membuat Jinki semakin membangkitkan rasa rindu padanya. Suara cerewetnya yang lama tak didengarnya, juga wajah polos yang dimilikinya selalu membuat Jinki menjadi lebih nyaman dari sebelumnya. Ia malah menanggapi perkataan kekasihnya itu dengan kekehan.
“Arrayo… aku tak akan mendekatimu. Tapi setidaknya menghadaplah ke arahku. Biarkan aku melihatmu, Hyunie-ah. Apa kau tak dengar yang guru Jang katakan tadi, eoh? Dia hanya memberi waktu kita 15 menit. Waktuku sudah terbuang 5 menit hanya untuk membujukmu, Chagiya.”
Akhirnya Sohyun pun menuruti permintaan Jinki meski agak terpaksa. Meskipun begitu, hati kecilnya masih mengatakan bahwa dia sangat merindukan namjachingunya itu.
Setelah Sohyun memiringkan tubuhnya, kini mereka sudah bisa saling memandang satu sama lain. Mata yang saling bertemu pandang itu menghantarkan perasaan masing-masing walaupun tanpa perlu diucapkan. Ya, mereka hanya saling memandang dalam meski tanpa berkata apa pun selama beberapa menit. Saling melempar senyum, dan tiba-tiba saja pandangan yang mulanya hangat sama-sama berubah menjadi sendu.
“Oppa, wasseo?” Sapa Sohyun memberikan salam selamat datang.
“Ne. Wassoyo, Chagiya!” Balas Jinki dengan senyuman hangat. Ia mengulurkan tangan kirinya dan tanpa diperintah Sohyun langsung menyambutnya dan mereka kini saling bergandengan tangan. Saling menggenggam dan menautkan setiap jarinya.
“Oppa~”
“Umm?”
“Bogoshipposeo”
“Nado. Nado nomu nomu nomu bogoshipposeoyo!”
“Berapa lama kali ini?”
“Tak lama, hyunie-ah. Tak sampai seminggu.”
“Kure…”
“Jeongmal mianhaeyo…”
“Umm.” Sohyun menggelengkan kepalanya. “Gwaenchanayo, Oppa. Kogjomanyo!”
Tidak. Meskipun dia mengatakan dia baik-baik saja dengan hubungan ini, tapi aku tahu dia terluka, pikir Jinki. Tapi apa daya, mereka hanya bisa melakukan hubungan LDR seperti ini jika mereka ingin tetap bersama.
“Syukurlah kau mau datang, Sohyun. Aku sempat ragu tadi.”
“Ne?”
“Iya, kupikir kau tak akan mau membaca suratku itu. Karena itu aku sempat berpikir makanya kau marah padaku.”
‘Surat? Apa amplop yang tadi ia berikan padaku di kelas tadi? Aku sama sekali tidak membukanya. Aku sungguh tak tahu apa isinya. Bahkan aku berniat tak akan pernah membukanya sama sekali.’ Gumam Sohyun dalam hatinya.
“…Apa kau ingin berkencan denganku, Hyunie-ah? Hari minggu nanti kau tidak sibuk, kan?”
“Anni. Aku bebas, Oppa.”
“Baiklah, aku akan menjemputmu ya.”
“Andueh, Oppa!”
“Waeyo?”
“Akan bahaya jika ada pers yang mendapatimu yang ternyata sengaja berada didepan rumah seorang gadis. Aku tak ingin menjadi penyebab penghambat karirmu. Hajiman!”
“Baiklah. Kalau begitu aku akan menunggumu di tempat biasanya, eotte?”
“Umm, call! Hehe..”
Dua jam telah berlalu. Namun Guru Jang masih saja belum kembali ke UKS. Padahal mulanya ia hanya akan pergi tak lebih dari 15 menit. Meskipun lama berlalu, kedua insan yang saling membendung rindu selama ini itu tak menyadarinya. Mereka terus bercerita satu sama lain.
‘TUTUP’
Itulah label yang dipasang oleh Guru Jang di depan pintunya sebelum ia meninggalkan ruang UKS. Bahkan setelah kembali pun ia tetap tak berniat untuk merubahnya. Dengan tanpa keberatan ia pun bersedia menunggu hingga bel pulang sekolah berbunyi.
“Apa masih belum selesai juga?” Batin Guru Jang.
Tiba-tiba saja ia yang sedang berdiri bersandar di depan dinding UKS sambil melamun itu dikejutkan dengan tepukan lembut di pundaknya.
“Jang Saem? Apa yang kau lakukan di sini?”
“Ah… Cho Saem! Ah, anniyo… keunyang…” jawab Guru Jang terbata-bata.
“Waeyo?” Saat Guru Cho melihat ke arah pintu UKS, ia pun semakin penasaran saat melihat label UKS yang bertuliskan TUTUP. Tak hanya itu, bahkan ia mendengar suara tawa dari dalam UKS.
“Ada siapa di dalam? Kenapa pintu UKS tertulis TUTUP? Padahal kan ini belum waktunya pulang kan, Jang Saem? Apakah ada yang ingin Anda jelaskan?”
“Hah… arraseo, Cho Saem. Aku mengaku kalah.” Guru Jang mencoba menjelaskan situasi yang terjadi saat ini kepada wali kelas 2-2 itu.
“Apa Anda bilang? Jadi Anda membiarkan mereka berduaan di dalam?” Seru Guru Cho tak percaya.
“Ne, Cho Saem.”
“Astaga… Yaish! Bagaimana Anda bisa berbuat seperti itu? Tak tahukah Anda bahwa Sohyun itu yeoja, terlebih dia adalah tanggung kawab saya di sekolah. Bagaimana kalau ada yang melihat mereka, hah? Aku tahu bagaimana hubungan keduanya, tapi tidak dengan cara seperti ini Jang Saem.”
“Jisunghamnida, Seosaengnim. Jeongmal, jisunghamnida! Tapi saya bisa jamin mereka tidak akan melakukan yang macam-macam. Saya sudah berpesan pada Lee Jinki tentang hal ini.”
“Idol itu? Astaga, Jang Saem…”
Kkrriiiing…..
Suara bel kegiatan belajar mengajar di sekolah pun telah berbunyi. Kekuatan Suaranya yang bisa terdengar ke seluruh antero sekolah itu dalam sekejap mampu kembubarkan para siswa. Dan hanya dalam hitungan detik saja mereka sudah berhamburan keluar kelas.
“Coba lihat, mereka semua sudah keluar kelas. Tapi anak muridku masih belum ke..lu..ar..” gerutuan Cho Saem berhasil terpotong dengan keluarnya Lee Jinki dari ruang UKS.
“Jang Saem?” Sapa Jinki pada dokter penjaga UKS itu. Namun ia hanya disuruh untuk segera meninggalkan UKS seperti yang diam-diam diaba-abakan oleh Guru Jang padanya. Jinki pun menurut dengan tanpa lupa memberi salam kepada Cho Saem terlebih dahulu.
Tak berapa lama, barulah Sohyun yang muncul. Ia sempat terkejut dengan kehadiran Guru Jang dan Guru Cho yang berdiri di depan UKS. Ia pun langsung membungkukkan badannya kepada kedua gurunya tersebut dan langsung berjalan ke arah Saeron dan Yoojung yang siap menunggunya di gerbang sekolah yang berada tak jauh dari ruang UKS.
“Ah… ah… jinja! Aku bisa gila karena anak-anak itu. Ah….” saking kesalnya Guru Cho hanya bisa merutuki dirinya sendiri dan meninggalkan Guru Jang seorang diri. Sementara Guru Jang terkekeh geli melihat reaksi Guru Cho.
*****TBC*****
"Eotte??? Kurang banyak ya? kekekekeke.... Author mau lihat respondnya dulu deh. kalau memuaskan nanti Author kasih yang versi SoMyung nya...
Jangan lupa komentar dan Lovenya ya... Happy reading guys...