Annyeong haseyo…^^
Terima kasih untuk kedatangannya. Sebelumnya Nona mau mengucapkan terima kasih banyak karena sudah mau mampir hanya sekedar melihat-lihat sekilas…π
Tapi Nona bakal tetep semangat buat lanjutinnya meskipun gak dapet dukungan dari reader gelap. Oke, gwaeonchana.. Semoga hatinya terbuka untuk memberikan kommentarnya. Ditunggu lho... Kamsahamnida.. ^^
***
Lee Jinki POV
Setelah berbulan-bulan lamanya aku menunggu kesempatan ini, akhirnya tiba juga waktunya. Hanya satu minggu aku kembali ke rumah dan melakukan aktifitasku di sekolah. Terlebih untuk Sohyun-ie…
***
Sohyun POV
Pakaian dress berwarna putih dengan vest hitam kugunakan khusus untuk hari ini. Aku tak ingin tampak berlebihan di depannya. Aku hanya akan tetap berpenampilan layaknya keseharianku. Tapi, aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Aku benar-benar gugup dan jantungku terus berdegup kencang tak menentu.
“Ya, berhentilah!” Rutukku sambil memegang dadaku dan merasakan detaknya tak beraturan.
“Anni, anni, anni! Jangan berhenti! Aku masih belum ingin mati saat ini. Keunyang, perlambat saja detakmu, eoh?”
Sejak sepuluh menit yang lalu aku menunggu di halte ini. Menunggu seseorang yang selalu membuatku menunggu. Ya, dialah Lee Jinki seonbae. Dia selalu saja membuatku menunggu dan menunggu. Terkadang aku berpikir apakah aku benar-benar tak keberatan dengan hal ini, ataukah aku tak bisa berhenti melakukannya? Karena bagitu, biarpun hanya sebentar aku sudah cukup bahagia jika bersama dengan. Tapi aku tidak menapik bahwa sebenarnya aku selalu ingin berada di dekatknya.
Ya, hubunganku dengannya memang bukan memakan waktu yang singkat. Hubungan kami terbilang sudah cukup lama. Karena kami mulai menjalin kebersamaan sejak aku mengikuti masa orientasi siswa baru. Dan sejak saat itu pula aku sudah mengetahui bahwa dia sedang disibukkan dengan kegiatan trainee di salah satu rumah produksi ternama di Korea Selatan.
Masih terngiang ucapannya saat itu. Tepat sebulan sebelum debutnya ia rela kabur dari dormnya hanya demi untuk menemuiku. Lari dengan tergopoh-gopoh dan nafas terengah-engah, setelah kutahu rupanya dia benar-benar tak menggunakan kendaraan apapun dari dormitorynya.
Hosh…hosh..hosh…
Nafasnya yang tak beraturan itu keluar bersamaan dengan dengusan dan keringat yang bercucuran di bagian wajahnya. Mulai dari kening, pelipis, leher bahkan lengannya terlihat tetesan demi tetesan keringat berpadu dan mengalir membasahi pakaiannya. Saat itu dia hanya menggunakan kaos berwarna putih polos berselimut sweater biru laut dan celana training hitam.
“Seonbae?” Sapaku kaget melihat kondisinya saat itu. “Gwaenchanayo? Eoh?” Tanyaku penuh khawatir. Aku mencoba membantunya berdiri. Sepertinya dia benar-benar kelelahan.
Aku pun membopohnya ke dalam rumahku dan membiarkannya duduk di sofa ruang tamu.
“Chamkanmanyo!” Aku meninggalkannya sebentar untuk mengambilkannya segelas air mineral di dapur.
Baru saja aku selesai menuangkan air, tiba-tiba saja aku sudah melihatnya ada di belakangku. Dia menyusulku ke dapur karena tak sabar ingin membagi ceritanya padaku.
“Hyunie-ah…”
Grab!
Sebuah pelukan yang sangat kuat mengikat seluruh tubuhku hingga membuatku kesulitan bernafas.
“Oppa…?” Panggilku lirih tepat di depan telinganya. “Waegure?”
“Hyunie-ah… naega nomu nomu haengbogkhage!”
“Waeyo?”
“Aku… akan segera debut!”
“Jeongmalyo?” Sontak aku terkejut mendengar pernyataannya saat itu. Pelukannya pun dilepaskannya. Wajahnya saat itu terlihat sangat bahagia. Aku belum pernah melihatnya tersenyum selapang itu sebelumnya. Aku merasa bunga yang mulanya kuncup itu kini perlahan terlihat mekar dengan sangat cantiknya. Ya, wajahnya saat itu serasa seperti musim semi yang indah bagiku. Moment kebersamaanku dengannya selama ini sangat membuatku bahagia dan bersyukur karena aku bisa selalu berada di sampingnya. Hari itu, hari yang tak akan pernah kulupakan. Hariku bersama bibit bintang besar, Lee Jinki.
“Ehemm!”
Suara seseorang berdehem di sampingku mengacaukan kenanganku bersama Jinki seonbae.
“Ehemm!”
Ya, Ahjussi! Kau sangat menggangguku, kau tahu? Pergilah, aku sedang menunggu namja chinguku. Jadi jangan ganggu moodku!
Orang itu berdiri bersandar di tiang halte, tapi posisinya sangat menggangguku. Dia tepat berada di depanku yang tengah duduk di bangku halte. Berdiri dengan bertopang pada salah satu kakinya, sementara kakinya bergoyang-goyang tak karuan. Sedangkan tangannya terus memegangi topi dan ia hanya menundukkan pandangannya. Sesaat kulihat saat ia menengok ke arah bus yang akan menepi, rupanya dia pakai kacamata hitam besar pula. Daebak!
Dia pikir dirinya Michael Jackson, eoh? Aish… jinja! Kuharap dia segera pergi begitu bus itu datang.
Benar saja dugaanku. Dia terlihat bersiap-siap akan menaiki bus itu. Tapi…
Aaaaaaaaa….
***
Author POV
Grab it on!
“Yaaaaaaa!” Teriak Sohyun yang dengan paksa lengannya ditarik oleh namja yang dirasa mengganggunya sejak tadi. Namja yang berusaha menarik perhatiannya namun sepertinya tak berhasil itu menyeret Sohyun untuk ikut bersamanya menaiki bus yang barusaja menepi di halte tempat mereka berada sebelumnya.
Meski Sohyun berusaha sebisa mungkin membebaskan tangannya dari genggaman namja itu, tapi tetap tak berhasil. Namja itu menggenggam pergelangan tangannya dengan sangat kuat dengan maksud untuk membantu menjaga keseimbangan Sohyun agar tak mudah terjatuh.
Tuut!
Setelah berhasil menscanning flashcardnya, namja kasar itu pun menarik Sohyun ke tempat duduk yang ada satu baris di bagian belakang bus. Ada dua kursi di sana. Dengan terpaksa Sohyun menuruti namja itu. Namun namja itu tetap menundukkan kepalanya hingga membuat Sohyun kesulitan mengenali wajahnya.
“Nuguseyo?” Tanya Sohyun dengan nada sumbang dan bibir gemetar. Namja itu pun sadar bahwa yeoja yang ada di hadapannya itu sedang merasa ketakutan sekarang. Ditambah Sohyun yang semakin memojokkan dirinya di dinding bus.
Deg deg…deg deg…deg deg…
Namja itu kini duduk dan mendongakkan wajahnya lalu mendekatkannya tepat hingga berhadapan dengan wajah Sohyun. Saking takutnya Sohyun semakin mengerucutkan tubuhnya, sementara namja itu malah tersenyum licik padanya. Namun senyum itu berubah menjadi senyum hangat yang sangat diingat oleh Sohyun. Terlebih saat namja itu menunjukkan barisan gigi-giginya. Dan seketika Sohyun terkejut setengah mati karenanya. Wajahnya yang pucat pasi berubah merona dan sebisa mungkin ia ingin menyembunyikan wajah tersipunya itu dari sang namja.
“Seonbae!” Seru Sohyun sambil memukul-mukul gemas dada namja yang kini telah terbongkar kedoknya.
“Ya~ ” namja itu kembali menangkap pergelangan tangan Sohyun dan menhentikan pukulan bertubinya.
“Apa kau sudah mengenaliku sekarang?” Ya, dia adalah Lee Jinki yang berusaha sebaik mungkin menyamar agar tak ada seorang pun yang mengenali dirinya.
“Molla-ah~ ” geram Sohyun imut. Jinki menatapnya dalam dan mencoba menggodanya dengan beberapa aegyonya.
“Geumhanhae..” umpat Sohyun malu-malu. Saat seperti itulah yang membuat Jinki merindukan sosoknya. Sangat imut dan manis. Saking manisnya, rasanya ia ingin memakannya seperti coklat.
Suasana masih hening untuk beberapa saat. Karena Jinki masih ingin menatap wajah yang sangat dirindukannya itu. Tatapan dalam penuh kerinduan yang seketikan terasa menyayat hatinya. Senyumnya pun turut mengerucut begitu ia teringat akan sesuatu yang masih terpendam dalam hatinya.
“Sampai kapan kau mau memegangi tanganku seperti itu?” Tanya Sohyun masih dengan nada yang terdengar merajuk.
“Ah, mianhae. Hehehe…” jawab Jinki yang langsung melepaskan tangan Sohyun.
“Appooo…” keluh Sohyun sambil mengelus-elus pergelangan tangannya yang sejak tadi dijadikan tangan tambang oleh Jinki.
“Jinjaro? Oh… mianhaeyo, Hyunie-ah. Jeongmal mianhaeyo.” Tanggap Jinki yang langsung menggenggam kembali tangan Sohyun dan meniup sekaligus mengusap bagian yang dirasa telah dilukainya.
“Apakah ini yang sakit? Di sini? Atau ini?” Tanya Jinki masih sembari meniup-niup pergelangan tangan yeojachingunya itu. Memang tampak merah, terlihat jelas olehnya. Pantas saja ia merasa kesakitan, batin Jinki.
“Oh, jeongmal mianhaeyo~ ” ujar Jinki dengan penuh rasa bersalah.
“Sudahlah, tak apa-apa.” Sahut Sohyun manyun, dan dengan sigap menarik tangannya dari Jinki.
Lagi-lagi Jinki menatap dalam Sohyun dengan senyuman sendu. Hatinya merasa bahagia sekaligus sesak saat ini. Bercampur aduk hingga membuatnya tak karuan dengan perasaanya sendiri.
Grab!
Sebuah pelukan menerjang tubuh Sohyun. Tanpa penolakan Sohyun menerima dan merasakan aroma tubuh juga dekapan namja yang lama tak memberikan sentuhannya itu padanya.
“Oppa…” bisik Sohyun.
“Eoh?”
“Bogoshippo…”
Mendengar ucapan penuh hasrat yang keluar dari bibir Sohyun membuat Jinki merasa nyaman dan tenang. Beban yang sebelumnya ia rasakan seketika lenyap begitu saja. Apalagi saat Sohyun semakin menguatkan pelukannya.
“Bogoshipposeo, Hyunie… Nareul saranghae… Biarkan aku memelukmu sebentar lagi, eoh? Jebal…”
Setelah lama di perjalanan, akhirnya Sohyun juga Jinki sampai di stasiun.
“Odigayo, seonbae? Kenapa kita naik subway?” Tanya Sohyun penasaran.
“Kita akan ke Jamsil Station.” Jawab Jinki yang sibuk mengantre di pintu masuk stasiun. Sebisa mungkin ia mencoba menenangkan Sohyun. Selama di stasiun, selama itu pula Jinki menggenggam erat jemari Sohyun tanpa melepaskannya sedikitpun.
“Kenapa kita harus ke stasiun Jamsil, Oppa?” Sohyun kembali bertanya.
“Sssttt… diamlah. Kau cukup mengikutiku saja, eum?” Jawab Jinki dengan senyum menenangkan.
“Eum!” Angguk Sohyun mengikuti instruksi Jinki tanpa perasaan terpaksa sedikitpun. Hanya saja ia sedikit merasa penasaran.
Subway yang menjurus ke stasiun Jamsil pun datang. Jinki bersama Sohyun menaiki Subway. Karena hari itu adalah malam minggu, subway pun terasa agak sesak dengan penumpang. Sepertinya mereka memiliki tujuan yang sama denganku, batin Jinki.
Karena tak ingin yeojachingunya merasa tak nyaman dengan senggolan berbagai arah yang datang padanya, dengan jantan Jinki mengurung Sohyun dalam dekapannya selama mereka berada di dalam busway.
“Apa kau ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, Seonbae?” Bisik Sohyun.
“Naega? Hhehehe, aku hanya tak ingin kau jatuh kedalam pelukan orang lain itu, itu saja. Annimyeon, kau ingin mendapatkan yang lain selain ini, umm?” Balas Jinki menggoda.
Aaaaa…!
Seru Jinki agak keras mengaduh kesakitan karena kakinya diinjak oleh Sohyun.
“Ya~ ” protes Jinki sambil meringis kesakitan yang kemudian mendapatkan merongan dari Sohyun.
Karena gemas melihat tingkah imut Sohyun, Jinki pun melemparkan seranganganya sebagai hukuman untuknya.
Chu~
Sebuah kecupan kecil berhasil mendarat dengan mulus di pipi kanan Sohyun. Posisinya yang saat ini tengah mengurung tubuh Sohyun sangat membantunya melakukan serangan-serangan tak terduga yang bisa dilakukannya kapanpun saat Jinki menginginkannya.
“Seonbae!” Seru Sohyun lirih mengajukan protes. Ia pun menundukkan wajahnya karena malu.
“Wae? Kau mau lagi, umm?” Bisik Jinki di telinga kiri Sohyun dengan nada menantang.
“Oppa~ tsk!”
Jinki pun tertawa geli dengan sikap Yeojachingunya itu. Betapa bahagianya hari itu karena bisa bersama dengan Sohyun menghabiskan hari berdua.
Setelah sampai di stasiun Jamsil dan keluar dari gerbong subway, Sohyun dan Jinki memutuskan untuk istirahat sejenak di pelataran stasiun, di antara anak tangga yang berada di pintu masuk stasiun.
“Hah… di dalam benar-benar sesak!” Keluh Jinki sambil melonggarkan kancing jaketnya.
Sudah lumayan lama Sohyun bersama Jinki seharian ini. Tapi Sohyun baru sadar bahwa pakaian yang dipakai namjachingunya itu benar-benar dan sangat-sangat berlebihan. “Ia terlihat seperti teroris. Hihihi…” batin Sohyun sambil terkekeh geli seorang diri hingga memancing tanya Jinki, penasaran.
“Apa yang lucu?”
“Anni.” Jawab Sohyun seraya melambaikan kedua tangannya.
“Jinja?”
“Jinjayo…”
Tak percaya dengan yang diucapkan yeojachingunya, Jinki pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi mendahului Sohyun.
“Oppa, gidaryo!” Seru Sohyun berharap agar Jinki memperlambat langkahnya.
“Apa dia marah?” Gumam Sohyun dan bergegas mengejar Jinki.
Tiba-tiba saja Jinki menghentikan langkahnya dan memutar balik tubuhnya. Timingnya pas, sesuai yang diharapkan. Sohyun terkejut! Ia terperangah sambil membelalakan kedua manik matanya.
“Ige… odieyo?” Desir Sohyun terus melangkah melewati Jinki.
“Lotteworld!”
“Lotteworld irago?”
“Geuchi! Eottae?”
“Joh-ahae!”
“Jeongmal?”
“Ne! Nomu nomu joh-ahae.”
“Geourom! Kajja!”
Dengan riangnya Sohyun dan Jinki memasuki Lottewold. Mereka memainkan berbagai macam permainan dan wahana di dalamnya.
Taman hiburan di sini sendiri terdiri dari dua bagian utama yaitu Adventure di indoor dan Magic Island di outdoor. Adventure terdiri dari 4 lantai, dengan paling banyak wahana ada di lantai 1, salah satunya adalah komedi putar Camelot Carrousel yang muncul dalam drama Stairway to Heaven. Selain komedi putar ada banyak lagi wahana hiburan menarik lain seperti bioskop 3D, Cinderella’s Castle, Alice in Wonderland, naik monorail keliling Lotte World dan maaasih banyak lagi. Semuanya tidak hanya seru untuk anak-anak tetapi juga fun bagi orang dewasa. Di Lotte World juga ada Folk Museum di mana kita bisa mengetahui tentang sejarah dan kehidupan kuno rakyat Korea dari sana.
Waktu telah menunjukkan pukul 18.00 KST. Langit sudah mulai tampak gelap meski masih tampak berwarna jingga di beberapa bagiannya. Sudah sewajarnya Sohyun dan juga Jinki merasa kelelahan.
“Apa kau lapar?” Tanya Jinki melihat Sohyun mengelus-elus perutnya sejak tadi.
“Eee… eoh! Hihihi…” jawab Sohyun agar tersipu.
“Geurom, kita kan sibuk bermain seharian. Ayo kita cari tempat makan!” Ajak Jinki lagi-lagi menggandeng tangan Sohyun.
“Kita mau makan dimana, Seonbae?”
“Up to you!”
“Kita makan di luar saja, jangan di sini. Di sini pasti mahal-mahal makanannya.”
“Geurae? Eoh, geurom. Tapi kita harus meninggalkan Lotteworld, apa tak apa?”
“Ne.”
“Baiklah. Kau mau makan apa malam ini?”
“Aku ingin makan bibimbab.”
“Bibimbab? Jigeumeun?”
“Umm!”
“Arraseo… Let’s go!”
Tak jauh dari lokasi Lotteworld, beberapa meter saja dari Stasiun Jamsil terdapat sebuah kedai yang menyuguhkan hidangan tradisional. Dan salah satu menunya adalah Bibimbab.
“Ahjumonim… juseyo! Kami minta 2 porsi bibimbab, ne?” Teriak Sohyun dari bangkunya saat ini.
“Aigoo… jangan kau ulangi lagi yang barusan, eum?”
“Waeyo?”
“Tidak sopan. Seharusnya kau mendatanginya.”
“Habisnya, aku sudah tak punya tenaga lagi untuk berdiri. Oh… kakiku sangat lelah, Oppa~ ”
“Apa kau sedang beraegyo sekarang?”
Balas Sohyun dengan cengiran. Karena gemas Jinki pun mengacak lembut poni Sohyun.
“Aih…kiyom…”
“Aish, Oppa!” Sohyun pun menyalak kesal lalu membetulkan poninya kembali.
Akhirnya Bibimbab yang mengundang lapar itu pun datang. Dua porsi besar untuk dua perut yang sedang kelaparan.
*Bibimbap adalah masakan Korea berupa semangkuk nasi putih dengan lauk di atasnya berupa sayur-sayuran, daging sapi, telur, dan saus pedas gochujang. Namanya secara harafiah berarti “nasi campur” yang berasal dari kata λΉλΉ (campur) dan λ°₯ (nasi). Sebelum dimakan, nasi dan lauk diaduk menjadi satu.
Dengan lahapnya keduanya menyantap bibimbab yang siap santap di hadapan mereka. Menikmati tiap suapan yang masuk ke mulut mereka. Keaadan berubah ssesaat Sohyun mulai membuka pembicaraan.
“Oppa?” Panggil Sohyun.
“Umm?” Sahut Jinki yang sibuk mengunyah makanannya.
“Sering-seringlah memakannya!”
“Umm?” Tanya Jinki bingung.
“Aku tahu orang sibuk sepertimu pasti sangat tidak memperhatikan kondisi tubuhmu sendiri. Jangan terlalu banyak makan junk food seperti makanan siap saji atau yang menggunakan bahan pengawet lainnya. Kau harus makan nasi 3x sehari.” Tutur Sohyun.
Jinki yang tampak acuh dan tak memperhatikan ucapan Sohyun sebenarnya mendengarkan dengan baik kata demi kata yang diucapkannya. Hanya saja ia tak ingin terlihat seperti ia memperhatikannya.
Jinki menundukkan kepalanya. Hanya seporai bibimbap yang sudah hampir habis dimakannya itu yang tampak di matanya. Tatapannya sangat sendu dan tak bergairah meskipun ia sudah makan. Seperti memikirkan sesuatu namun tak sanggup diungkapkannya. Apa sebenarnya yang tengah dipikirkannya?
“…Geuraego, berhentilah jikan kau memang sudah lelah berlatih, Oppa! Jangan memaksakan dirimu. Arrachi?”
Jinki pun mengangkat kepalanya dan memberikan senyuman hangat untuk Sohyun meskipun ia tahu bahwa ia tersenyum untu menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya.
“Ne, arraseo. Hmm…”
Setelah selesai makan, Sohyun dan Jinki kembali pulang dengan menaiki subway dan busway seperti halnya mereka berangkat. Di dalam subway Sohyun sempat tertidur sebentar, bersandarkan bahu sebelah kanan Jinki. Dan Jinki menggenggam erat jemari Sohyun.
Selama berada di subway, Jinki terpikirkan dengan masalah yang mengganjalnya sejak tadi. Ah anni, sejak ia kembali ke Gangnam dan sekolah. Ah anni, lebih tepatnya sejak ia bertemu kembali di Kim Sohyun.
Rupanya sehari sebelum Jinki kembali ke rumah, ia sempat berdiskusi dengan pihak agensi yang telah menaunginya selama ini. Salah satunya adalah membahas tentang hubungan asmaranya.
Mulanya Jinki merasa rileks karena sanggup menjawab setiap pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan oleh para staf agensi padanya. Namun saat ia ditanya tentang asmaranya, Jinki pun terdiam.
“Apa kau punya pacar, Lee Jinki?”
–
–
“Ne, sajangnim.”
“Berhentilah berhubungan dengannya. Kau harus tahu posisimu saat ini.”
“Keundaega…”
“Bukan untukmu, tapi untuknya.”
“Ne?”
“Apa kau merindukan yeojachigumu selama kau berada di sini?”
Jinki hanya terdiam dan mulai memikirkan Sohyun.
“Apa kau tak ingin segera menemuinya?”
Jinki masih tetap bungkam.
“Kau saja merindukannya dan ingin selalu berada bersamanya setiap hari. Apa pernah kau memikirkan bagaimana perasaannya yang harus menunggumu dan hanya bisa melihatmu melalui TV saja?”
Jinki beranjak dari kursinya dan berkata, “Sajangnim, joneun…”
“LDR. Kau tak akan pernah bisa melakukannya. Jikapun kau sanggup, apakan diapun sanggup melalukannya juga?” Pesan salah satu staf sebelum meninggalkan Jinkin seorang diri.
“Eoh iya, satu lagi. Pikirkanlah para sesaeng yang selama ini sudah berkorban demi mendukung karirmu. Bagaimana kira-kira reaksi mereka jika mereka tahu bahwa kau memiliki pacar?” Para staf pun pergi ke ruangan masing-masing.
Setelah semalaman menghabiskan waktu untuk merenung, kemudian Jinki mendatangi managernya dan meminta bantuan agar ia dipertemukan dengan orang yang kemarin memperingatinya, Oh Kaeyoung.
“Tolong izinkan saya menyelesaikan permasalahan saya. Hanya satu minggu, kurasa aku sanggup menyelesaikannya.”
Dengan mudahnya para staf mengizinkannya. Mungkin ini salah satu resiko yang harus kuambil dalam dunia entertainer seperti ini.
Ting tong ting tong…
Bel pertanda subway sudah sampai ditempat yang dituju menyadarkan lamunan Jinki. Kini tatapannya tertuju pada Sohyun. Tatapan penuh sesal dan kepedihan.
“Hyunie-ah, bangunlah! Kita sudah sampai.” Kata jinki sambik membangunkan Sohyun.
“Eeeeuunghhh….”
Sohyun pun segera tersadar dan merapikan pakaiannya yang tampak kusut menurutnya.
“Ah, mianhaeyo, Seonbae?”
Dia bahkan sering memanggilku seonbae ketimbang Oppa, batin Jinki.
“Gwaenchan. Apa kau bisa bangun? Kita sudah sampai. Sekarang kita akan lanjut menaiki busway. Kau bisa berjalan?”
“Umm…” sahut Sohyun yang tampak belum memulihkan keseimbangannya saat posisi berdiri.
Di dalam bis mereka masih saja berbincang. Dari mulai pelajaran, eksschool sampai teman-teman. Tak terasa mereka pun sampai pada halte terakhir.
Perjalanan dari halte menuju rumah Sohyun tidaklah terlalu jauh. Baru beberapa langkah melangkah, tiba-tiba saja terlihat sosok namja yang dikenal sohyun baru-baru ini.
Tepat setelah Sohyun meninggalkan anak tangga terakhir busway, spontan bibirnya menyebut nama orang itu sekalipun ia tengah bersama dengan Jinki yang notabene adalah namjachingunya.
“Kim Myungsoo?…”
*****TBC*****