Karena shock dan banyaknya hal yang kupikirkan semalam, sampai-sampai membuatku susah tidur. Karenanya, aku merasa tak enak badan dan memutuskan untuk tidak ke sekolah hari ini
Mendengar kabar aku yang tidak masuk sekolah hari ini sepertinya membuat teman-teman sekelasku agak khawatir. Karena banyak dari mereka yang sengaja meninggalkan kegiatan ekskulnya demi menjengukku.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, kedua sahabatku yang sering datang ke rumahku itu memimpin rombongan teman-teman masuk ke rumahku begitu saja. Untung aku sedang tidak berbuat yang aneh-aneh. Bagaimana kalau aku sedang di kamar mandi tadi. Hufth…
“Yaa~ uri Sohyun-ah~? Waegure? Gwaenchannie?”
Seru Yoojung merengek datang padaku seraya memelukku dengan penuh kasih sayang dan mengkhawatirkanku.
“Kogjomarayo~ Gwaenchanayo!” Balasku dengan senyum.
“Hyunie-ah~” kini gantian Saeron yang memelukku. “Aku benar-benar merasa kehilanganmu, chingu. Apa kau sudah sehat sekarang?”
“Kurom…! Aku sehat. Gomawoyo, chingudeul. Aku hanya ingin istirahat saja di rumah, sehari. Bagaimana sekolah hari ini, umm?” Sadarku ada teman-teman lainnya di sini, aku pun berkomunikasi dengan mereka.
“Jangan pikirkan sekolah, Sohyun-ssi. Lagipula kau butuh istirahat, kan?” Sambar Mijoo. Rupanya dia juga datang, batinku. “Sepertinya kalian akur sekali ya? Hmm…” sambung Mijoo ditutup dengan tawa kecil di wajah manisnya itu.
“Tentu saja. Kami kan trio Kim!” Jawab Yoojung yang masih saja menggelayuti lenganku. Membuatku risih sekaligus nyaman.
“Trio Kim? Igo, mwoya?” Tanya Mijoo antusias.
“Trio Kim ya kami bertiga. Alasannya sederhana saja, karena nama keluarga kami sama-sama Kim. Hihi..” Saeron membantu menjelaskan.
“Kalian benar-benar membuatku iri. Aku pernah memiliki nama seperti itu. Duo Lee. Tapi sampai sekarang perjalanan kami tidak mulus. Karena sesuatu hal akhirnya kami pun terpisah dan tak seakrab dulu. Semoga kalian tetap akur ya chingudeul!” Masih dengan senyumnya, dia membuat kami tersindir sekaligus merasa diperingati olehnya. Mijoo memang memiliki sesuatu.
“Umm… kuronika, kami berusaha selalu menjaga keutuhan kami. Saling percaya satu sama lain dan saling mengerti, itu yang terpenting.” Balasku dengan penuh keyakinan menguatkan kedua sahabatku.
Selain Mijoo, rupanya ada juga Sungmin dan Jonghyuk beserta kedua antek-anteknya, yang menemani, yakni Chasik dan Taekyung. Mereka ribut sekali dengan tingkah bodoh mereka. Terutama Sungmin yang berusaha menghiburku dengan lawakannya. Meskipun begitu aku tetap senang karena mereka masih bersedia menemaniku di saat seperti ini.
Tak berapa lama, tiba-tiba kami semua dikejutkan dengan kehadiran Sungyeol dan Myungsoo beserta bawaannya. Mereka membawa banyak sekali camilan, minuman juga buah yang khusus diparcelkan untukku. Dengan riangnya mereka menyerbu kedua tangan Sungyeol yang penuh dengan kantung berisi jajanan. Sementara Myungsoo datang menghampiriku dengan parcel buah yang terbungkus dengan indahnya.
“Makanlah jika kau sudah lebih baik.” Ujarnya dengan suara datar kaku. Sepertinya dia memberanikan diri untuk memberikannya padaku.
“Umm… gomawo.” Jawabku juga dengan perasaan gugup.
Entah malu atau bagaimana, Myungsoo hanya pergi dari kamarku begitu saja setelah memberikan parcel itu padaku.
“Whoa~ apa yang baru saja kita lihat barusan, Jungie-ah? Seperti adegan di drama saja ya. Co cuit…” kata Saeron mencoba menggodaku.
“Yaa adeura… pssstt!” protesku tak ingin membuat Mijoo mendengar ucapan Saeron.
“Wae? Aku tak menyangka kalau kau berani mengambil uri-Myungsoo dariku, Kim Sohyun! Bagaimana bisa kau tak memikirkan perasaanku, eoh? Kau jahat Sohyun-ah. Kau jahat!” Kali ini gantian Yoojung yang meledekku sambil merubah gaya bicaranya seolah seperti orang yang sedang mabuk.
“Yaa~ gemhanhae…” protesku kali ini dengan serius. Karena perkataan Yoojung berhasil menarik perhatian semua teman yang ada di kamarku saat ini. Aigoo… eottokaji? Bahkan Mijoo dan Sungyeol pun menatapku dengan penuh prasangka yang akupun tak tahu apa yang mereka pikirkan tentang diriku. Karena kesal akupun memutuskan keluar dari kamarku.
“Aish… jinja. Apa-apaan mereka itu? Kenapa harus berbuat seperti itu. Aku benar-benar dibuatnya malu.” Aku memang berencana untuk duduk di teras dan mendapatkan udara segar. Namun sesaat aku ingin rasanya membatalkan niatku itu setelah melihat Myungsoo yang sudah berada di sana.
“Astaga!” Seruku kaget setengah mati. Dia pun menoleh ke arahku karena mendengar suaraku.
“Sohyun-ah?” sapanya dengan membulatkan matanya, kaget karena melihat kehadiranku.
“Eoh. Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau tak masuk ke dalam saja dengan yang lain?” Tanyaku dengan sikap layaknya sang empunya rumah kepada tamunya.
“Ah… anniyo. Aku tak suka dengan suasana ramai seperti itu. Aku lebih senang dengan suasana yang tenang.” Jawabnya dengan senyum. Kenapa dia jarang sekali tersenyum? Padahal senyumnya sangat manis menurutku. Bahkan ini pertama kalinya aku melihat ada lesung di kedua pipinya. Daebak!
“Kurega? Umm… arraseo. Keundae, bukan untuk menghindari Mijoo, kan?” Tanyaku setelah memberanikan diri.
Aduh… sepertinya aku sudah salah bicara. Senyumnya yang indah itu sekejap menghilang dari wajahnya. Wajah dingin dan suram itu tampak lagi sekarang. Ah~ eottoke? Apa dia marah padaku?
“Kemarilah!” Titahnya sambil menepuk ubin di sampingnya agar aku duduk di sana seperti dirinya. Tanpa pikir panjang aku langsung menurutinya.
“Apa dia yang mengatakannya padamu?” Tanya Myungsoo dengan tatap sendu mengarah pada rumput-rumput yang ada di dekat sepatunya.
“Ah… anniyo… keunyang…lebih tepatnya dia mengumumkannya.”
“Jeongmalyo?” Betapa kagetnya.dia mendengar pernyataanku. Matanya yang sipit itu kemudian terbelalak lebar mengiri emosinya. Lalu entah kenapa kini ia tertunduk dan mulai bercerita panjang padaku.
“Dulu… kami pernah bersama. Tapi aku tak pernah berharap bahwa kami akan berpisah dengan cara seperti itu. Yeoja manis nan baik hati di mataku memiliki kesempurnaan yang tak akan pernah kulihat pada orang lain sebelumnya, sekejap berubah seperti orang yang tak kukenal. Aku merasa dipermainkan olehnya. Apa maksudnya akupun tak tahu. Untunglah aku belum memiliki cinta sedalam itu. Hanya saja…”
Tiba-tiba saja mulutnya berhenti berbicara. Aku hanya nemandangnya dalam, sementara ia tetap menundukkan wajahnya. Aku takut ia akan menangis, pikirku. Tapi sepertinya aku terlalu berlebihan. Aku mencoba menyodorkan saputangan dari sakuku. Tapi justru dia medorong balik tanganku menolak saputangan yang kuberikan.
“Apa kau pikir aku nanja yang sentimentil atau cengeng, begitu?” Ketusnya seraya nenatapku sinis.
“Ah… mianhae! Aku hanya…”
“Haish…” ia pun menghela nafas panjang mencoba melegakan dadanya. “Begitulah. Akhirnya kami putus dan mulai bersikap kekanakan, seperti kami tak pernah mengenal satu sama lain. Bukan dia yang membuatku sedih. Tapi karena sikapnya yang pengecut itu yang membuatku membencinya.”
“Waeyo?” Tanyaku hati-hati
“Kudengar dari Sungyeol bahwa IU yang yang memintanya melakukannnya karena ia menyukaiku.”
“IU? Nuguja?” Tanyaku lagi, mendelik.
“Adikku. Lebih tepatnya adik tiriku. Gadis yang tempo hari menemuiku. Kau pun ada di sana saat itu.”
“Mwo?!” Aku pun tersentak kaget mendengarnya. Kucoba mengingat gadis yang dimaksudnya itu. Ah… gadis berambut panjang yang juga cantik itu? Benakku penuh dengan tanda tanya tentang sosok yang tengah duduk di sampingku saat ini. Daebak! Dia benar-benar orang yang misterius.
“Ya, begitulah kenyataannya. Kami adalah kakak beradik yang sama-sama memiliki perasaan yang sama satu sama lain.”
“Chamkanman! Bagaimana bisa kalian…”
Myungsoo tersenyum miris dan tatapannya tampak lebih sendu saat ini. “Karena aku juga menyukainya. Sebenarnya yang membuatku membenci Mijoo adalah karena IU. Mungkin kau tak pernah bisa mengerti apa yang kurasakan. Tapi luka yang mereka buat padaku, aku ingin segera menyembuhkannya.”
“Wae?” Kali ini giliranku yang ingin mendengar pernyataannya tentang diriku. Dia pun menoleh ke arahku. “Kenapa kau menceritakannya padaku. Apa kau tak takut aku akan nembocorkannya pada teman-teman yang lain?”
“Anni. Aku sudah mengenalmu, Sohyun-ssi. Kupikir kita bisa berteman. Aku sudah tahu orang seperti apa dirimu. Meskipun aku baru mengenalmu, aku juga tak tahu apa saja yang sudah kau lalui, bagaimana dirimu sebelum aku bertemu denganmu. Tapi aku belum pernah bercerita panjang lebar seperti ini sebelumnya selain padamu. Kuharap kita bisa berteman.”
Teman? Tanpa ragu dia menyodorkan tangannya berharap berjabat tangan denganku. Meski berat hati menerimanya, tapi aku akan mencobanya. Teman ya? Ya! Aku menyambut tangannya dan kami saling melemparkan senyum satu sama lain.
*****
Saat terjadi obrolan yang menarik di ataran Sohyun dan Myungsoo, rupanya ada yang diam-diam memperhatikan mereka. Tepatnya tiga sisi pribadi yang menyaksikannya. Pertama adalah Saeron dan Yoojung yang menyibukkan diri menguping dari balik ruang tamu rumah Sohyun. Namun sayangnya mereka tak begitu jelas mendengarnya. Lalu ada Mijoo yang tak sengaja melihat mereka dari jendela ruang tengah saat ia kembali dari kamar mandi. Kemudian ada Sungyeol yang sejak awal terus memantau gerak-gerik Myungsoo yang dengan mudahnya dilihatnya meski dari kamar Sohyun dan ditengah keramaian teman-teman lainnya. Bahkan dari sana pun ia tetap bisa melihat Mijoo yang pastilah merasa terluka. Sungyeol menatap dalam kearahnya.
Ketiganya memiliki pemikiran masing-masing tentunya. Namun tak ada satu pun yang berani menanyakannya langsung kepada Myungsoo ataupun Sohyun. Terutama Mijoo yang terlihat sangat sedih selama ia berada di rumah itu. Meski tak ada satupun yang menyadarinya, tapi tidak dengan Sungyeol. Karena bagaimanapun ia adalah saudaranya. Sebenci apapun, Mijoo tetap seorang adik di matanya.
Bak seorang pengasuh untuk dua orang yang berharga untuknya yaitu Myungsoo dan Mijoo, wajah yang selalu tampak ceria itu memiliki hal yang tak seorangpun mengetahuinya. Ia memegang tanggung jawab penuh untuk tetap bersikap bijaksana kepada majikan dan adik sepupunya itu.
*****
Seoul High School…
Di cuaca yang cerah seperti hari ini adalah saat yang paling dibenci ileh seorang Lee Jieun. Karena waktu debutnya yang akan dilaksanakannya dua bulan lagi, ia harus rela mengorbankan waktunya untuk latihan setiap hari.
Seperti halnya hari ini, ia pun harus menyelesaikan latihan dancenya. Meskipun ia akan debut menjadi penyanyi solo, tapi ia tetap harus memiliki daya pikat lain selain menyanyi. Menari, ekspresi dan juga haru menguasai panggung dengan aksinya. Tak hanya itu, ia pun harus belajar berakting yang baik untuk menunjang aksinya tersebut.
“Sunbaenim, kita hentikan dulu saja latihan hari ini, eoh? Aku sudah lelah…” keluh Jieun pada pelatih dancenya. Dengan nafas terengah-engah dan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya, tampak jelas betapa ia sangay berusaha.
“Tapi kau masih belum bisa menguasai gerakan yang kuajarkan kemarin.” Sahut sang pelatih.
“Arraseo~ kalau begitu beri aku istirahat sebentar saja.
“Kurom. Kita akan break selama 15 menit. Kuharap kau beristirahat sambil menghafal koreoku, arrachi!” Pesan sang koreografer sebelum akhirnya meninggalkan Jieun seorang diri.
“Jangankan mengingat koreo, kepalaku hanya terisi dengan bayangan L. Ah~” rutuk Jieun seraya menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.
Rupanya suara yang ditimbulkan Jieun memancing perhatian seseorang. Seseorang yang sama-sama sibuk menjalani masa persiapan comebacknya tahun ini. Ya, comeback ketiganya dengan dua album yang sudah disukseskannya dua tahun sebelumnya secara berturut-turut.
Tok..tok..tok..
Jieun mendengar suara ketukan pintu dari arah belakang. Ia pun menoleh, dan dilihatnya sang bintang dengan wajah yang tak asing dan sangat dikenalnya di layar kaca. Kehadiran orang itu cukup membuat Jieun terkejut. Sontak ia langsung bangkit dari tempat duduknya dan membungkukkan badan seraya memberi hormat.
“Seonbaenim? Annyeong hasimika?”
Namja dengan rambut bergaya harajuku berwarna coklat itu masuk ke dalam ruang latihan yang sedang didiami Jieun dengan senyumnya yang khas. Senyum mengembang hingga memperlihatkan barisan giginya yang teratur rapi dan gigi kelinci di bagian terdepannya.
“Bukankah pertanyaan itu seharusnya diajukan padamu?” Balasnya yang langsung duduk di kursi yang baru saja ditinggalkan Jieun itu. Sementara Jieun hanya tersipu malu mendengar sindiran halus sang senior yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu.
“Apa yang sedang Seonbae lakukan di sini? Apakah Seonbae juga sedang latihan dance sepertiku?” Tanya Jieun lagi dengan posisinya yang masih berdiri di depan Lee Jinki.
“Kurochi.” Jawab Jinki singkat tanpa melupakan senyumnya. “Jadi bagaimana? Apa kau masih belum bisa menguasainya?”
“Ne, Seonbae.”
“Apa yang kau lakukan di situ. Kemarilah, duduklah di sini.” Ucap Jinki sambil menepuk kursi panjang yang masih cukup jika ditambah satu orang lagi yang duduk.
“Kamsahamnida.” Jieunpun menurut tanpa penolakan.
“Yaa… jangan terlalu sungkan begitu. Jangan panggil aku Seonbae juga. Aku tidak suka mendengarnya.
“Tapi Seonbae…”
Jinki tak menghiraukan protes yang diucapkan Jieun. Dia malah sengaja berlagak dengan memalingkan wajahnya dan menutup kedua telinganya dengan telapak tangan.
“Jadi aku harus bagaimana, Soenbaenim?” Pinta Jieun yang kebingungan.
“Kau bisa memanggilku dengan sebutan lain, kan? Misalkan saja Orabeoni, annimyeon Oppa?”
“Baiklah, Seonbae. Ah… anni. Maksudku.. Oppa…” jawab Jieun hati-hati.
Mendengar jawaban Jieun membuat Jinki sangat senang. Terlihat dari seluruh wajahnya yang ikut tersenyum.
“Nah, begitu kan lebih baik.”
“Yaa Lee Jinki! Rupanya kau sedang di sini?” Seruan kencang terdengar dari arah pintu masuk.
“Eoh.. Ne, Seonbaenim!” Sahut Jinki dengan kekehan. Sesekali ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu karena merasa terpergok sang koreografer.
“Apa ada sesuatu di antara kalian?” Bully sang Koreografer.
“Anniyo… Aku hanya mampir sebentar. Setelah latihan tak sengaja aku melihat IU yang sepertinya terlihat sangat kesal dan marah-marah sendiri tadi. Jadi aku bermaksud menghiburnya saja.”
“Oppa~” protes Jieun yang langsung mengundang perhatian koreografer.
“Oppa?” Sambar sang pelatih. “Apa kau kesal padaku, Lee Jieun-ssi?” Guyonnya.
“Ya..ya..ya..seonbae, chankaman. Jangan begitu. Tak bisakah kau melatih dengan baik-baik? Jangan terlalu keras padanya.”
“Aigooo… Neo, ka!” Teriak si koreografer kali ini tampaknya serius.
“Ya, Seonbanim~ Jangan marah, eoh?! Arraseo… aku akan pergi. Jieun-ssi, hwaiting!”
Jinki pun pergi meninggalkan Jieun dan koreografernya. Dengan wajah ceria diiringi kekehan kecil, Jiuen keluar dari ruang latihan. Sementara tatapan Jieun tetap tertuju pada Jinki hingga bayangan dirinya mulai tak tampak lagi.
“Aku ingin kau seperti dia.” Tukas sang pelatih.
“Nde?” Tanya Jieun tak mengerti.
“Ya, berbeda darimu. Dia dulunya adalah salah satu muridku yang memiliki banyak keterbatasan dalam dirinya. Seperti finansial, wajah, bahkan suara. Tapi dia memiliki tekad dan keyakinan. Ia melewati semuanya. Melalui perhatian yang diberikan direktur padanya, ia pun bermetamorfosis menjadi seperti sekarang. Namanya tak pernah tak dikenal di korea. Bahkan belum lama ia baru saja melakukan konser di Jepang dan China. Bukankah dia hebat?!” Tutur sang pelatih.
“Eoh…” Jieun tertunduk setelah mendengar cerita seorang Lee Jinki dari pelatihnya.
“Neo… harus yakin dengan kemampuan yang ada pada dirimu.” Pelatih menepuk lembut pundak Jieun memberikan semangat. “Kau tak boleh bimbang. Kau harus fokus jika ingin karirmu baik. Kau tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Bahkan melalui koneksi Ayahmu, kau tak perlu repot-repot melakukan audisi seperti yang lainnya. Salah satunya orang yang barusaja kau temui itu. Kau tidak akan tahu bahwa dirimu adalah orang yang hebat sebelum kau mencoba mengeksplore semua yang kau miliki. Tunjukkanlah pada dunia bahwa kau adalah orang hebat.” Lanjut sang pelatih memotivasi anak didiknya itu.
“Nde, Seonbae. Aegesumnida!” Jawab Jieun sigap. Merasa telah mendapatkan suntikan motivasi, kini Jieun pun lebih semangat dalam latihan. Bahkan koreo yang kulanya tak bisa dilakukannya mendadak dapat dikuasainya.
Rupanya Lee Jinki yang sejak tadi berpamitan untuk pulang itu ternyata diam-diam masih memperhatikan dari sudut pintu masuk, ia bersandar di tiang pintu itu dengan bersedekap tangan. Tak seperti Jieun yang tidak menyadari adanya Jinki, namun sang pelatih tahu akan keberadaannya. Diam-diam mereka saling melempar pandangan dan senyuman. Setelah itu, Jinki baru benar-benar berpamitan pulang dengan membungkukkan tubuhnya dari kejauhan dan dibalas dengan anggukan oleh sang pelatih.
*****
Pagi hari ini Gangnam High School sudah dibuat ribut oleh kedatangan salah satu siswanya yang lama baru kembali dari kegiatan keartisannya. Tak heran, namja yang satu ini selalu membuat hati para yeoja yang mengidolakannya menjadi kalang kabut tiap kali dirinya datang ke sekolah layaknya pelajar pada umumnya.
Tak hanya kelas lain, rupanya kelas 2-2 yang diinapi oleh Trio Kim untuk melakukan kewajibannya itu tak ketinggalan heboh. Mereka sibuk membicarakan sang idola.
Sayangnya hari itu Trio Kim datang agak siang karena harus menjemput dan bersabar menunggu Yoojung yang bangun kesiangan.
“Ya, Kim Yoojung! Besok-besok aku tidak akan mau menunggumu seperti tadi ya.” Ancam Sohyun.
Mereka yang tergesa-gesa berlarian di lorong karena setiap kelas sudah memiliki jam pelajaran pertamanya masing-masing. Salah satu kelas yang mereka lewati adalah kelas 3-2 yang kerupakan kelas sang idola itu. Ia yang melihat trio Kim tengah lari tergopoh-gopoh itu pun terkekeh geli sembunyi-sembunyi dari sang guru.
“Mianhae… aku kan sudah berulang kali minta maaf, teman-teman. Apa kalian benar-benar tak ingin memaafkanku, eoh?” Jawab Yoojung menyesali kesalahannya.
“Sudahlah, teman-teman. Sekarang bukan waktunya membahas itu. Apa kalian lupa kelas siapa ini, eoh?” Tukas Saeron dengan nafas terengah-engah.
“Hah…hah… Kau benar, Saeron-ah! Kajja, palli, palli!” Ucap Sohyun mengomandoi.
“Aigoo… kenapa aku naru sadar ya kalau kelas kita berada di ujung. Jauh sekali~” gerutu Yoojung dan masih tetap berlari.
Saat Trio Kim itu sampai di kelas dengan nafas yang terengah-engah dan keringat yang cukup deras mengalir di pelipis mereka masing-masing, tentu saja mereka berhasil mengejutkan seisi kelas. Begitu juga dengan sang guru, Cho Kyuhun.
Mereka membuka seloroh pintu kelas dan serempak mengucapkan salam. “Selamat pagi, Seosaengnim!”
“Woah… kompak sekali kalian.”
“Jisunghamnida, Cho Saem. Kami datang terlambat…” kata Sohyun seraya membukuk memberi hormat sekaligus keminta maaf. Tak terkecuali Saeron dan Yoojung yang turut mengikuti.
“Ckckckck…” decak sang guru sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena perbuatan ketiga muridnya itu.
“Hah… sepertinya kalian pun sudah tampak kelelahan, kan?”
“Iye, Saem!” Sahut Yoojung.
“Kalian juga pasti tak ingin mendapatkan hukuman lagi dariku, kan?”
“Nde, Saem!” Sambar Yoojung lagi.
“Baiklah, aku mengerti. Kalian boleh berdiri di pojok sana sampai kelasku berakhir. Arrachi?”
“Mwo?” Tanya Yoojung bermaksud protes. Namun malah tawa dari seluruh teman-temannyalah yang mereka dapatkan.
“Saem~ ” rengek Yoojung. Namun sang Guru tetap dalam perintahnya semula. Sohyun pun menarik lengan Yoojung dan Saeron untuk menurutinya. Mereka pun berdiri di pojok kelas bersampingan dengan pintu yang barusaja mereka lalui tadi.
Dua jam telah berlalu. Selama itu pula Trio Kim berdiri di sudut kelas dan mengakhiri hukumannya setelah bel istirahat berbunyi.
Sebelum Guru Cho keluar kelas, ia sempat berbicara kepada ketiga muridnya yang barusaja menerima hukuman darinya itu.
“Ah, Saem… teganya Anda pada kami~ ” keluh Yoojung sambil jongkok merilekskan kakinya yang lelah berdiri.
“Kalian jangan membuatku terlihat seperti orang yang kejam begitu dong.” Sahut guru Cho meladeni omongan muridnya itu. “Kalian tidak perlu sedih, karena sebentar lagi kalian akan sangat merasa senang. Bukan begitu, Sohyun?”
“Chogiyo?” Tanya Sohyun yang bingung dengan perkataan Saemnya itu. Cho Saem hanya mengulum senyum dan melambaikan tangannya sebelum akhirnya ia meninggalkan kelas 2-2.
Tanpa mereka sadari, toba-tiba saja kelas menjadi ribut sepeninggal wali kelasnya itu. Terutama dari kelompok yeoja yang sedari tadi tak henti-hentinya berbicara.
“Yaa! Kenapa kalian begitu ribut? Tak bisakah kalian tenang untukku hari ini saja, eoh?” Protes si tukang mengeluh, Yoojung.
“Yaa! Bukan hanya kami saja yang ribut hari ini. Tapi seluruh sekolah pun melakukan hal yang sama, kau pasti tak tahu kan?!” Sahut salah satu teman sekelasnya.
“Apa maksud kalian?” Tanya Sohyun yang mulai penasaran.
“Ya, Kim Sohyun. Bukankah kau yeojachingunya?” Sambar yeoja yang lainnya hingga menarik seluruh perhatian teman yang lainnya. Seluruh mata pun serempak tertuju Sohyun. Bahkan Myungsoo dan Mijoo yang mulanya tak tertarik pun turut mengarahkan pandangannya ke arah Sohyun.
“Apa… maksud kalian?” Tanya Sohyun yang semakin penasaran dengan sikap semua temannya itu.
“Jadi kau tidak benar-benar tidak tahu, Sohyun-ah? Uri seonbae dari kelas 3-2, Lee Jinki. Dia sudah kembali ke sekolah. Bukankah kalian berpacaran?” Sambung teman sekelas yang lain.
Mendengar perkataan teman-temannya tentu saja membuat Trio Kim terutama Sohyun terpaku. Sohyun seperti tak percaya dengan apa yang barusaja didengarnya. Kali ini dia benar-benar shok. Dia hanya diam berdiri dan tampak membeku. Tak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya.
“Sepertinya mereka sudah putus.”
“Iya, ya. Lihat ekspresinya itu. Dia tak merespond sedikit pun.”
“Apa benar mereka sudah putus?”
“Ah… sepertinya tidak.”
Seluruh kelas malah sibuk membicarakan hubungan keduanya. Sampai-sampai Saeron dan Yoojung merasa risih dengan sikap mereka.
“Yaa adeul-ah… geumhanhae…” pinta Saeron yang sedari tadi tak melepaskan kedua tangannya menopang tubuh Sohyun. Ia tahu benar perasaan yang sedang dirasakan oleh sahabatnya itu yang sejak tadi hanya diam saja meski semua teman-temannya sibuk mencibirnya.
“Yaa!” Teriak Yoojung kali ini yang bahkan suaranya dikalahkan oleh teriakan seisi kelas bahkan dari luar kelas yang semakin lama semakin kencang.
“Kkyyaaa~~~~”
Kini Trio Kim berserta Myungsoo dan Mijoo benar-benar yakin dengan berita yang sejak tadi heboh dibicarakan oleh seluruh sekolah mengenai kembalinya sosok Lee Jinki ke sekolah setelah sebuah suara yang akrab di telinga namun lama tak terdengar itu kini ada di kelas mereka dan menyapa Sohyun dengan senyuman indah di wajahnya.
“Hyunie-ah… Annyeong~”
Seluruh mata beralih menatap Lee Jinki yang muncul dari arah pintu masuk kelas mereka. Termasuk Trio Kim, Myungsoo dan juga Mijoo yang tampak terkejut dengan kedatangan Jinki tersebut.
“Oppa…” lirih dan sendu namun terdengar dengan jelas oleh Jinki dengan membaca gerak bibir yeojachingunya itu yang tampak bergetar. Jinki membalas dengan senyum lebar khasnya yang khusus diberikannya untuk yeoja yang dirindukannya itu.
*****TBC*****
"Kali ini romance banget yuu... Onew and Sohyun ketemu lagi... Penasaran kelanjutannya? Author langsung kasih kelanjutannya kok!
Happy reading All.. Athor saranin buat baca chapter 6-7 nya sambil dengerin musik Ballad, ya!!! ^^
oh iya, ditunggu komennya ya... jangan sampai enggak lhoo... Lovenya juga ya...
chuuu....