home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Wedding Affair

Wedding Affair

Share:
Author : rinyong
Published : 21 Oct 2015, Updated : 12 Jan 2016
Cast : Lee Seunghoon (Winner), Min Hana (OC)
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |2554 Views |4 Loves
Wedding Affair
CHAPTER 4 : Tiga

“Jadi kau benar-benar menerobos lift direktur Lee, Min Hana?”

“Mana aku tahu kalau dia direktur di perusahaan ini.”

Wanita yang bernama Min Hana terlihat kesal karena menjalani hukuman dengan lembur sampai jam 10 malam ini, semakin kesal karena Sunhye, sahabat sekaligus teman kerjanya tidak berhenti bertanya tentang perawakan pria yang siang tadi ditariknya masuk ke dalam lift yang juga ternyata direktur perusahaan tempat ia bekerja.

“Hukumanmu tidak berhenti sampai di situ, Hana-ssi. Besok, kau harus meminta maaf langsung ke direktur Lee.”

Helaan nafas Hana terdengar panjang begitu mengingat ucapan atasannya bahwa ia harus meminta maaf pada pria yang membuatnya terkena hukuman ini. Hana membereskan semua berkas pekerjaannya yang berantakan di atas meja dan mematikan komputer miliknya yang menyala. Ia melakukannya dengan setengah hati karena pikirannya sudah penat dengan angka-angka yang tak pernah dipegangnya dalam bentuk uang.

“Aku sangat lapar. Ah….”

Hana memegangi perutnya sambil menyandarkan kepalanya dengan manja pada bahu Sunhye. “Apa kita perlu memanggil lelaki penghibur untuk menemani kita makan?”

Mata lelah Hana berubah menjadi berbinar begitu mendengar kata lelaki penghibur dari temannya. Bayangan lelaki tampan yang menuangkan minuman padanya dan lelaki lainnya yang membakarkan daging untuknya membuatnya semakin menginginkan lelaki penghibur itu.

“Jadi kau harus minta maaf pada direktur perusahaan itu? Apa kau tidak bisa membedakan pegawai biasa dengan direktur, gadis bodoh?”

Hana merebahkan kepalanya di atas meja. Jika ia tahu lelaki penghibur yang dimaksud adalah dua orang pria berwajah tampan tapi sebenarnya pria yang bodoh, sudah pasti ia memilih untuk pulang dan tidur. Tawa puas dari dua pria itu memenuhi gendang telinga Hana namun ia tak mau berbuat apa-apa selain berpura-pura tidur sambil mendengarkan ocehan mereka.

“Apa gadis bodoh itu tidur, Sunhye?”

Sunhye melihat mata Hana yang tertutup dan mengangguk kecil tapi sebenarnya ia sedang membentuk kata ‘pura-pura’ ke dua pria yang ada di hadapannya. Salah satu dari dua pria itu mengangguk mengerti dengan ucapan Sunhye.

“Bukankah kau bilang tadi kalau direktur itu adalah orang yang Hana belikan minuman juga? Woaaahhh apa ini takdir? Apa mungkin mereka jodoh?”

-plak-

“AAACCKK!! MIN HANA!!”

Hana menegakkan kepalanya dengan segera dan melayangkan telapak tangannya ke kepala pria yang menggodanya dengan kata takdir dan jodoh. Hana kesal sekaligus marah karena dua hal itu. Dua orang yang bersama mereka pun terdiam lalu saling memandang kemudian bergantian memandang Hana dan pria yang masih kesakitan karena pukulan Hana.

“Aiissh… Kim Jongin, bagaimana mungkin kau mengatakan itu? Takdir dan jodoh Hana itu hanya satu, pria yang sedang berada di Vietnam sana. Kau pantas dipukul karena itu!”

“Kau juga sama saja dengan Jongin, Park Chanyeol!”

Sunhye menatap tajam pada Jongin dan Chanyeol karena menggoda Hana secara berlebihan. Sesaat suasana menjadi kikuk karena aura kekesalan Hana masih terpancar jelas di depan ketiga sahabatnya namun Chanyeol yang memang menjadi kunci keriangan mereka selalu mempunyai cara untuk mencairkan suasana.

“Eeiii… Ini terlalu menegangkan. Kita bukan kali ini saja seperti ini. Aku baru ingat! Apa kalian ingat Aira, Kim Aira, baru-baru ini aku bertemu dengannya dan aku sangat terkejut melihat perubahan dari tubuhnya.”

“Memangnya kenapa dengan tubuhnya?”

Chanyeol memberi isyarat kepada ketiga temannya untuk mendekat, “Itunya tiga kali lebih besar dari sebelumnya,” Chanyeol berbisik sambil menunjukkan bagian dadanya, “Tapi besarnya tidak seimbang.”

Ketiga sahabatnya kembali ke posisi semula, mereka terdiam mendengar cerita Chanyeol. Dengan tatapan heran, Chanyeol berpikir tentang reaksi yang mungkin diberikan mereka sambil memikirkan apakah ceritanya tidak lucu bagi ketiga temannya.

Semburat tawa muncul pertama kali dari Hana dan detik berikutnya tawa mereka pecah. Jika sudah berhubungan dengan orang lain, ke empat sahabat ini sangat kompak untuk menertawakannya dengan semangat.

“Hana, apa kau bisa pulang sendiri?”

“Yaa… Aku bisa. Sampai jumpa.”

Hana melambaikan tangan pada ketiga sahabatnya dan berjalan tidak beraturan karena kesadarannya berkurang akibat mabuk. Senandung kecil dari bibirnya keluar dengan suara parau, ia bahkan secara tidak sadar sudah melambai-lambaikan tangannya mengikuti alunan suara yang ia nyanyikan.

Hana berhenti sesaat pada sebuah dinding karena gas dalam perut membuatnya merasakan mual. Bersandar dengan tangan kanan yang menutup mulut, rasa mualnya sudah sampai di ujung tenggorokannya.

“Huuueeekkkk….”

Tepat disaat Hana muntah, pintu café terbuka dan muntahan Hana mengenai lengan seorang pria yang tiba-tiba saja terkejut atas apa yang terjadi dengannya. Pria itu memandang sisi kanannya dan menemukan Hana yang masih menutup mulutnya menahan tekanan gas dalam perutnya.

“Apa kau baik-baik saja, Lee Seunghoon?”

Mendengar nama Lee Seunghoon, Hana merasakan perutnya tidak mual lagi. Sesaat Hana berpikir apa nama itu sangat ajaib atau mungkin pasaran namun sekali lagi ia mendengar seorang pria menyebut nama itu membuat Hana mengerjapkan matanya mencari kesadaran yang tersisa. Hana menengadahkan kepalanya untuk memastikan pria dengan nama Lee Seunghoon yang tubuhnya terkena muntahannya adalah orang yang berbeda dengan Lee Seunghoon direktur perusahaan tempat ia bekerja.

“Mati kau, Min Hana.” lirihnya

“Kau bilang apa?”

.

= W E D D I N G   A F F A I R =

.

“Ha… haaaaa~”

Hana terkulai jatuh ke aspal, ia terpaksa berpura-pura pingsan untuk menghindari Hoon. Saat ini Hana sangat berharap bahwa salah satu dari dua pria bodoh entah itu Jongin atau Chanyeol mengekorinya dan bergegas menolongnya tapi sepertinya Hana harus mengubur harapan itu dalam-dalam karena suara selanjutnya yang ia dengar berasal dari salah satu pria yang bersama Hoon.

“Dia pingsan, bagaimana ini?”

Seungyoon menghampiri Hana, memeriksa keadaannya namun segera menjauh ketika mencium aroma alkohol dari area wajah Hana. “Gadis ini sangat mabuk.”

“Aku akan membawanya bersamaku.” Mino mengajukan diri untuk membawa Hana dengan senyum playboy yang ia tunjukkan, Seungyoon hanya menunjuk-nunjuk Mino karena mengetahui akal bulus playboy itu.

“Pulanglah, aku akan mengantar gadis ini pulang.”

Kedua sahabat Hoon saling memandang, “Kau mengenalnya?”

“Dia pegawaiku.” Jawab Hoon dingin.

Setelah mendengar jawaban Hoon, kedua orang itu berdiri dan pergi meninggalkan Hoon dan Hana di sana. Hoon memandang dingin ke Hana dan Hana mampu merasakan tatapan Hoon sekalipun matanya terpejam, ia tengah memikirkan apa yang sebaiknya ia lakukan sekarang. Jika ia bangun tiba-tiba, ia akan terlalu kelihatan berbohong. Hana merasakan tubuhnya mulai tak bersentuhan dengan aspal lagi, masih dengan mata terpejam Hana merasakan tubuhnya kini bertumpu pada tubuh lain. Hana membuka matanya sedikit dan melihat posisinya saat ini, tubuhnya sudah berada di atas punggung Hoon.

‘Apa aku harus bangun? Dia kan tidak tahu rumahku, lalu aku akan dibawa kemana? Kalau aku bangun sekarang, dia pasti aku meminta ganti rugi padaku. Apa yang harus aku lakukan?’

Hana terus saja berbicara dalam hati hingga tubuhnya bergerak gelisah. Merasa tubuh Hana semakin berat karena banyak bergerak, Hoon menghentakkan tubuh Hana sedikit ke atas agar ia bisa kembali menyeimbangkan tumpuan untuk menggendong Hana.

Hoon tiba di depan sebuah hotel, ia membawa tubuh Hana masuk ke lobi hotel. Hoon berdiri sesaat di depan resepsionis lalu mengambil kartu kamar hotel tersebut. Saat berada di dalam lift pun Hoon tidak menurunkan Hana, ia berhati-hati membawa Hana di atas punggungnya.

Sampai di kamar 802, Hoon langsung menuju kamar tidur yang terpisah dengan ruang utama dan merebahkan Hana di atas kasur. Ia tak membenarkan tubuh Hana dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hana yang menyadari keberadaan Hoon yang ada di kamar mandi segera membuka matanya. Ia panik melihat situasi saat ini, berada dalam satu kamar hotel dengan seorang pria yang tidak dikenalnya atau mungkin dikenalnya sebagai direktur.

Perlahan Hana berdiri dan mengendap-endap menarik tasnya yang berada di sofa dekat pintu menuju kamar mandi. Kakinya sengaja ia jinjit untuk mengurangi tekanan dan suara yang mungkin terdengar sampai ke kamar mandi. Belum sempat Hana membuka pintu kamar untuk keluar, Hoon sudah memergokinya dengan kimono yang menutupi tubuhnya.

“Kau mau kemana? Kau pikir aku membawamu ke sini hanya untuk menunggu kau sadar lalu pulang begitu saja?

Mata Hana membulat, pikirannya sudah kemana-mana mendengar ucapan Hoon. Mematung di tempatnya membuat Hoon perlahan berjalan mendekat ke arahnya. Jantung Hana sudah mulai berdetak tidak beraturan, semakin dekat jarak antara dirinya dan Hoon pikirannya semakin menjadi.

“Jangan macam-macam, aku akan berteriak jika kau semakin mendekat.” Ancam Hana.

Bukannya berhenti, Hoon justru semakin mendekatkan dirinya ke Hana. Melihat itu, Hana berjalan mundur ke belakang tapi ia tak bisa lebih jauh melangkah karena sekarang tubuhnya sudah bersentuhan dengan pintu kamar. Smirk Hoon muncul dengan tatapan menantang Hana, tubuhnya semakin mendekat. Saat Hana mulai menarik napas dan bersiap teriak, bibirnya sudah dibekap Hoon dengan telapak tangan kanannya. Bibir Hoon mendekat ke cuping telinga Hana, menghembuskan udara yang berhasil membuat mata Hana semakin melotot.

“Jika kau memang ingin berteriak silakan saja, tapi bisa kupastikan tidak ada yang akan menolongmu karena aku pemilik hotel ini.”

Tubuh Hana lemas mendengar ucapan Hoon, ia kehilangan setengah tenaganya setelah membayangkan kemungkinan yang terjadi dengan mereka malam ini. Setelah merasa Hana bisa dikendalikan, Hoon melepas tangannya dari Hana dan selangkah mundur ke belakang.

 “Aku akan memaafkanmu jika kau mau membantuku.”

Hoon duduk di atas sofa dengan angkuh memandang Hana yang bersimpuh di atas kasur sambil menundukkan kepala. Mendengar Hoon mengajukan syarat untuknya, Hana menegakkan kepalanya menatap penuh tanya tentang syarat yang akan diajukan Hoon padanya.

“Apa maksudmu?”

“Kau harus menjadi kekasihku!”

“K-kau gila?”

Hana terkejut mendengar syarat dari Hoon. Hana berpikir mungkin Hoon sangat mabuk atau sudah gila memaksa Hana untuk menjadi kekasihnya hanya karena ia menerobos lift dan tidak sengaja muntah di lengan bajunya atau mungkin Hoon adalah direktur mesum seperti di cerita-cerita rate 19+. Hoon menatap Hana dingin, ia tak bersungguh-sungguh mengatakan itu pada Hana dan bukan sesuatu yang ia persiapkan dengan matang karena Hoon baru memikirkannya saat ia melihat Hana mengendap-endap menuju pintu kamar untuk pergi. Hoon merasa Hana adalah wanita yang tepat untuk dikenalkan ke ayahnya, tentu saja karena Hana bukan tipikal wanita yang disukai ayah dan ibunya.

“Aku akan memaafkanmu jika kau setuju menjadi kekasihku. Bagaimana?”

Hana membenarkan posisi duduknya, ia menurunkan kedua kakinya lalu mengangkat satu kakinya dan menumpunya di atas kaki yang lain. Hana juga membetulkan rambutnya dengan anggun, ia sedang merasa sangat cantik karena Hoon memaksanya menjadi pacarnya, pacar seorang direktur muda dari perusahaan besar.

“Kau kenapa? Aku hanya memintamu menjadi kekasih palsuku akhir pekan nanti.”

Hana merasa sebuah petir baru saja menyambar dirinya, ia juga merasa baru saja jatuh terhempas ke bumi dengan sangat keras. Kata ‘palsu’ dalam kalimat Hoon membuyarkan semua keangkuhan Hana dan sekarang ia sedang mengumpulkan jiwanya yang terserak karena tersambar petir dan terhempas ke bumi. Mata Hana membulat, ia berusaha mempertahankan keanggunannya walaupun ia sedang terkejut.

“Hanya akhir pekan?”

“Kau ingin lebih? Cih….”

= To be continued =

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK