“Sujeong-ssi.” Panggil Taehyung.
Tetapi yang dipanggil tidak menengok.
“Su-jeong-ssi.” Panggil Taehyung, dua kali lebih kencang.
Tetap saja yang dipanggil tidak bergeming.
“SUJEONG-SSI!” teriak Taehyung lebih kencang, sampai teman-temannya yang menengok, memberi kode pada Sujeong, menyuruh gadis itu menengok.
Dan yang dilakukannya hanyalah pergi, menjauh, dan hilang.
“Apa maunya dia , sih?!” gerutu Taehyung kesal. Akhirnya, keputusan finalnya, ia mengejar Sujeong. Tidak sulit. Karena ia cukup mudah dikenali. Penampilan fisik di sekolah ini tidak banyak menyolok, kecuali Sujeong dan Yein, dua gadis itu memang Taehyung akui—cukup cantik.
Tapi ia tidak melihat Yein sebagai gadis cantik melainkan dongsaengnya. Ia merasa Jungkook benar-benar cocok dengan Yein, memiliki babyface, wajah mereka juga benar-benar mirip, dan punya gigi kelinci yang sama. Mereka sama-sama sering dibully karena mereka lucu.
Berbeda dengan Sujeong, dia memang asli cantik. Berponi, rambut panjang berwarna coklat terang, dan juga wajahnya yang kadang-kadang dingin, kadang-kadang cantik.
Sampai di lantai 1 di pintu utama sekolah, bukannya bertemu Sujeong, malah bertemu 2 sahabatnya—Yugyeom dan Bambam. “Ini akan sulit tapi, tidak ada jalan lain.” Gerutu Taehyung sambil menguatkan tekadnya.
“Jogiyo, apa mungkin, Sujeong lewat sini tadi?” Tanya Taehyung sambil menepuk bahu dua orang itu.
“Eh? Sunbaenim, kenapa kau mencari gadis itu?” Tanya Bambam.
“Bukan urusanmu, kau lihat dia tidak?”
“Hey, hey sunbaenim, asal kau tahu saja, Sujeong, Bambam, Yein, dan aku, tidak bisa dipisahkan. Jadi urusan satu orang, adalah urusan bersama.” Celetuk Yugyeom.
“Aku tidak punya banyak waktu, jadi jawablah, lihat atau tidak?” gerutu Taehyung sambil mengehentakkan kakinya.
Setelah menimbang-nimbang selama beberapa saat, akhirnya salah seorang dari mereka—Yugyeom, menjawab,
“Ya, tadi dia lewat sini, ke arah gedung dance.tapi kelihatannya… moodnya sedang jelek.”
“Gomapta.” Lalu Taehyung lewat begitu saja.
___
Sampai di gedung dance, Taehyung memang melihat Sujeong yang biasa, tapi kelakuannya yang tidak biasa.
Mengendap-endap? Bukan Sujeong sekali.
Takut? Tidak mungkin.
Bahkan pada Kang Seulgi dia tidak takut, lalu sekarang kenapa dia begini?
Bermaksud diam-diam juga, tetapi Sujeong malah melihatnya duluan dan memberi kode pada Taehyung lewat tangan yang mungkin bearti ;
Pikiran positif Taehyung : oke, mungkin yang pertama.
Pikiran negative Taehyung : mundurlah, dia membencimu.
Tapi… siapapun tahu bahwa sosok ‘V’ adalah orang yang periang, ceria, dan positif. Jadi? Yang pertama, tentu saja.
Saat sudah 2 langkah menuju Sujeong, ia menatap tajam Taehyung,
“Mau apa kau disini?”
“Jeongguk sedang dengan Yein ‘kan? Disini? Justru harusnya aku yang tanya, kau sedang apa, ahjumma?”
“Oh diamlah,” ujar Sujeong dengan penuh penekanan—pertanda besar ia sedang menahan amarah, “aku mau melihat proses si pabo itu, jadi kalau kau juga mau, diam saja dan ikuti aku.”
Lalu ia berbalik mengamati Jungkook dan Yein.
Dan ternyata pemandangannya mengejutkan,
2 detik yang lalu, sepertinya Yein sedang menari dan lalu… ia hampir terjatuh, dan si Jeongguk yang pabo itu menangkapnya.
Ekspresi Taehyung benar-benar buruk saat ini, kalian tahu. Mulutnya menganga lebar, matanya seperti ingin copot, nafasnya tidak karuan.
“Si Jeongguk itu… membuat kemajuan besar.” Ungkap Taehyung sambil tercekat.
“Kau benar…” ekspresi Sujeong tidak jauh berbeda, “mereka berdua memang cocok.” Gumamnya sambil menstabilkan emosinya.
Dalam hati, Taehyung sangat penasaran dengan dua orang itu, tingkah mereka layaknya anak SMP yang sedang jatuh cinta dengan malu-malu.
Lalu terbesit ide di benak Taehyung,
“Ya, Sujeong ahjumma.”
“Shiro. Panggil aku dengan benar, lalu aku akan menengok.”
“Aku tidak butuh wajahmu, toh kau sudah menjawab.”
Taehyung, kau ini kenapa ya? Kenapa di depannya, kau jadi begini? Batin Taehyung dalam hati.
Sujeong, sepertinya sudah kehilangan kesabaran, langsung berdiri dan menghadap Taehyung dekat sekali, sampai-sampai Taehyung jadi pangling, karena wajahnya terlalu dekat dengan rambut Sujeong, dengan Sujeong yang mendongak dan memelototkan matanya, lucu sekali, seperti kucing marah.
Omong-omong, rambutnya wangi stroberi.
Warna rambutnya bagus juga, cokelat hangat.
Matanya juga bagus, eyeliner yang dia pakai cantik.
Bibirnya juga…
Tunggu.
Kenapa dengan bibirnya?
Taehyung merasa gila karena memikirkan Sujeong.
Sampai dia tidak mendengar suara Sujeong yang mengomel,
“—kau mengerti?”
“Eh, apa?” sahut Taehyung setelah ia sadar dari lamunannya.
“Kau ini benar-benar—“ omel Sujeong sambil ingin menjitak Taehyung, “begini saja. Kau juga penasaran, ‘kan? Kalau begitu mulai hari ini sampai 29 hari kedepan, kita akan jadi mata-mata mereka, paham?” jelas Sujeong.
“Aku? Denganmu? Setiap hari? Mustahil. Pertemuan singkat dan tak sengaja begini saja, kau sudah ingin membunuhku dengan tatapan kejammu itu.”
“Kalau kau menutup mulutmu, kujamin hanya jitakan saja, kok.” Lalu Sujeong mengedip dengan manisnya.
Oh Tuhan, alasan apa yang kupunya untuk menolak jadi mata-mata?
“Baiklah. Hanya 29 hari kedepan.”
___
“Ini hujan, aish menyebalkan!” gerutu Sujeong.
“Wae? Jangan-jangan kau ini tipe gadis manja yang tidak bisa kena hujan, dan mengarapkan bantuan dari ‘oppa.’ “ sembur Taehyung.
“Bisakah kau diam? Masalahnya anjingku, bisa-bisa Coco sakit.”
“Kau ini perasa juga, ya? Kukira kau hanya memikirkan dirimu sendiri, tapi ternyata anjingmu.”
“Diamlah. Eh, itu mereka!”
Mata Taehyung dan Sujeong bergerak setajam mata elang, memperhatikan dua orang bodoh yang sedang saling menyukai seperti anak-anak SMP.
“Yah, lihatlah, Jungkookie benci menggunakan sesuatu berdua, tapi dengan gadis itu? Payung berduaan-pun dia mau.”
“Akh Yeinnie, dia benci sekali hujan, biasanya dia akan menunggu saja sampai hujan berhenti, karena dia akan kena demam tinggi dan juga pingsan dimana saja, padahal baru sampai pintu rumah.”
“Hey, kau ini,” kata Taehyung sambil mengacak rambut Sujeong yang lebih pendek darinya, “jangan selalu mengkhawatirkan orang lain.”
Sempat tertegun, tapi kemudian Sujeong mengontrol lagi perasaannya, ‘dia hanya bercanda, Taehyung itu selalu bercanda.’
“Ugh, kau ini memang tidak berperasaan. Yein itu tinggal sendiri, eommanya biasanya pergi untuk membuka toko, dia tidak punya ahjumma dan bahkan ayahnya meninggalkannya begitu saj—“ perkataannya terputus karena ia membungkam mulutnya sendiri, dan mengumpat dirinya sendiri karena kebodohannya.
“Kau bilang, ayahnya Yein kenapa huh?”
“Diamlah, sekarang lihat, mereka sudah setengah jalan! Astaga tunggu… itu Coco! Apa yang anak itu lakukan disini he? Yein itu phobia anjing!”
Sementara Taehyung sedang bengong, sambil kebingungan kerena ‘hey, dia itu V, member boy-group terkenal, tapi kenapa ia mau saja mengikuti gadis di depannya ini, bahkan sampai hujan-hujanan hanya demi dua orang yang sedang jatuh cinta?'
Tiba-tiba Sujeong berteriak, memecahkan lamunan Taehyung,
“HUWA, YA! Taehyung-ya, LIHAT ITU!”
Mengikuti arahan tangan Sujeong, pemandangan yang ditunjukkannya memang bukan main-main, Jungkook ada disana, dengan payung yang dijatuhkannya, sambil saling memeluk dengan Yein.
“DAEBAK. INI BARU HARI PERTAMA, ‘KAN?”
“IYA. INI HEBAT.”
Tanpa sadar, keduanya kemudian kegirangan sendiri, dan bahkan melakukan high-five.
Hari itu, saat hujan, keduanya merasakan bahwa mungkin…
Mereka bisa menjadi seperti itu.
___
“Takut…” gumam Yein sambil mempererat pelukannya.
Saat ini semua sel-sel dalam tubuh Jungkook seperti mati rasa, kecuali tangannya yang bergerak secara refleks untuk menenangkan gadis itu, menepuk punggungnya, dan juga mengelus rambutnya.
“Yeinnie, kau kenapa?” tanya Jungkook sambil tersenyum-senyum sendiri. Pipinya pasti juga sudah memerah sekarang, dan gigi kelincinya sudah menampakkan diri mereka.
Saat Yein melepaskan pelukannya, wajahnya tidak terlihat menangis atau ketakutan, hanya betul-betul terlihat sedih, entah anjing itu, atau hujan yang membuatnya begini.
“Oppa mian. Aku betul-betul takut anjing, sewaktu kelas 3 sekolah dasar, seekor anjing golden yang sangat besar tiba-tiba berlari ke arahku sampai aku jatuh. Tidak sampai situ saja, anjing itu juga memamerkan gigi-gigi besarnya, matanya juga aneh. Kemudian aku tidak ingat apa-apa lagi, sewaktu aku di rumah sakit, eomma baru memberi tahuku kalau anjing itu terinfeksi, jadi karena anjing itu, aku jadi masuk rumah sakit, mengalami ketakutan, dan juga diinfus.” Jelas Yein panjang lebar.
Jungkook tidak menganggap gadis itu lemah, tetapi justru gadis itu kuat. Meskipun ia takut anjing, dia tetap saja mau pulang berjalan kaki, terkadang sendiri, terkadang bersama Sujeong atau dua orang lainnya itu.
“Tidak apa-apa,” ujar Jungkook sambil tersenyum dan terkekeh, gemas sekali dengan tingkah Yeinnya. “Kau itu lucu kalau sedang takut.”
Lalu kemudian ia memeluk Yein lagi, sambil tertawa-tawa. Yein juga tidak memberontak, ia merasa nyaman, aman, dan tentu saja senang. Jungkook adalah pria yang tidak seperti pria lainnya, ingin kelihatan dewasa di depan orang banyak.
Jungkook kelihatan lucu, hangat, dan menyenangkan. Tentu saja Yein menyukainya.
Setelah beberapa saat berpelukan, mereka melepaskan diri sambil tertawa-tawa juga.
Tapi setelah itu, suasananya jadi canggung.
1 detik,
5 detik,
10 detik,
“Yeinnie, mau pergi denganku Sabtu ini? Ke taman bermain?”
***
Kebanyakan TaeJong moments atau nggak? :3
Lanjut … Tidak?