“Taman… bermain?” ujar Namjoon tak percaya.
“Jungkookie, aku tahu sekolah membuatmu stress, tapi tolonglah, bagaimanapun juga tempat itu sangat ramai. Tadi saja, saat aku ingin beli minuman dingin, banyak sekali yang mendorong-dorong dan berteriak, ‘SUGA OPPA, SARANGAEYO!’ begitu. Aku cinta sekali dengan semua fans kita, tapi minumanku tumpah semua..” Gerutu Yoongi sambil memainkan smartphonenya.
“Hyung, aku punya janji dengan seseorang… dengan gadis.” Akhirnya Jungkook mengaku kepada ke-lima hyung-nya itu.
Sebaris pengakuan itu membuat kelima hyung-nya sukses melongo. Reaksi mereka berbeda-beda, tetapi intinya : mereka iri.
Jin yang paling tua dan biasanya tidak tertarik pada topic dongsaeng-dongsaengnya itu membelalakan matanya dan bergumam, ‘maknae kita sudah dewasa.’
Jimin yang biasanya usil hanya tertawa dengan lantang.
Namjoon—sang leader, hanya menatap maknae mereka dengan datar seperti sudah menduga akan seperti ini akhirnya.
Suga yang baru mendapat pengalaman tadi hanya mengatakan ‘Jungkook, kudoakan kau selamat, ya.’
Hoseok—J-Hope, mulutnya menganga lebar sambil bergumam ‘daebak, daebak, daebak.’
Sementara Taehyung yang sudah tau semuanya, sama sekali tidak bereaksi.
Setelah semuanya pulih dari keterkejutan, akhirnya mereka serentak menanyakan pertanyaan yang sama,
“SIAPA GADIS ITU?”
Jungkook membeku, tidak tahu harus memberitahukannya, atau tidak.
Jika ia memberitahunya, mereka tidak akan marah, tapi pasti akan menggoda Jungkook habis-habisan, setelah itu, gadis itu—Jung Yein, akan jadi sasaran empuk selanjutnya.
Jadi jalan keluarnya adalah…
Memberitahu hyung-hyung-nya.
.
Ketujuhnya duduk di ruang tamu dorm sementara mereka, sementara manager mereka sedang disuruh membeli beberapa makanan di mini market terjauh, karena jika sampai manager mereka tahu, Jungkook akan dikembalikan ke Seoul.
Taehyung membuka cerita dengan bagaimana mereka bisa kenal dengan dua orang gadis—Jung Yein dan Ryu Sujeong.
“Aku tidak mau dengar selengkapnya,” potong Hoseok, “ceritakan saja kejadian seru dan siapa gadis itu, Jeon Jeongguk.”
Lalu seluruhnya menghadap Jungkook, maknae mereka yang sudah dewasa.
“Jadi… ehm, itu… na-namanya…”
“PPALIII!” teriak kelimanya—Namjoon, Jin, Jimin, Yoongi, dan Hoseok.
“Iya, iyaa baik! Namanya… Jung Yein.”
Hening sesaat.
“Salah satu… trainee Woollim, ‘kan?” ujar Namjoon memecah keheningan.
“Mwo? Bukankah dia hanya ditawari, belum menjawab?” tanya Jungkook penuh tanda tanya. Jika Yein bersedia, memang akan lebih mudah nantinya, karena mereka berdua sama-sama penyanyi. Tapi membayangkan Yein harus menghadapi kesulitan dalam debut, comeback, dan juga… kabar miring? Itu akan sangat berat untuk gadis sepolos dia.
“Kau tidak tahu? Kabar berhembus sangat cepat. Kemarin aku dan manager sempat berbincang-bincang soal trainee-trainee di sekolah kita, dan jawabannya cukup mengejutkan.”
“Jangkaman, hyung, coba sebutkan, siapa saja yang akan debut nantinya?”
“Hm. Ada sekitar 4 grup rookie yang akan debut tahun depan, dari empat agensi besar, lebih tepatnya. Kalian tahu Kang Seulgi? Dia akan debut dengan 3 orang lainnya. Lalu… kalian tahu pacarnya—ah maksudku, mantan pacarnya?”
“Mungkinkah… Im Jae Bum? Kemampuan menarinya memang bagus.” Jawab Hoseok.
“Geurae, dia akan debut dengan dua orang murid kelas 2—Yugyeom dan Bambam, dengan 4 orang lainnya. Sedangkan Jung Yein… kudengar dia, Ryu Sujeong, dan tiga orang dari kelas vokal—Jiyeon, Jin, dan Jiae… mereka akan debut dengan 3 lainnya, menjadi adik dari Infinite.”
“Daebak. Persaingan akan ketat nantinya… akhir tahun ini, berarti akan banyak yang absen karena masa-masa sulit sejujurnya terjadi tepat sebelum debut.” Sahut Jin.
“Kau benar, dan ah… satu lagi, akan ada satu grup yang debut dua tahun lagi, dengan anggota mereka Chanwoo—dari kelas 2.” Jelas Namjoon.
Sementara yang lainnya asyik berdiskusi soal grup-grup rookie pendatang baru, Taehyung menarik Jungkook ke kamarnya, dan mendiskusikan apa yang baru saja mereka dengar.
.
“Kookie, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Taehyung pada Jungkook—atau lebih tepatnya, pada tembok, karena ia menatap tembok sekarang.
“Tidak tahu hyung. Kalau Yein—gadis itu mau debut tahun depan, tentu saja aku akan mendukungnya.” Jawab Jungkook semangat.
“Kau ini bodoh atau apa? Kalau Yein debut, otomatis tunggulah setahun lagi, ketika dia sudah mencapai masa paling tidak setahun setelah debut, skandal apapun nantinya—tidak akan mengganggu promosi grupnya.”
“Kau…” lirik Jungkook curiga pada Taehyung, “apa kau menyukai Yein?”
“Ya! Apa kau gila? Tentu saja tidak.”
“Berarti, kau menyukai Ryu Sujeong.”
Taehyung membeku, memperhatikan sekitarnya, dan kemudian menjitak dongsaengnya dengan main-main.
“Kalau sampai Sujeong, Yein, atau hyung lain tau, habis kau.”
“Kau pasti bercanda, hyung. Sujeong itu galak, bagaimana kau bisa mendapatkannya he?”
“Kau diamlah, sekarang pikirkan 30 hari yang diberikan Sujeong—sudah sisa 29 hari lagi. Tapi… tadi kau bagus juga, pertemuan pertama, sudah pelukan. Bagus, bagus.”
“Jadi kau melihat semuanya? Semua kejadiannya? Akh. Memalukan.” Ujar Jungkook seraya pipinya memerah memikirkan kejadian tadi.
“Tentu saja, dan dari hasil pengamatanku, Yein juga menyukaimu, kau tahu? Jadi kusarankan, pergilah dengannya akhir pekan ini, seperti rencanamu, ajaklah ia naik wahana yang asyik, sepertinya… masa lalunya tidak baik.”
“Jangkaman, hyung, tahu dari mana kau soal masa lalu Yein? Pasti Sujeong, iya kan?”
“Tak usah dibahas, kalau Yein merasa nyaman denganmu, pasti ia akan menceritakan masa lalunya padamu dah, ini—“ Taehyung menyerahkan nomor ponsel Yein untuk Jungkook, “tegaskan rencanamu Sabtu ini, Jungkookie.” Lalu ia meninggalkan Jungkook sendirian.
.
“Telepon… atau SMS? Akh, ini membuatku frustasi.” Gerutu Jungkook.
Sejak satu jam yang lalu, ia mendapat nomor telepon ponsel Yein—gadis yang ia taksir, tapi sampai detik inipun, ponselnya masih tergeletak rapi di atas ranjangnya, karena bingung harus menelepon, atau SMS.
Akhirnya, keputusan final datang ke kepala lelaki itu.
Ia akan menelfon Yein.
“Angkatlah Jung Yein… angkatlah.”
.
*suara ringtone ponsel Yein*
“Yeobuseyo, Jung Yein imnida, ini siapa, ya?”
Yang menelepon malah gelagapan,
“Eh, annyeong, Yeinie, ini Jungkook.”
Sebenarnya otaknya langsung membeku begitu mendengar nama Jungkook disebut, tetapi ia menjawab setenang mungkin,
“Eoh, oppa, ada apa? Dan… darimana oppa tahu nomor ponselku?”
“Mungkin Sujeong memberitahu Taehyung hyung, jadi kuputuskan untuk meneleponmu. Bagaimana… keadaanmu? Tidak apa-apa karena hujan tadi?”
“Ck, yang benar saja oppa, memangnya aku terbuat dari kertas? Tentu saja aku baik-baik saja, lagipula tadi hanya gerimis biasa.”
“Eh, uhm…. K-kalau begitu, apa jawabanmu?”
“Jawaban ap—“ ah, ajakan ke taman bermain, Yein ingat, “bagaimana, ya, tentu saja aku bisa.” Jawab Yein setenang mungkin, karena hatinya sedang melompat kegirangan dalam rongga dadanya sekarang.
“Jinjja?! Kau… kau benar-benar bisa?” kali ini suara di seberang kelihatannya sangat kencang, sampai salah-satu dari hyungnya marah dan mengomel.
“Iya, aku bisa. Jam berapa oppa menunggu disana?” jawab Yein sambil tertawa.
“Eh… mungkin… sekitar jam dua sore, bagaimana?”
“Baiklah, aku akan datang jam dua.”
“Eh, Yein, jangkamaniyo.”
“Ada apa lagi oppa?”
“Member lainnya…”
“Kenapa dengan member lainnya?”
“Seluruh hyung-ku bilang, mereka juga ingin ikut.”
***
Next chap : seru abis! Hihihi ;p