home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Dreamy-Creamy Love!

Dreamy-Creamy Love!

Share:
Author : tipilll
Published : 28 Sep 2015, Updated : 16 Nov 2015
Cast : Jungkook, Taehyung BTS - Yein, Sujeong Lovelyz
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |32564 Views |1 Loves
Dreamy-Creamy Love!
CHAPTER 5 : U 링마 ♥

Hari ini Jungkook itu benar-benar merepotkan, menyebalkan, dan mencurigakan sekali. Sejak pagi, ia menolak pergi dengan member lainnya melainkan Taehyung sendiri. Ia sendiri saja bingung dengan tingkah laku Kookie belakangan ini, sampai malam kemarin, ketika maknae itu mengatakan soal ‘cinta pertama,’ dan juga siapa gadis beruntung itu.

Tentu saja gadis itu beruntung—Jung Yein, bukan karena Jungkook itu adalah member BTS, justru ia akan menyesal karena berkencan dengan member boy-group, fans dimana-mana, netizens juga menyebar-luas, belum lagi persetujuan pihak agensi. Maka itu, dibalik sikap Taehyung yang ceplas-ceplos, alasannya adalah agar tidak ada gadis yang mau dengan pria yang suka main-main sepertinya—padahal tidak.

Selama masa hidupnya, Taehyung sudah berkomitmen akan membahagiakan siapapun gadis yang akan menjadi pacarnya—dari kalangan artis maupun biasa, ia sudah berjanji akan membuatnya bahagia. Tetapi kendalanya adalah gadis itu tidak bisa bahagia karena kapopuleran dan pekerjaannya. Sebagai seorang penyanyi, tidak bisa begitu saja memiliki pacar.

           

 

            “Seandainya saja aku ini Jae Bum sunbaenim, pasti bahagia sekali.”

            “Ya, bicara apa kau? Seharusnya ‘seandainya saja aku ini kelas tiga, pasti bisa dekat Seulgi noona’ begitu.”

            “Akh kalian ini! Tidak ada yang benar, tahu.”

            “Ya, ya, ya! Sujeongngie, kau ini tak paham cinta, ya? Benar-benar.”

 

Kira-kira begitu percakapan yang didengar Taehyung dari belakangnya, dan sekarang didepannya. Setelah ditinggal Jungkook karena melihat Jung Yein—cinta pertamanya—didepan pintu sekolah, Taehyung jadi duduk di pinggir halaman dekat semak-semak, pas sekali dekat gerbang utama Busan Art.

Pendengarannya memang tidak salah, gadis itu—Ryu Sujeong, dan kedua teman-temannya yang kelihatannya sangat dekat dengan gadis unik itu.

Taehyung masih akan berfantasi tentang manisnya Sujeong yang berani ketika ia mendengar teriakan dari pintu utama sekolah—tempat Jungkook dan Yein sedang bertemu.

 

 

 

CHAP 5 : U 링마 ♥

 

 

Astaga. Astaga. Astaga.

Bagaimana Jung Yein bisa berduaan, dengan jarak yang sangat dekat, dengan salah satu member BTS—Jeon Jungkook, di depan pintu utama sekolah?

Ini bukan masalah cemburu atau karena Sujeong fans berat BTS, tapi kerena dia tidak mau sahabat terbaiknya—Yein, dijadikan samsak kemarahan fans-fans BTS dari sekolah ini. Tapi, untung saja, ini masih jam enam lewat sepuluh pagi, murid mana dari ratusan murid di sekolah ini, yang mau datang sepagi ini? Sekolah baru mulai jam delapan pagi, dan masih ada banyak waktu bagi mereka untuk mengubah kejadian itu.

Baru saja, baru, Sujeong ingin menarik temannya, tetapi dua orang pabo di sebelahnya sudah teriak duluan.

            “YEINNIE, KAU BERKENCAN DENGAN DIA?”

Astaga, mereka bodoh sekali, ya?

            “Ap-apa? Ya! Kalian makan telur rebus lagi ya?” balas Yein sambil berjalan ke arah mereka berdua sambil mengepal tinjunya.

Sontak saja, kedua mahluk itu lari terbirit-birit menuju lapangan,

            “Sujeong-ah, titip tasku ya! Aku mau ‘bicara’,” ujar Yein sambil memainkan mata dan jarinya ke arah Sujeong, “pada dua mahluk bodoh itu.” Lalu ia lari dengan sangat cepat.

Hanya berdua saja dengan Jungkook, lebih bagus. Notabene, ia dan Jungkook seumuran, jadi lebih mudah untuk mengajaknya bicara empat mata tentang nasib temannya.

            “Jungkook-ya, karena aku seumuran denganmu, jadi aku akan gunakan banmal saja, hn?” belum sempat dijawab, Sujeong sudah melanjutkan, “Kau ini suka pada Yein atau bagaimana hah? Tatapanmu membuatku curiga bahwa kau—“ sambil menunjuk wajah pemuda itu, “—menyukai Yein, kan?”

            “Woah, pelan-pelan. Ehm, begini. Bisakah kau, tidak mengatakannya pada Yein? Aku ingin perlahan-lahan saja, karena baru 2 hari kita kenal.”

            “Cih. Kau? Dengan Yein? Tentu saja tidak. Maaf, Jungkook-ya, aku memang fans-mu, tapi tetap saja, dia itu sahabat terbaikku. Jadi, tidak.”

            “Kumohon, maksudku, aduh. Sujeong-ssi, ini adalah pertama kalinya aku menyukai seorang gadis, mungkin juga jatuh cinta. Jadi tolong, jangan buat semuanya kacau.”

Belum sempat dijawab Sujeong, sebuah suara memotong perkataannya.

            “Berilah satu kesempatan pada dongsaengku itu.”

Dari nadanya, Sujeong tahu siapa pemilik suara itu

Kim Taehyung.

Tak mau berlarut-larut pada perasaannya, secepat kilat Sujeong membalas lagi perkataannya,

            “Kau? Tahu apa kau soal Yein? Soal kesempatan? Soal perasaan. Oh, maaf jika aku lancang, sunbaenim.”

            “Juniorku—“ oh mati aku, rutuk Sujeong dalam hati, “dongsaengku yang satu itu,” sambil menunjuk Jungkook, “sama sekali masih polos. Dia itu pabo, kerjaannya hanya cengar cengir dan menari, suaranya bagus dan wajahnya cakep, dan belum-pernah-jatuh-cinta.” Jelasnya.

            “Tunggu sebentar. Tunggu, tunggu. Kau bilang dia belum pernah jatuh cinta, ‘kan? Jadi, kenapa dia bisa berspekulasi kalau dia menyukai Yein?”

            “Nah, justru itu,” tuturnya sambil mendelik pada Jungkook, lalu kembali menatap lurus pada Sujeong,  “yang membuatku memaksamu—memohon, lebih tepatnya, agar menijinkan Jungkook mencobanya. Sekali ini saja.”

            “Apa jaminannya, kalau dia tidak akan menyakiti Yein? Bisakah aku percaya pada sesosok publik figur yang sangat dicintai banyak gadis seperti dia? Dan juga…” jeda Sujeong, “bagaimana tanggapan agensi?”

Ada kekosongan yang cukup-cukup panjang.

Lalu helaan nafas Taehyung, dan kemudian tatapan matanya kembali lurus.

Lalu dibalas lagi oleh Taehyung,

            “Dia itu, cucu presdir Big Hit, Sujeong-ssi. Menurutmu, kakek macam apa yang akan membiarkan cucunya menderita karena cinta?”

Oh, tamatlah aku.

Setelah itu ada kekosongan yang super-duper-amat-sangat-panjang.

Dan itu karena Sujeong.

.

.

.

Mungkin sekitar dua setengah detik dia diam sampai kemudian,

            “Jadi, menurutmu? Ada kesempatan?”

Setelah memroses ulang semua kejadian tadi, akhirnya ia menjawab,

            “Hanya satu. Dan banyak syarat.”

            “Katakanlah.” Kali ini Jungkook—si tersangka—yang menyahut.

            “Lindungi dia dari beberapa fansmu yang gila—para sasaeng. Lalu… buat dia tertawa setiap kau bersamanya, jangan biarkan dia marah atau bahkan berkaca-kaca—kecuali karena dia bahagia.

            “Itu masih di taraf normal. Mungkin menjaga perasaannya akan susah.” Gumam Taehyung.

            “Justru itu bagian termudah, tuan-sok-tahu-sunbaenim. Yein adalah gadis yang selalu menjaga perasaan orang lain, mudah tersenyum dan tertawa, tertarik pada segala hal, dan bahagia karena hal-hal kecil. Contohnya? Dia sangat bahagia karena aku bisa membeli album TVXQ dengan uangku sendiri digabung dengan uang eomma-ku. Harusnya aku yang bahagia, tapi dia malah lebih senang dariku.”

Karena 1 kalimat itu, Jungkook tersenyum-senyum sendiri seperti ‘hei, aku sangat bangga karena pacarku berhati mulia,’ begitu.

Cih.

            “Lalu apa masalahnya?” sahut Taehyung tidak sabaran.

            “Masalahnya adalah… oppa­nya.”

Hening lagi. Saking lelahnya dengan keheningan, Sujeong hampir saja lepas kendali.

            “Jangkaman, Yein itu anak tunggal, bukan?”

            “Memang, dia itu anak kuliahan yang sudah naksir Yein karena pernah tidak sengaja menabrak Yein yang sedang beli es krim, tapi Yein tidak marah, malah aku yang marah karena ia malah tersenyum saja sambil memamerkan gigi kelincinya. Yein itu… terlalu baik dan polos. Selalu tertawa dan tersenyum di setiap saat.”

            “Kalau dibandingkan denganmu, ia sangat beruntung punya sahabat yang bisa memarahi siapa saja yang berani menyenggolnya, ya?” kekeh Taehyung.

            “Bisa tidak di—“

            “Siapa namanya?”

Karena perdebatan kecil itu, mereka jadi tidak sadar disana masih ada Jungkook, si tersangka. Wajahnya masih polos, hanya penuh dengan pertanyaan, tidak ada kebencian atau geram atau marah pada si ‘oppa’ yang naksir Yein ini.

            “Lee Ho-won, panggilannya Hoya.”

            “Tunggu dulu. Tunggu sebentar—“ potong Taehyung, “bukankah, itu nama dancing machine grup senior kita? Infinite sunbaenim?

            “Ho-oh,” angguk Sujeong, “Dia naksir Yein terlebih lagi karena kemampuan Yein dalam menari dan juga menyanyi,” lalu ia menunjuk Jungkook, “dan kau… kalau kau melihat Yein sedang menari, pasti kau akan makin menyukainya, aku berani bersumpah.” Pungkas Sujeong.

            “Bahkan ada satu saat dimana Hoya sunbaenim ingin merekomendasikan Yein dan aku menjadi salah satu trainee untuk debut dengan lima orang yang sudah jadi trainee di agensinya.” Tambah Sujeong. "Mungkin aku akan menerimanya, tapi Yein mungkin tid—"

            “Baik.”

Sujeong dan Taehyung refleks menoleh ke sumber suara, Jeon Jungkook.

            “Aku akan membahagiakannya, membuatnya tertawa, dan juga aku akan menghadapi Hoya sunbaenim, sebagaimana mestinya.” Jawab Jungkook mantap.

            “Oke, kalau itu maumu,” jawab Sujeong mantap sambil menatap lurus ke mata Jungkook, “kuberi kau waktu 30 hari, jika sampai waktu itu kau malah tidak suka pada Yein lagi, atau dia merasa sedih, atau dia dikerjai salah satu sasaeng fansmu, atau dia… tidak suka padamu, kau harus menyerah, Jeon Jungkook-ssi.”

Tak perlu waktu lama untuk memutuskan, pria di sebelahnya itu langsung menjawab dengan tekad di matanya,

            “Setuju.”

 

Dan mulai dari besok, Sujeong dan Taehyung akan menilai sendiri perkembangan hubungan mereka berdua.

 

 

 

 

***

 

 

Gimana, gimana?^^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK