Selepas kejadian di taman bermain, hubungan Yein dan Jungkook masih biasa saja, belum terlalu dekat, tapi tidak berjauhan juga.
Contohnya seperti hari ini, Jungkook dan member lainnya melewati kerumunan angkatan kelas 2—angkatan Jung Yein—yang sedang ber-olahraga berkelompok, lari marathon. Sekedar melihat, seluruh member duduk di pinggir lapangan memperhatikan mereka—disana ada Jung Yein, satu kelompok dengan Sujeong, Bambam, dan Yugyeom, seperti biasa. Lalu ada juga Yoo Jiae—yang sekelompok dan nampak akrab dengan Chanwoo.
“Nyaman sekali mereka ngobrol,” cetus Yoongi.
“Sepertinya seru, lari marathon begitu,” jawab Taehyung.
Di garis start ada Yugyeom sebagai pelari pertama, Bambam kedua, Sujeong ketiga, dan Yein keempat. Sempat bertatap mata dengan Jungkook, melalui tatapan, Jungkook menyemangati Yein sambil memberikan ekspresi terlucunya. Semua hyung-nya tidak tahu kecuali Jin, yang tentu saja hanya diam.
“YA YOO JIAE! JANGAN PASANG MIMIK WAJAH SEPERTI ITU!” teriak Bambam dari tempatnya, karena Jiae daritadi memandanginya sambil ingin tertawa.
Dari tempat duduknya, Yoongi menengok ke sumber suara dan yang dipanggil.
“ARRASEO! BERLARILAH YANG BETUL! JANGAN BUAT AKU TERTAWA TERUS!” lalu ia kembali tertawa.
Pertandingan dimulai, Yugyeom berlari dengan cepat awalnya, tapi saat menuju ke Bambam, ia mulai melambat, lalu terpeleset sekitar dua meter sebelum sampai ke Sujeong, dan bangun dengan wajah tidak karuan.
Satu lapangan sukses menertawakan Bambam, termasuk Yoo Jiae yang tetawa paling keras, lalu mengambil mikrofon komentator dari tangan ketua kelas mereka,
“HAHAHAHA, ASTAGA, BAMBAM-AH, APA KAU TAHU CARA BERJALAN? KAU MEMBUATKU GILA!” lalu ia melanjutkan tawanya sampai menangis.
Dari atas, Yoongi melihatnya dan berharap seandainya saja ia jadi Bambam, humoris, dan tahu cara membuat cewek—khususnya Yoo Jiae, tertawa lebar. Belum lagi karena interaksi keduanya yang sepertinya sudah sangat dekat, selepas Jiae berkomentar, Bambam lari ke arahnya sambil berteriak ‘GAJAH BEJAT!’ lalu tertawa-tawa sambil merangkul dan mengacak rambut Jiae.
‘Mungkinkah mereka berpacaran?’ tanya Yoongi dalam hati.
Kembali ke pertandingan, teriakan yang menggemakan nama Ryu Sujeong benar-benar keras, karena lawan gadis itu adalah yang paling menyebalkan di angkatan kelas dua—Kim Ri Yeol, maka tentu saja semua mendukung Sujeong dan Yein, dua pelari terakhir di grup terakhir.
Sujeong berlari dengan kecepatan penuh, memimpin lawannya Kim Ri Yeol dengan jauh, lalu menepuk punggung Yein, pelari terakhir. Kali ini juga sama, teriakan nama Jung Yein menggema keras, karena lawannya adalah geng dari Kim Ri Yeol, Han Mi Yeon, otak dari semua rencana busuk Kim Ri Yeol pada anak non-eksis.
Jung Yein memimpin sekitar lima meter di depan gadis yang dibenci hampir—hampir satu angkatan. Tapi… bukan Han Mi Yeon kalau tidak licik, dengan sisa kecepatan yang ia punya, ia berlari ke depan, menumpukan badannya pada Yein, sampai kaki gadis itu berdarah dan kelihatannya… keseleo.
Setelah itu, suasanya bak perang dunia ke dua.
Sujeong dan Yein yang pertama berdiri, menghampiri kedua gadis itu, diikuti Bambam dan Yugyeom di belakangnya karena dua orang laki-laki dari grup dua gadis licik itu juga sudah berdiri. Sujeong mengumpat dan kemudian Kim Ri Yeol malah menjambaknya, sedangkan Jiae yang hanya memelototi malah ditampar oleh Han Mi Yeon secara mendadak, lalu berlari ke arah bangku penonton.
Tempat dimana Yoongi dan kawan-kawannya duduk.
Kim Ri Yeol dengan Han Mi Yeon lari ke arah mereka, dengan dua orang teman pria mereka—Jang Do Geum dan Jung Do Yoon, diikuti di belakangnya dengan kecepatan super, Sujeong dan Yugyeom, lalu Jiae dengan Bambam.
Tepat di depan tujuh orang itu mereka berhenti dan memulai pertengkaran mereka,
“Ya, KENAPA KALIAN BERDUA MALAH IKUT-IKUT? INI KAN MASALAH PEREMPUAN!” ujar Bambam sambil menunjuk Do Geum dan Do Yoon.
“KALIAN SENDIRI? WAJAR KALAU MEMBELA TEMAN!” teriak Do Geum dari barisan belakang.
“YA! APA KAU KIRA DUA ORANG GADIS DI DEPAN KALIAN WARAS? KALIAN SUKA PEREMPUAN GILA, YA?” kali ini Jiae yang berang.
“YOO JIAE KAU DIAM SAJA! KAU PUNYA SUARA PAS-PASAN, TAPI BISA MASUK KE KELAS RAP. AKU TAHU KAU MENYUAP PIHAK SEKOLAH!” Han Mi Yeon menjadikan pertengkaran makin panas.
Setelah itu, yang perempuan mulai saling menjambak dan melayangkan tinju—mereka semua diberi pendidikan dasar soal tinju saat kelas satu—sedangkan pria malah sudah babak belur dengan pakaian yang setengah robek.
Jung Yein, masih dibawah, setengah berdiri, menatap bingung ke arah kerumunan pertengkaran sementara sisa murid-murid malah tidak mau ikut campur karena takut dihukum, lalu melarikan diri ke kelas.
Jadi.. yang memisahkan mereka, adalah… empat orang pria.
Dalam keadaan kalut itu bibir kanan Sujeong berdarah, pipi kiri Jiae lebam, Bambam dan Yugyeom malah lebih mengenaskan, kepala keduanya terlihat lecet dan berdarah, kepala mereka.
Namjoon, Jin, dan Jimin pergi menyusup ke kerumunan itu sambil berteriak ‘sudahlah,’ atau ‘ya! hentikan!’
Taehyung menarik Sujeong pergi, Yoongi hanya membawa Jiae ke sudut lapangan, Hoseok menarik—lebih tepatnya hampir ditarik—Bambam dan Yugyeom. Sementara Jungkook turun ke lapangan menyelamatkan Yein, tetapi gadis itu tidak ada disana.
Dengan sisa kekuatannya, Yein yang tadinya ingin ikut menjambak salah satu dari mereka dengan teman-temannya, malah terlambat, dan memutuskan untuk pergi ke ruang kesehatan, mengambil obat untuk semua teman-temannya. Yein adalah gadis periang yang tidak mudah menangis, jadi ia lebih memilih melakukan sesuatu yang berguna dan menyenangkan.
.
“Ya! Kenapa kalian berdua melakukannya?” ujar Hoseok pada hoobae-nya, Yugyeom dan Bambam, disertai tatapan datar dari Jin, tatapan geli dari Jimin, dan tatapan lurus dan datar dari Namjoon.
“Sunbaenim, kami berempat—termasuk si gadis gajah—berlima, adalah teman sejati. Jadi tidak mungkin, apalagi Yein sampai terjatuh, kami hanya diam saja,” jelas Yugyeom panjang lebar pada empat orang di depannya.
“Tapi tidak seharusnya begini, akh sudahlah, lebih baik kalian cari obat,” ujar Jin pada kedua pria babak belur di depannya itu.
“Bagaimanapun juga,” celetuk Namjoon, “kesetia-kawanan kalian, patut dihargai,”
“Hn, kalian benar-benar berani,” kali ini Jimin yang bicara.
“Gomawo, sunbaenim,” lalu mereka berdua pergi ke ruang kesehatan.
.
Sampai di sudut lapangan, Yoongi menatap Jiae dari ujung rambut sampai ujung kaki, memeriksa lagi apa ada yang berdarah atau lebam selain pipinya.
“Ya—“
“Aku tahu kau mau bicara apa, pasti ‘ya, kau ini perempuan, bagaimana bisa kau berkelahi seperti itu?’ jadi, aku sudah persiapkan jawabannya,” jedanya sambil meringis karena pipinya sakit jika ia bicara, “karena merek—“
“Aku tidak mau bicara banyak, jadi diam karena pipimu lebam. Bagaimana? Karena berirama bagus juga, ya, untuk lirik lagu?”
Sementara Jiae hanya tertawa, “kau pasti bercanda…” lalu tertawa lagi.
“Oh, omong-omong, sembuhkan dulu lukamu, mau kuantar?” tawar Yoongi.
“Tak usah, aku ini sudah SMA!” tutur Jiae sambil menepuk pelan bahu Yoongi.
“Bagaimana… bagaimana kalau pulang nanti? Karena pipimu bengkak dan kau ini gadis, dengan tambahan mental gajah!” lalu Yoongi tertawa.
“Baiklah, tapi jangan pernah anggap aku lemah!” kemudian Jiae pergi menuju ruang kesehatan sambil tersenyum kecil.
Sementara Yoongi hanya begumam sendiri, ‘akh aku bisa gila,’ dan juga, ‘apakah dia bisa kena kanker pipi karena lukanya?’
Gumaman bodoh oleh seorang rapper Bangtan yang biasanya terlihat swag.
.
“Akh appo! Kalian memang menyebalkan, anak-anak manja!” teriak Sujeong di rooftop karena tadi Taehyung menariknya.
Sementara Taehyung di belakangnya hanya memperhatikan Sujeong, gadis itu tadi hanya diam saja saat ditarik, tidak seperti biasanya.
‘Mungkin memang lukanya sangat sakit sampai dia diam saja,’ gumam Taehyung dalam hati.
“Kenapa kau menarikku kesini? Jangan-jangan… kau suka menguntit, he?” ujar Sujeong dengan tatapan penuh selidik ke arah Taehyung.
Taehyung hanya tertawa kecil, lalu menjawabnya, “setiap gadis di drama biasanya suka dengan rooftop saat sedang kesal, jadi aku bawa saja kau kesini, pasti sekarang kau sedang kesal sekali.”
“Kau.. benar-benar… aish! Darah ini menjengkelkan!” lalu Sujeong dengan kasar menyeka ujung bibirnya sambil sesekali meringis kesakitan.
Sedari tadi melihat dengan gemas, Taehyung sudah tidak tahan lagi. Dengan hati-hati, ia mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dengan jahitan benang biru berinisial ‘KTH’ dan mengelap darah dari sudut bibir Sujeong dengan sangat pelan.
Karena darah yang banyak dan pasti betul-betul sakit karena posisi Sujeong tadi tidak menguntungkan, ia dihajar sekaligus oleh dua gadis ketika Jiae sedang membantu Bambam dan Yugyeom dengan dua pria di belakang.
“Pulanglah denganku,” ujar Taehyung memecah keheningan.
“Kenapa harus?” jawab Sujeong cuek.
“Menurut saja kau, kutunggu di depan kelasmu pulang nanti,”
Taehyung berjalan perlahan ke arah pintu keluar, meninggalkan Sujeong di tengah lamunannya karena Taehyung.
“Dia.. membuatku pusing setengah mati.”
___
Sudah sekitar satu jam mengitari sekolah, tapi Jungkook belum bisa menemukan Jung Yein, bahkan sampai bertanya ke hampir seluruh anak kelas 2, tapi tidak ada satupun yang melihat Yein setelah kejadian tadi.
“Dengan kaki seperti itu, kemana dia pergi secepat ini?”
“Kau cari Yein?” sebuah suara mengagetkan Jungkook dari belakangnya.
Dua orang—Sujeong dan Jiae, dengan tampang yang acak-acakan namun sudah berganti ke seragam yang biasanya, menatap Jungkook dengan datar.
“Wa.. wajah kalian, baik-baik saja, ‘kan?”
“Apanya yang baik?” rutuk Sujeong sambil menunjuk wajahnya sendiri dan wajah Jiae, “ini adalah penghinaan terbesar,” yang langsung disetujui oleh Jiae,
“Harus ada strategi selanjutnya, dan masih harus menunggu Yein, Bambam, dan Yugyeom,” kata Jiae sambil berfikir, “ini benar-benar bencana besar.”
“Begini saja, kalian lihat Yein kemana?” tanya Jungkook tak sabar.
“Biasanya kalau sedang kacau, Yein akan pergi ke ‘daerah itu’ AKH! Dua perempuan itu, pasti Yein menyalahkan dirinya sendiri sekarang, padahal biasanya dia sangat ceria dan terbuka!” kata Sujeong sambil bernada kesal.
“Kemana dia?”
“Sudah kubilang ke tempat itu,”
“Beritahu aku dimana..”
“Oh sudahlah, Yein ada di rumah kosong di belakang sekolah, masuklah lewat semak-semak sebelah Barat, rumahnya mencolok, penuh bunga,” akhirnya Jiae menjawab dengan tidak sabar, lalu menarik Sujeong kembali ke kelas.
.
Setelah mencari setengah mati, akhirnya Jungkook menemukan rumah itu, atau yang lebih pantas di sebut gubuk kecil yang indah. Atapnya dihiasi bunga-bunga pink cerah, dengan pintunya yang ditanami bunga matahari dan juga daisy.
“Yeinnie, kau di dalam?!” teriak Jungkook dari luar, sambil berusaha membuka pintu.
“Siapa?” sahut sebuah suara dari dalam—suara Yein.
“Jeon Jungkook.”
.
.
.
Sekitar setengah menit, baru Yein membuka pintunya, dengan penampilannya yang berantakan, masih mengenakan pakaian olahraga yang bagian lututnya kemerahan karena darah yang belum dibersihkan.
“Bagaimana… oppa tahu tempat ini?”
“Kau sendiri kenapa disini?”
“Aku mau sendiri saja.”
“Setidaknya bicaralah padaku sebentar.”
“Di luar, ya?”
“Kemarilah,”
Akhirnya mereka berdua duduk di bukit dekat gubuk indah itu, di bawah sinar matahari, Yein, yang kelihatannya biasa saja, saat Jungkook tidak melihat ke arahnya, ia meringis karena kakinya yang masih berdarah.
“Kenapa kau tidak cerita?”
“Cerita apa?”
“Kau… menyalahkan dirimu sendiri?”
“Karena memang salahku, kok.”
“Apanya? Pertengkaran tadi?”
“Bukan… bukan itu.”
“Lalu apa? Jangan coba-coba bohong.”
“Obat… tadi saat aku ingin memberi teman-teman obat, mereka sudah hilang. Sepertinya, aku memang betul-betul lamban. Padahal, aku juga ingin ikut menghajar mereka!” ujar Yein sambil memasang wajah cemberutnya yang lucu.
Jungkook benar-benar terkesan dibuatnya, dia kira, Yein akan menangis dan menyalahkan dirinya sendiri seperti gadis-gadis di drama, tapi Yein malah kesal karena hal yang positif—tidak terkesan dibuat-buat.
Melirik sekilas ke arah lutut Yein, akhirnya Jungkook sadar lukanya belum diobati.
“Naiklah,” tunjuk Jungkook pada punggungnya.
“Aku ini berat loh, oppa. Selalu makan di malam hari, dan jarang sekali berolahraga, meski kalau sedang lari aku sangat cepat,”
“Kau ini… benar-benar mirip kelinci!” lalu Jungkook menjitak kepala Yein, “naiklah, kelinci gendut!”
“Menyebalkan,” lalu Yein menurut dan naik ke punggung Jungkook.
Akhirnya Yein pergi ke ruang kesehatan dengan naik di punggung Jungkook, dan sebelum meninggalkannya, Yein diberitahu untuk pulang dengan Jungkook hari itu.
Tentu saja jawaban Yein,
adalah… iya.
***
Akhhh aku suka Suga x Jiae karena Suga itu rap, Jiae juga punya rap-line di lagu ‘Joyland,’ kan, kalo ngga salah? Udah gitu mereka nggemesin, hehe :)